All Chapters of Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Chapter 61 - Chapter 70
242 Chapters
Kurang Bersyukur
Tiga puluh menit waktu yang diminta Aldo benar-benar pria itu manfaatkan semaksimal mungkin. Setelah mendengar apa yang dikatakan Aldo tadi sekujur tubuh Nova merinding. Ia tidak pernah membayangkan akan mengetahui hal itu sebelumnya. "Kamu boleh percaya atau tidak pada penjelasanku ini. Satu hal yang pasti, aku tidak ingin kamu menjadi pelampiasan dendam selanjutnya. Meski Angga adalah suamimu, kamu juga perlu waspada," kata Aldo. Entah kata apa yang bisa mendeskripsikan perasaan Nova atas hal ini. Andai Aldo tak memberitahunya lebih dulu, mungkin Nova akan terjebak dengan drama rumah tangga yang semakin kelam. Kata demi kata di ujung lidah lenyap perlahan, ditelan rasa tidak percaya atas apa yang ia dengar. "Kusarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga profesional. Jika tidak ada langkah apapun. Aku bertaruh, kalau bukan kamu, Angga sendiri yang akan menghancurkan dirinya sendiri," ujar Aldo serius. "Waktuku sudah habis. Maaf aku harus pergi sekarang. Apapun yang terjadi, denga
Read more
Sisi Lain Angga
Terlalu menikmati obrolan dengan Diana membuat Nova lupa waktu. Ia baru sampai di rumah tepat pukul sepuluh malam. Dua ajudan yang berjaga di teras rumah seakan memberikan tanda kiamat lewat tatapan matanya. Tentu Nova sangat peka akan hal itu. Ia menghela napasnya, melepaskan segala kegelisahan yang mengoyak dadanya. "Semoga saja Angga sudah tidur. Bisa habis riwayatku jika dia tahu aku baru pulang." Sepanjang langkah memasuki rumah, Nova sengaja melepas sepatu hak tinggi yang ia pakai sejak tadi. Lebih tepatnya Nova sedang meminimalisir kebisingan yang bisa membuat Angga dan kenyamanan Celva terganggu. Kini Nova sudah berada di depan kamarnya di lantai satu. Sebelum pergi menemui Aldo, Nova sudah menitipkan Celva pada salah satu pelayan yang sudah berpengalaman mengurus Celva sebelumnya. Makanya, hari ini Nova benar-benar menikmati kesendiriannya di luar sana. Ceklek.Pintu kamar perlahan terbuka. Di dalam sana gelap gulita, hanya lampu tidur di keranjang Celva yang menyala deng
Read more
Pesan yang Tak Sampai
Sebelumnya..Perdebatan panjang diakhiri dengan kesepakatan dua orang yang berkomitmen untuk menjalani rumah tangga seperti yang seharusnya.“Pertama, kau harus menyiapkan semua kebutuhanku yang biasa diurus oleh bu kepala. Semua hal, tanpa terkecuali.” Angga duduk di kursi malas di sudut kamar. Masih setia dengan handuk yang membalut area pinggang hingga ke lutut.“Kedua, kau harus selalu menyambut kedatanganku saat pulang kerja dengan senyuman hangat. Meski aku sedang dalam keadaan mood terburuk sekalipun.”“Ketiga…”“Apa kau berniat untuk menjadikanku pembantu?” sela Nova cepat. Semua syarat yang diajukan oleh Angga terdengar lebih pantas dilakukan oleh asisten rumah tangga. Tidak ada satupun yang menyatakan kewenangan yang adil untuk Nova.Bagaimana cara Angga menatap saat ini adalah satu hal yang paling Nova khawatirkan. Tatapan tajam yang menelisik hampir seluruh isi pikiran Nova. “Hanya kau yang berpikir seperti itu. Jika kau cukup cerdas dalam menafsirkan ucapanku, semua syar
Read more
Kejujuran yang Sulit
Hidup dan mati Nova kini ada di tangan Angga. Perubahan sikap Angga yang drastis dari waktu ke waktu bagaikan sebuah isyarat bagi Nova bahwa dirinya perlu bersikap siaga."Oh ya, balik ke pembahasan awal. Kau yakin hanya bertemu dengan teman-temanmu hari ini?" Jika Angga bisa melihat peluh yang mengalir di sekujur tubuh Nova, pria itu tentu akan lebih membanggakan dirinya di depan Nova. Hal itu akan semakin menunjukkan ketakutan Nova di hadapannya."Um, ya. Tentu. Mereka bahkan menitipkan salam untuk suamiku tercinta ini."Tak ada cara lain selain mengalihkan perhatian Angga dengan beberapa sentuhan. Tangan Nova terjulur menyentuh dada bidang di balik piyama yang membalut tubuh Angga. "Aku bangga sekali menjadi istrimu. Kemanapun aku pergi, semua orang akan mengenali aku dengan sebutan istri pengusaha dermawan. Bukankah itu bagus?" kata Nova, berusaha mengambil alih kendali atas situasi ini. 'Jika dia mulai melayangkan kata-kata yang bersifat mengintimidasi, coba alihkan perhatiann
Read more
Sorot Kekecewaan
Sejujurnya Nova lega karena telah menyampaikan berita ini pada Angga. Tetapi, perubahan sikap Angga yang semakin dingin justru mengundang banyak tanda tanya di kepala Nova.Diana bilang, Angga seharusnya bahagia dengan berita yang Nova bawa saat ini. Tetapi, saat melihat mimik wajah Angga yang datar, apakah ucapan Diana tadi benar?Angga tidak mencintai dirinya dan calon anak kedua mereka?“Apakah kamu tidak senang mendengarnya, Angga?” tanya Nova memberanikan diri mematuk emosi Angga.“Sudah berapa minggu?”"Empat minggu," jawab Nova. Bibirnya gemetar saat mengatakan itu. Harap-harap cemas dengan reaksi Angga setelah mendengar pengakuannya. Tetapi, tidak disangka, sikap Angga bahkan di luar dugaan Nova kali ini. Pria itu memilih untuk menjaga jarak dengan Nova dengan mundur beberapa langkah darinya. Disaat yang bersamaan, Nova merasa kehilangan. Suasana diantara keduanya berubah canggung. Sekian detik Nova menunggu reaksi suaminya, tapi Angga justru tak mengatakan sepatah katapun.
Read more
Pantauan Angga
BAB 66Tepat jam delapan pagi Angga sudah menginjakkan kakinya di kantor. Semua karyawan yang juga baru datang tercengang dengan kehadiran bos mereka di lobi. Raut wajah Angga sedatar jalan tol. Tak ada senyum yang setidaknya mampir untuk menyambut harinya yang kelam.Saat ini, ia juga tidak bernafsu untuk bersikap ramah pada siapapun. Kedatangannya didampingi oleh seseorang yang juga baru pertama kali menginjakkan kakinya di gedung ini. "Kau ikut ke ruanganku, kita akan berbincang di sana," ucap Angga pada pria itu. Pria itu sepuluh tahun lebih muda darinya. Penampilannya juga tak kalah formal dengan Angga hingga beberapa karyawan sempat menganggap mereka berdua seperti kakak dan adik. "Baik, pak. Mohon arahannya," kata pria itu. Kacamata dengan bingkai persegi warna abu-abu itu mengangguk.patuh. ia hanya bisa menundukkan kepala selama lift membawa mereka naik ke lantai tiga puluh dua.Angga memimpin langkah menuju ruangan di ujung koridor. Sebuah ruangan paling besar dengan pint
Read more
Kehancuran Nova
Sesuai janjinya, Angga menginjakkan kaki di rumah tepat pukul empat sore. Langkahnya terus terayun tetapi pikirannya masih tertinggal di tempat terakhir yang ia sambangi. Nova sedang menggendong Celva saat kedatangan Angga membuat wanita itu menoleh. Diliriknya jam di dining lantas mengangguk pelan. "Kamu pulang tepat waktu rupanya. Mau mandi dulu atau makan dulu, Mas Angga?" Suara lembut Nova sontak membuat langkah Angga berhenti di hadapannya. Pandangannya lurus ke depan sehingga Nova masih bisa melihat dengan jelas setiap inchi pahatan tangan Tuhan di wajah tampan suaminya. Angga berbalik dengan gerakan seperti robot. Kini menghadap Nova sambil memicingkan kedua matanya. "Kau panggil aku apa barusan?" tanyanya.Tubuh Nova refleks mundur selangkah ketika wajah Angga semakin dekat dengannya. Sekelebat hawa panas mulai menyelinap di kedua pipi Nova. "M-mau mandi dulu atau makan dulu, M-mas Angga?" ucap Nova mengulang kembali kalimat terakhirnya. "Mas? Hahaha, mas? Sejak kapan
Read more
Delusi
BAB 68"Nyonya. Jangan lakukan itu, nyonya. Bahaya!” Teriakan histeris salah seorang pelayan membuat tiga orang pelayan lain yang juga sedang membantu Nova terkejut.Sebilah pisau dapur tengah diacungkan Nova di area nadi pergelangan tangannya. Pikirannya tak lagi bisa berpikir waras di tengah tekanan yang membuatnya hampir hilang akal. Sang pelayan yang berani itu, dengan cekatan melangkah cepat, lantas mengambil alih pisau dalam genggaman Nova dalam sekali tarikan. Ia menghela napas ketika menyadari pisau itu tak terlalu kuat digenggam oleh bosnya. “Susi, tolong amankan pisaunya,” pinta pelayan itu pada rekannya yang diam mematung tak jauh dari tempat mereka berdiri. Ketika pisau itu hampir saja menyayat tipisnya nadi, Nova hanya diam. Tatapan kosong namun memancarkan banyak luka diantaranya. Tidak peduli pisau tadi direnggut paksa, tubuh Nova luruh ke lantai hingga terduduk di atas lantai marmer yang dingin.“Nyonya, nyonya baik-baik saja ‘kan?” tanya si pelayan lagi. Kepanikann
Read more
Delusi VS Realita
Sesuai janjinya, Angga menginjakkan kaki di rumah tepat pukul empat sore. Langkahnya terus terayun tetapi pikirannya masih tertinggal di tempat terakhir yang ia sambangi. Nova sedang menggendong Celva saat kedatangan Angga membuat wanita itu menoleh. Diliriknya jam di dining lantas mengangguk pelan. "Kamu pulang tepat waktu rupanya. Mau mandi dulu atau makan dulu, Mas Angga?" Suara lembut Nova sontak membuat langkah Angga berhenti di hadapannya. Pandangannya lurus ke depan sehingga Nova masih bisa melihat dengan jelas setiap inchi pahatan tangan Tuhan di wajah tampan suaminya. Angga berbalik dengan gerakan seperti robot. Kini menghadap Nova sambil memicingkan kedua matanya. "Kau panggil aku apa barusan?" tanyanya.Tubuh Nova refleks mundur selangkah ketika wajah Angga semakin dekat dengannya. Sekelebat hawa panas mulai menyelinap di kedua pipi Nova. "M-mau mandi dulu atau makan dulu, M-mas Angga?" ucap Nova mengulang kembali kalimat terakhirnya. "Mas? Hahaha, mas? Sejak kapan
Read more
Sosok yang Mirip
Dari sekian banyak pilihan pria yang mungkin saja bisa menemani Nova melewati akhir hidupnya.Kini, Nova terjebak dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan baginya. Belakangan, Angga merubah sikapnya menjadi lebih lembut padanya. Bukannya jatuh ke dalam pesona suaminya sendiri, Nova justru menaruh curiga pada sosok yang sudah membuatnya mengukir banyak trauma. Ia hanya bisa diam di kamar. Sesekali tak melupakan kewajibannya sebagai ibu untuk putri kecilnya. Tok! Tok! Tok!Dahi Nova mengernyit bingung ketika pintu kamarnya di ketuk. Seketika itu pula Nova baru menyadari, saat ini ia tidak lagi berada di kamar tamu seperti sebelumnya. Melainkan sudah di kamar Angga. "Masuk."Seorang pria memakai setelan jas serba hitam dan putih masuk ke dalam kamar Nova. Sebelumnya, Nova pikir pria itu adalah Angga. Suaminya yang hari ini berpenampilan lebih sederhana dari biasanya. Tetapi, setelah pria itu melangkah semakin dekat dengannya, Nova memicingkan kedua matanya menelisik sosok yang
Read more
PREV
1
...
56789
...
25
DMCA.com Protection Status