All Chapters of Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Chapter 271 - Chapter 280
298 Chapters
271. Menara K.C Tobacco
"Aku nggak pernah bosen sama Cia. Aku nggak punya cewek, selain dia. Karena hatiku udah tertutup buat cewek lain." Kevan mengatakan semua itu sambil emosi. Dia akan emosi setiap kali seseorang mengungkit semua hal tentang Ciara. Kevan menatap Gauche. "Kamu tau kan, Bang? Aku itu setia sama satu cewek aja," ujar Kevan menggebu-gebu. "Gimana kita bisa percaya atuh, Kang Kevan. Kalo sikap kamu ke Neng Cia teh nggak karuan gitu," celetuk Inura. "Jadi, kamu kenapa sebenernya, Van?" tanya Gauche. "Bener nggak, kata Pak Ziyad kalo kamu itu kecewa sama diri sendiri? Bener kayak gitu?" Kevan terdiam. Dia memikirkan kebodohannya karena mengambil keputusan yang salah. "Van, aku bilangin ya ...." Gauche menarik kursi agar lebih dekat dengan Kevan. "Berhenti salahin diri sendiri! Cepetan damai sama keadaan! Cia nunggu kamu." Kedua mata Kevan berkaca-kaca. Dia membayangkan Ciara sedang tersenyum padanya. "Cia butuh kamu, Van. Hibur dia! Kalo perlu ajak dia jalan-jalan." Gauche m
Read more
272. Ada Harga yang Harus Dibayar
Kevan berdiri di bawah jendela yang terbuka. Dia menikmati senja di kota kelahirannya sambil menghisap rokok. Kepulan asap rokok tipis mengelilingi wajah tampan Kevan. Melihat Kevan yang begitu tenang, Ziyad tidak berani mengganggu. Dia hanya bisa berdiri dan menunggu perintahnya. Suasana ruang kantor Kevan mulai redup. Ziyad mengambil inisiatif untuk menyalakan lampu."Kamu ke luar dulu!"Awalnya, Ziyad kebingungan. Karena selama bekerja dengan Kevan, tuannya itu tidak pernah menyuruh dia untuk pergi. Tetapi, Ziyad tidak membantah. Mungkin saja, Kevan memang butuh waktu sendirian untuk mengurusi hal-hal pribadinya.Ziyad membungkuk. "Ya, Tuan."Kevan mendengar langkah kaki Ziyad yang berat. Pintu tertutup rapat. Kevan segera menekan ikon telepon berwarna hijau, lalu menempelkan handphone di daun telinga.Baru saja Kevan membuka mulutnya ingin menyapa si penelepon, tetapi dia kalah cepat."Kevan Hanindra!" panggil suara pria serak di ujung telepon. "Kamu mau nganterin undangan perni
Read more
273. Menguji Keberuntungan
"Aku pikir, Pak Derren tulus."Kevan masih berdiri di bawah jendela. Dia sudah selesai bernegosiasi dengan Derren Warlord. Perbincangan di telepon selama 30 menit yang alot membuatnya jengah.Kevan membuka tutup botol air mineral. Lalu, menenggaknya. "Meskipun latar belakang Pak Derren seorang mantan panglima perang di zamannya, tapi harus aku akui ... otak bisnisnya tetep mendominasi."Kevan bukan hanya mengiyakan keinginan Derren, tetapi 90% dia ingin tahu sampai di mana kehebatan sang mantan panglima perang.Kevan menghubungi Ziyad. "Siapin satu kantor di lantai 13 Menara K.C Tobaccobuat Pak Derren! Dia mau buka cabang bisnisnya di ibukota."Tanpa banyak tanya, Ziyad menjawab, "Baik, Tuan."Kevan mengakhiri panggilan telepon. Dia membakar rokok. Langit pun mulai gelap. Malam terasa datang lebih cepat menyelimuti hati Kevan yang rapuh. Kevan beberapa kali mengembuskan asap rokok. Tidak sampai 10 menit, seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya."Tuan?" Ziyad muncul dengan membawa t
Read more
274. K.C Tobacco Skyscrapers Magazine
"Iya, saya inget, Tuan. Saya pikir, semua orang yang berada di sekitar Anda saat itu pasti inget juga."Kevan bersandar. Dia adalah pria keras kepala yang selalu memiliki solusi di setiap permasalahan. Ziyad melihat kening Kevan berkerut yang menandakan bahwa tuannya sedang berpikir keras. Tidak lama, dia justru dibuat tercengang dengan sikap Kevan.Tatapan Kevan suram. Namun detik berikutnya, dia tertawa. "Ha! Ha! Ha!""Kenapa Anda ketawa, Tuan? Ada yang lucu?" tanya Ziyad dengan perasaan tidak karuan. "Pak Derren bilang, dia punya utang budi ke Kakeknya Cia. Tapi di telepon tadi, dia terang-terangan manfaatin aku. Gimana nggak lucu?"Kevan menatap Ziyad yang tidak bersuara."Apa itu yang dia bilang tulus?" tanyanya. Ziyad tampak linglung. "Jaーjadi, yang telepon Anda tadi itu Pak Derren?!"Ziyad tidak percaya pada ucapan Kevan. Namun, selama ini Kevan tidak pernah berbohong."Hu'um," gumam Kevan. "Aku bukan orang yang nggak tau balas budi. Aku juga nggak akan lupa sama seseorang y
Read more
275. Gerbong Kereta Api VIP
Suasana pagi di kota Baubau yang redup. Musim hujan di bulan Desember membuat suhu terasa lembab. Udara dingin menyapa kulit Ciara begitu dia membuka kaca mobil. Ciara sedikit mengeluarkan wajahnya dari kaca mobil sambil tersenyum.'Sebahagia itu kah Nona Cia ketika di luar rumah?' Bima membatin.Ciara memandangi orang-orang yang lalu lalang di sekitar area parkir. Mereka berjalan dengan cepat karena tidak ingin tertinggal kereta."Aku mau kayak mereka. Sibuk pagi-pagi ngejar waktu. Kayaknya sih seru!"Ciara berkata tanpa sadar. Dia juga terkagum-kagum dengan fasilitas stasiun yang belum pernah dijumpainya."Bim, ayo ke luar!"Tanpa terduga, Ciara membuka pintu mobil. Sopir yang menyadari langsung berteriak, "Non, mau ke mana? Jangan pergi sendirian!"Bima tersentak. Dia segera menarik tangan Ciara."Ah! Sakit, Bim!" Ciara protes. "Lepasin! Aku cuma mau ke luar doang."Bima menggeleng. "Nggak boleh, Non. Yang udah-udah kalo Nona di luar cepet hilangnya. Kamu jalan-jalan sendirian ngg
Read more
276. Robert Ombu
Sore hari di Hanindra Exclusive View kota Baubau.Kevan merasa sedikit lelah. Sejak pagi sampai sekarang, dia berada di kantor cabang K.C Tobacco. Dia dan beberapa orang menerima kedatangan tamu yang diutus oleh Derren dan Martinus Warlord untuk membahas kasus kebakaran rumah keluarga Darwin. "Makasih udah dateng dan bantu aku, Pak Robert."Kevan berdiri dan berjabat tangan dengan Robert OmbuーKapolda kota Baubau. Walaupun wajah Kevan terlihat lelah, tetapi jauh di dalam hati dia merasa puas. "Jangan sungkan begitu, Tuan Kevan! Saya dateng ke sini atas permintaan Pak Derren dan Pak Martinus," kata Robert. "Saya dan Pak Martinus sama-sama Kapolda. Kami tentu tau keresahan masyarakat."Kevan mengangguk. Dia menghela napas lega."Gimana pun juga, aku ucapin makasih atas kerja sama Anda, Pak Robert. Memang bener kata Pak Darren, Anda kompeten dan pantes menduduki jabatan Kapolda."Wajah Robert berubah masam. Orang lain yang tidak mengerti, pasti akan salah paham dengan kalimat pujian Kev
Read more
277. Desa Rancakbengawan
Beberapa hari terakhir, Kevan memikirkan salah satu rekaman video yang beredar di Internet. Ya, video tentang insiden kebakaran di rumah keluarga Darwin. Kevan merasakan resah yang luar biasa.Saat Kevan masih terbengong-bengong, suara Mahendra mengagetkannya."Tuan Kevan, siapapun bisa menjadi terduga. Kita boleh aja bersikap waspada terhadap mereka yang memang patut dicurigai."Tidak ada yang membantah ucapan Mahendra. Karena memang tidak ada seorangpun diantara mereka yang paham ilmu hukum. "Biasanya, para pelaku akan bersikap seolah-olah menjadi korban. Ya, istilahnya mereka playing victim gitulah," kata Mahendra selanjutnya. "Mereka akan ngelakuin apa aja demi nutupin aksinya.""Dokter Erisa emang nggak terluka parah sih," ujar Kevan. "Dia cuma lecet-lecet aja kan, Van?" tanya Angga. "Dari insiden kebakaran itu, Cia udah nggak mau lagi ada Dokter ataupun Suster pribadi."Akhirnya, Kevan menemukan titik terang. Ciara memang menolak keras saat Kevan hendak mencarikan dokter dan s
Read more
278. Pengalihan Issue
"Apa nggak sebaiknya tunggu Kevan aja, Nyonya?"Bima bertanya dengan bimbang. Pasalnya, dia belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di pertambangan emas keluarga Darwin. "Kalo gitu, saya coba tanya Kevan dulu, Nyonya," kata Bima selanjutnya."Kamu kan tau, Kevan sibuk banget akhir-akhir ini, Bim. Nggak tau kapan dia ke sini." Felicia membalas membalasnya dengan sedih."Bisa jadi nggak ke sini sama sekali, Mi," timpal Ciara. Felicia dan Bima tidak menyahutinya lagi. Keduanya sama-sama tahu bahwa Ciara menyimpan kekecewaan pada Kevan yang hingga sekarang masih tidak ada kabar.***Ciara kembali ke kamarnya. Dia bersiap untuk tidur. "Eh?!"Ciara terkejut mendapati handphone-nya bergetar. Dia terpaksa duduk di atas ranjang. Lalu, meraih handphone yang berada di bawah bantal."Hmm? Papa Jhonny? Ngapain Papa Jhonny rajin banget telepon aku terus?"Lagi-lagi Jhonny menghubungi Ciara. Dia mencoba meluluhkan hati Ciara dengan perhatian.Ciara membiarkan getaran handphone hilang dengan send
Read more
279. Seseorang Telah Merendahkan Ciara dan Felicia
Pukul 10 pagi di kota Perak.Felicia telah berada di pertambangan emas sejak 35 menit lalu. Dia pergi bersama Ciara, Bima dan Nurdin. Sekarang, mereka berdiri di area pertambangan yang luas dan panas. Karena matahari pagi di kota Perak lumayan terik.Tidak banyak karyawan yang mengenali Felicia dan Ciara. Karena saat Rudi masih hidup, Felicia dan Ciara tidak pernah terlibat urusan perusahaan.Dari kejauhan, seorang pria berlari menghampiri Ciara dan rombongannya. Dia menunjukkan rasa hormat kepada istri dan anak mendiang bosnya."Bu Feli, gimana kabar Anda dan Nona Ciara? Ada angin apa Ibu datang ke sini?" tanya seorang pria. "Maaf, saya terlambat menyambut Anda dan Nona Ciara. Saya baru aja keliling area pertambangan."Pria yang bertanya itu adalah kepala pertambangan emas keluarga DarwinーAgung Singgih. Berdasarkan data yang dibaca Felicia, Agung berusia 57 tahun dan baru diangkat menjadi kepala pertambangan satu bulan yang lalu oleh Kevan sendiri. Pengangkatan Agung bukan tanpa ala
Read more
280. Penyesalan
Bruk! Seseorang mendorong Amsol. Dia tersungkur tepat di kaki Felicia. Seorang pria berteriak dari belakang Amsol. "Udah tau salah, masih nggak mau berlutut?!" Amsol dan semua orang mengarahkan pandangan kepada pria berpakaian serba hitam yang baru saja tiba. Pria itu tidak datang sendirian, tetapi bersama dua orang kepercayaannya dan beberapa anggota kepolisian setempat. Pria itu adalah Kevan, Angga dan Ziyad. "Kevan!" Felicia berseru memanggil Kevan. Sedangkan Ciara hanya diam memandang tunangannya. Felicia dan Ciara lega dengan kedatangan Kevan. Setidaknya, mereka tidak perlu cemas berlebihan karena tidak mengenali lokasi dan situasi pertambangan dengan baik Kevan sedikit mengangguk kepada Felicia. Kedua matanya tampak seolah sedang berbicara. 'Aku kangen kamu, Cia. Kamu pasti masih marah sama aku!' Tentu saja Kevan hanya mengatakannya di dalam hati. Bukan tidak berani, tetapi dia hanya ingin mengatakannya di saat yang tepat. "Polisi?! Kenapa ada polisi?!" "Iya, kenapa
Read more
PREV
1
...
252627282930
DMCA.com Protection Status