Semua Bab Surgaku Yang Hilang: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
Bab 51. Hukum ALam Itu Ada
Siska yang mendengar jawaban dari Aqila awalnya merasa terkejut. Tapi, selanjutnya ia justru tersenyum getir. Tidak ada perasaan sakit hati, yang ada hanya merasa jijik saat mereka bersikap tidak tahu diri seperti ini. Tidur menginap di rumah orangtua istri pertama dan tidur bersama di kamar Siska. "Loh, masa iya semalem Tante Nabila tidur bareng kita, Qila? Waktu Ayah bangun Tante Nabila nggak ada di kamar Bunda gitu," sahut Ilham bertanya-tanya. "Udah lah, Mas! Nggak usah ngomong seolah nggak tau apa-apa! Paham kok, hahaha," ucap Siska lalu tertawa terbahak-bahak. "Beneran, Sis! Mas bener-bener nggak tau kalo dia semalem tidur di kamar ini juga. Setelah makan malam badan Mas rasanya letih sekali, makanya pas baru rebahan udah langsung ketiduran. Bahkan sampe nggak tau kalau Qila nggak tidur," balas Ilham membela diri. Drttt... Drttt... Drttt... Ponsel Siska bergetar yang berada
Baca selengkapnya
Bab 52. Di Amputasi
Ambulan datang dan beberapa perawat langsung mengangkat memasukan Nabila ke dalam mobil. "Ini kalau mobilnya masih dalam kondisi miring seperti ini pastinya susah buat ngeluarin Bapak itu," ucap petugas rumah sakit. "To-tolong! Ka-ka-kaki. Sa-a...kit," ucap Ilham terbata-bata dan sangat lirih. Polisi pun datang bersama dengan mobil derek yang akan membawa mobil itu. Dan setelah sepuluh menit mobil baru bisa menarik mobilnya agar tidak miring supaya bisa mengeluarkan Ilham dari dalam. Saat di kelurkan ternyata kedua kaki Ilham sudah tidak berbentuk lagi. Tulangnya hancur di bagian lutut ke bawah. "Sa-sakit!" Bibir yang pucat pasi bergetar dengan kedua mata yang hanya sedikit terbuka. Ilham dan Nabila pun segera dilarikan ke rumah sakit. Semua orang yang melihat keadaan Ilham merasa sangat kasian dengan kondisi keduanya yang sangat memprihatikan. 
Baca selengkapnya
Bab 53. Tetap Melangkah Maju
"Iya, Nduk. Umi ini orangtuanya Nabila. Umi duduk, ya," ucap Umi lalu duduk di tengah-tengah Haris dan Siska. Beliau memperhatikan Siska yang sedari kedatangannya hanya diam saja. "Kenapa kamu di infus? Lagi sakit apa, Nduk?" tanya Umi. Ia menyadari bahwa Siska tak begitu menyukai kehadirannya. Bahkan sedari awal ia sudah merasa tidak enak dengan Siska atas perbuatan putrinya. "Saya keguguran," jawab Siska datar tanpa melihat ke arah Umi. Kedua matanya justru menatap ujung kakinya. Umi tertegun sesaat lalu menelan ludahnya. Begitu juga Haris juga langsung menoleh dengan kondisi mulut yang terbuka. "Ya Allah.... Keguguran? I-ini pasti karena Ilham menikah lagi, ya? U-Umi... Umi minta maaf ya, Nduk! Umi juga udah coba buat menghentikan pernikahan itu, tapi Umi nggak bisa. Umi bener-bener minta maaf...." Umi menenggelamkan wajahnya karena merasa begitu malu. Ia
Baca selengkapnya
Bab 54. Ada Apa Ramai-Ramai
Karena memang perasaan yang ia miliki sudah lenyap tak tersisa. Hanya ada kepingan rasa pahit kala menatap wajah Ilham. Mau hubungan tetap berlanjut pun lari rasanya sudah berbeda dan tidak sama seperti sedia kala sebelum kedatangan Nabila. "Hm! Kalau memang ini udah jadi keputusanmu. Semoga menjadi hal baik untuk kedepannya. Dan yang sabar ya, Siska. Saya ikut prihatin atas apa yang telah menimpa keluargamu. Kamu wanita yang tangguh!" balas Haris seraya menyunggingkan senyumnya. Namun, Siska justru tersenyum getir mendengarnya. Seolah ia hanya menganggap apa yang telah Haris katakan sebuah basa-basi saja. Baginya, semua orang yang berhungan dengan Nabila pasti sama saja. Bermuka dua! "Kenapa gitu ekspresinya?" Haris mengangkat kedua alisnya bingung. "Nggak perlu pura-pura baik gitu sama saya!" balas Siska dengan sinis. Haris semakin dibuat bingung. Padahal ia sama sekali tidak b
Baca selengkapnya
Bab 55. Tak Perlu Hiraukan
Siska mencoba untuk tidak menghiraukannya karena sudah pasti mereka pasti sedang membicarakan soal rumah tangganya. Kini sudah tak penting lagi apa yang akan menjadi asumsi orang terhadap dirinya. Asal bukan ia yang berbuat salah semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa untuknya."Pak, Ibu dimana?" bisik Siska lirih. Karena sedari tadi ia belum melihat keberadaan sang Ibu."Itu si Qila minta tidur ditemenin neneknya. Padahal lagi rame orang gini. Sana kamu susulin biar Ibumu bisa ke sini, nggak enak sama tetangga yang dateng!""Oalah iya, Pak." Siska pun langsung bangkit dari duduknya.Sebelum ia membuka pintu kamar ia merasa ada menarik-narik ujung bajunya. Dan Siska pun langsung melihat ke bawah.Kedua mata Siska menyipit lalu ia mengangkat kedua bahunya, "kenapa, ya?""Sini dulu duduk, Sis! Saya mau ngobrol sebentar!" ucap Ibu-ibu yang tadi Siska lihat sedang melirik dirinya sembari berbisik-bisik dengan sebelahnya."Maaf, ya! Saya harus masuk sekarang, mau manggil Ibu saya." Siska
Baca selengkapnya
Bab 56. Terimalah Keadaanmu!
Telinga Ilham seperti terasa seperti kemasukan air, semua suara terdengar mendengung hingga membuatnya kesakitan. Pandangannya buram, ia melihat banyak orang dan juga cahaya tepat di atas kepalanya. Ia tidak bisa menggerakkan bagian bawah badannya, bahkan untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun ia tidak bisa.Tenggorokannya terasa sangat kering dan membuatnya kesulitan untuk menelan ludah. Ia hanya ingin air. Air untung membasahi kerongkongannya."Perban bekas jahitannya! Tapi, pastikan dulu tidak ada bagian yang belum dibersihkan!""Iya, Dok."Ilham dapat mendengar suara itu walau hanya terdengar sangat lirih di telinganya.Dengan sekuat tenaga Ilham berusaha membuka-buka mulutnya berkali-kali. Namun, tetap tidak ada suara yang dapat di dengar. Kepalanya terasa sangat pusing dan ia juga merasa nyeri yang sangat hebat di bagian siku dan punggungnya.Saat ke dua kakinya di amputasi Ilham hanya dibius setengah badan. Namun, untung saja ia tersadar ketika sudah selesai dan di jahit.H
Baca selengkapnya
Bab 57. Ilham Mengamuk
Walau sudah hampir terjatuh Ilham tetap bersikeras untuk meraih kursi roda. Ia hanya ingin membawa Siska bertemu dengan Nabila. "Ayah? Ka-kaki Ayah dimana?" Aqila tercengang, gadis kecil ini langsung mundur ke belakang Bundanya. Ternyata ia takut melihat tubuh Ayahnya yang sudah tidak utuh lagi. Ilham langsung menghentikan aksinya. Ia terdiam seraya menatap putri kecilnya dengan nanar kala selimutnya terbuka. "Kok kaki Ayah jadi kepompong," lanjutnya. Fatya yang mendengar perkataan gadis kecil yang masih polos itu pun langsung menggigit bibir bawahnya untuk menawan tawanya. Perutnya terasa menggelitik. Tapi, tentu saja ia tak ada maksut untuk mengejek Ilham. Hanya saja ia merasa lucu dengan Aqila yang terlihat ketakutan. "Sayang, ini bukan kepompong! Tapi, Ayah lagi sakit," sahut Siska seraya menarik tubuh putrinya itu. "Ta-tapi, kaki Ayah kemana, Bunda?"
Baca selengkapnya
Bab 58. Tidak Tahu Diri
Seusai menutup pintu Siska bersama dengan Fatya mengobrol sebentar tentang keadaan Ilham yang masih sangat syok untuk menerima keadaannya. Lalu, tiba-tiba datanglah Umi yang sedang mendorong Nabila dengan kursi roda.   Kedua mata Adik Siska itu sembab dengan tambahan lingkar hitam di bawah mata. Ia terlihat tak bersemangat dan sangat loyo.   "Assalamualaikum." Umi tersenyum kepada semua orang.   "Udah keluar atau baru mau masuk, Nduk?" Umi memegang lengan kiri Siska seraya menatapnya dengan lekat.   Siska menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan seraya memejamkan kedua matanya.   "Baru keluar."   "Yuk masuk lagi sebentar aja! Umi pengen ngobrol sama kamu dan juga Ilham," ajak Umi lalu menatap Aqila yang sedang mengucek-ngucek mata.   "Umi saja yang masuk, saya kan baru keluar. Anak saya juga lagi rewel," balas Siska. Tiap kali
Baca selengkapnya
Bab 59. Rasakan Tamparan Itu
Cap tangan Siska membekas di pipi Nabila. Ia tak terima dengan ucapan adik madunya itu. Ia sama sekali tak berniat lari dan menelantarkan Ilham begitu saja.   Dari awal semua juga tahu bahwa Siska sama sekali tak mau di poligami dan kekeh minta bercerai. Hanya saja sekarang keadaannya begini, walau ia iba dengan Ilham itu tidak akan menggoyahkan keputusannya.   "Jaga bicaramu ya, Nab! Sejak kedatanganmu dalam keluarga saya pasti telingamu juga udah denger kalau saya minta cerai. Jadi, kamu nggak berhak berkata seperti itu kepada saya!" bentak Siska dengan kedua matanya yang membara.   "Sakit!" pekik Nabila dan langsung berdiri seraya menatap Siska dengan nyalang.   "Assalamualaikum." Seorang laki-laki paruh baya masuk dengan bantuan tongkat coklat tuanya. Membuat semua yang ada langsung menoleh ke sumber suara.   "Waalaikumsalam."   "A-Abah." Kedua mata Ilham
Baca selengkapnya
Bab 60. Istri Durhaka
Setelah keluar dari rumah sakit Pak Kyai meminta Ilham untuk tinggal di rumah beliau dan dengan berat hati Ilham terpaksa menyetujuinya karena ia sendiri juga tak ada pilihan lain. Jika tinggal di dalam rumahnya seorang diri juga ia belum terbiasanya akan keadaannya yang sekarang ini. Sedangkan Nabila sendiri juga enggan ke rumah Ilham. Hubungan kedua suami istri ini sama sekali tidak harmonis. Nabila sama sekali tidak peduli dengan kondisi Ilham. Dan di tambah lagi dalam keadaannya yang seperti ini, jelas saja ia di pecat dari perusahaannya. Ia seolah hidup hanya dengan sebuah kehampaan. Hari demi hari terlewati, tinggal bersama dengan keluarga Pak Kyai yang masih peduli dengan dirinya namun tidak lagi dengan Nabila itu sendiri. Sikapnya begitu dingin dan acuh kepada Ilham. Walau sudah berkali-kali ditegur oleh Abah tetap saja ia tidak berubah. Sama tidak ada kebahagiaan dari kedua pasangan suami istri itu. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status