All Chapters of Benih 20 Milyar CEO Dingin: Chapter 151 - Chapter 160
189 Chapters
BAB 151
“Daddy yang akan antar kau ke sekolah.”Daren yang mendapati rencana Marissa yang hendak mengantar anak-anaknya ke sekolah itu pun menyela. Karena memang hari ini dia sudah berencana untuk mengantarkan kedua buah hatinya itu berangkat ke sekolah sebagai penebus kesalahan beberapa hari dia yang terlalu sibuk, hingga kehilangan waktu untuk bersama dengan kedua buah hatinya tersebut.Aiden masih dengan sikap tenaganya, sama sekali tidak peduli siapa pun yang akan mengantarkannya ke sekolah. Baginya, tiba di sekolah tepat waktu adalah hal yang jauh lebih penting bagi hidupnya. “Yah, Dad. Ara ingin tante Marissa yang antar Ara ke sekolah. Ara akan tunjukkan pada semua teman-teman Ara, jika Ara memiliki tante cantik yang bisa Ara banggakan pada mereka selain Mommy yang tak kunjung kembali,” sergah Ara yang bersikukuh agar Marissa tetap mengantarkannya ke sekolah. Ara telah memiliki rencana yang tiba-tiba muncul dalam benaknya saat dia mendengar rencana Marisa yang hendak mengantarkannya
Read more
BAB 152
Ara sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil Marisa, sedangkan wanita yang diajaknya untuk berangkat bersama masih berjalan menuju ke mobilnya. Dalam hati, Marissa tentu sangat bahagia sekali ketika harus mendapatkan dukungan dari Ara yang mampu membuat Daren tidak mampu berkutik sama sekali, selain menuruti apa yang diminta oleh gadis kecil tersebut. Riana yang mendapati situasi di depan matanya itu pun memiliki sedikit harapan agar Daren mulai berpikir untuk membuka pintu hatinya demo kedua buah hatinya itu. Bukan dia tidak mendukung jika Danisa akan kembali nantinya dalam kehidupan anak dan kedua cucunya. Melainkan Riana yang sudah tidak berharap jika Danisa akan kembali lagi dalam kehidupan mereka. Fakta yang terjadi jika sudah empat tahun lebih wanita yang pernah ia sayang sebagai seorang menantu itu pergi begitu saja tanpa meninggalkan kabar apa pun sejak kepergiannya. Jadi, bukan hal yang salah jika Riana memiliki harapan untuk orang-orang tersayangnya saat ini. Sebagai
Read more
BAB 153
Ara yang begitu semangat bersekolah itu segera membuka pintu mobil Marissa yang baru saja berhenti. Ternyata anak itu sudah sangat tidak sabar, saat dia ingin menunjukkan pada semua teman-temannya jika harinya ini berbeda dengan biasa yang dia lalui sebelum sebelumnya. “Hati-hati, Sayang. Kau sungguh sudah tidak sabar ya,” pesan Marisa yang melihat tingkah tidak sabar yang dilakukan oleh Ara tersebut. “Tante Cantik, cepat! Aku sudah tidak sabar untuk ke kelas hari ini,” jawab Ara tak kalah antusias dari sebelum dia tiba di sekolah. Marissa terkekeh pelan, dia menggelengkan kepala saat mendapati sikap Ara yang begitu berlebihan itu. “Iya, Sayang.” Marisa segera menutup pintu mobilnya, dia menuju di mana Ara sedang menunggunya. Daren dan Aiden pun sudah tiba tak lama setelah Marisa memarkirkan mobilnya. “Sayang. Kau harus pamit dulu sana Daddy-mu,” ujar Marissa. Dia tidak ingin membuat kesalahan, makanya Marisa meminta Ara untuk pamit lebih dulu pada Daren dan Aiden yang terliha
Read more
BAB 154
“Bunda, kita rencana outing class minggu depan apa sudah diselesaikan semuanya?” Tanya Bu Elisa pada Danisa yang sedang duduk di balik meja kerjanya. Danisa yang tengah fokus pada layar monitor di hadapannya itu pun mendongak. Menatap ada salah satu guru yang bekerja di Yayasan Pendidikan yang dikelola olehnya tersebut.Bu Elisa melangkahkan kaki dan duduk di kursi tunggal yang ada di depan meja kerja sang atasan.Danisa yang tersadar jika dia melupakan schedule yang seharusnya sudah siap itu pun menghela nafas beratnya. “Astagfirullah.” Danisa yang baru tersadar itu pun menatap tak percaya pada karyawannya itu. Bagaimana bisa dia melupakan jadwal penting yang seharusnya sudah siap dalam waktu sangat mepet ini. Kesibukan yang dilakukan olehnya selain harus mengelola yayasan yang dia miliki Dan Danisa pun memiliki beberapa cabang toko kue yang sedang berkembang pesat, dengan Maya yang membantu pengelolaan langsung saat Danisa fokus di Yayasan yang tidak ingin dia tinggalkan. Ya, m
Read more
BAB 155
“Maaf, Bunda Nisa. Saya sungguh tidak tahu jika hari itu anda akan menggunakan pelayanan kami untuk mengantar anak-anak pekan depan. Karena saya yang belum mendapat schedule dari bawahan saya,” ujar pria yang berada di seberang panggilan yang sedang Danisa lakukan saat ini. Danisa yang mendengar kabar jika hari yang telah dia tetapkan tidak ada bus yang kosong sesuai permintaan dia sebelumnya itu pun mendesak kecewa. “Pak, tapi saya kan sudah pesan awal tahun sebelumnya. Dan ini kali pertama saya harus kecewa, hanya karena kelalaian yang telah saya lakukan karena belum menjawab ulang demi memastikan pada tim Bapak,” kata Danisa dengan putus asa. Dia sedang dilema, karena dalam waktu yang begitu mepet. Danisa harus mendapatkan bus pariwisata terbaik yang bisa membawa anak-anak didik untuk melakukan kegiatan yayasan miliknya itu. “Saya minta maaf, Bunda. Mereka sudah melakukan pelunasan pada pihak kami. Jadi, tidak mungkin juga bagi pihak kami untuk membatalkan kerja sama tersebu
Read more
BAB 156
“Ehem.”Restu berdehem pelan, mengurai kecanggungan yang terjadi antara dirinya dan juga Danisa. Dia yang memang mengagumi sosok Danisa. Wanita penyayang, penuh kelembutan yang berhasil mencuri perhatiannya sejak kedekatan anak semata wayangnya itu terjadi pada wanita yang ada di hadapannya itu. “Saya minta maaf. Saya sama sekali tidak memiliki maksud lain padamu,” terang Restu. Dia berusaha mengurai rasa canggung yang tengah Danisa rasakan padanya itu karena tatapan memuja yang tidak sengaja lakukan tersebut. Danisa yang mendapati kalimat permintaan maaf Restu padanya itu pun kembali berusaha menetralkan diri. Menghempas perasaan tak nyaman yang sebelumnya sempat menghampiri dirinya itu. “Tidak apa. Saya hanya sedikit tidak nyaman saja.” Kata Danisa dengan senyum ramah yang kembali menghias wajahnya. Senyum yang biasa Restu lihat, saat wanita di hadapannya itu berbicara pada orang lain “Terima kasih. Sungguh, aku minta maaf dan ada maksud apa pun padamu, Danisa,” jelas Restu
Read more
BAB 157
Restu yang mendapati pertanyaan dari putrinya, Claudia menoleh ke arah Danisa yang tengah tersenyum dengan tatapan lembut yang ia berikan pada gadis kecil yang sedang berminat pada ayahnya tersebut. Dia menatap penuh tanda tanya ke arah Danisa terkait tentang pertanyaan yang dilakukan oleh Putri kesayangannya tersebut untuknya itu.“Ehm. Apa benar itu Bunda Nisa?” tanya restu kepada wanita yang sedang berdiri tak jauh darinya. Danisa mengalihkan tatapannya pada Restu. Dia yang masih dengan senyum hangatnya itu pun mengangguk pelan atas jawaban yang dia berikan pada pria itu. “Iya, benar. Memang minggu depan ada acara outing class.” Danisa tidak langsung melanjutkan kalimatnya. Dan keraguan pada diri wanita itu terlihat begitu jelas. Restu tidak ingin memaksa. Dia mengalihkan tatapan matanya pada putri tercintanya, bersamaan senyum hangat yang sedang ia berikan. “Sayang, kamu tunggu ayah di tempat permainan ya,” pinta pria itu membujuk sang putri karena dia ingin bicara hal yang
Read more
BAB 158
“Macan Ternak,” kata Danisa pada Restu. “Yah, tepat! Saya akan mendapat julukan Bapak tampan antar anak nanti yang ada,” kata Restu menjelaskan pada Danisa. Keduanya pun tergelak bersama, terlihat jelas keakraban yang terjalin antara Danisa dan juga Restu tentunya. Dari kejauhan, seorang wanita paruh baya tersenyumm lembut penuh kelegaan. Saat melihat interaksi yang dilakukan oleh Restu bersama dengan Danisa. Keduanya saling bercakap satu sama lain, Danisa juga tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah Restu berikan untuknya. Hingga sapaan dari seseorang memecah keakraban antara Restu ,dan juga Danisa. “Nak Restu, Danisa,” panggil Ibu Danisa. Wanita yang tubuhnya sudah tidak sekuat wanita lainnya itu mendekat dengan senyum tulus menghias pada wajahnya yang sudah mulai renta oleh usia dan penyakit yang dideritanya. Restu dan Danisa menoleh, mendapati wanita yang keduanya hormati tak jauh dari mereka berdiri. “Ibu,” ujar Restu, dengan penuh kesopanan,
Read more
BAB 159
Danisa yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Restu itu membeku di tempatnya. Dia sedang mencerna apa yang Restu tanyakan padanya tersebut. Sedang tatapan mata pria dewasa, duda beranak satu itu menatap begitu dalam ke arah Danissa yang bungkam di tempatnya berdiri oleh pertanyaan yang Restu ajukan pada wanita yang ia pikir masih berstatus gadis, karena memang Danisa yang memang sama sekali tidak pernah dekat dengan pria manapun. Beberapa detik, Danisa masih bungkam. Karena dia bingung harus menjawab apa. Ditatap begitu intens oleh pria yang berdiri tak jauh darinya. Berhasil membuat Danisa bungkam seribu bahasa.Sedang wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari keduanya itu melebarkan kedua sudut bibirnya. Serasa mendapatkan angin yang begitu segar, tentu saja dia sangat setuju dengan kabar yang ia dengar langsung dari pria yang begitu akrab dengannya tersebut. Tentu saja dia bahagia, mendengar apa yang Restu minta dari Danisa, putrinya itu tentu saja mendapatkan sambutan d
Read more
BAB 160
Danisa tidak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh ibunya untuknya itu. Dia terdiam, kemudian menghembuskan nafasnya dengan begitu kasar. Berusaha bersabar, atas setiap kata yang disampaikan oleh ibunya tersebut. Tidak ingin membantah, Tidak ingin pula menyinggung atas segala keinginan yang diminta oleh ibunya itu padanya. Jika ia tidak bisa memenuhi apa yang diminta oleh ibunya itu. Danisa juga tentu tidak akan mampu membuat sang ibu kecewa atas ketidak mungkinan yang tidak akan pernah dia lakukan. “Bu. Sudah berulang kali Danisa bilang, jika Danisa tidak ingin menikah.”Danisa sadar, jika jawaban yang telah dia berikan itu tidak akan membuat ibunya itu menyerah begitu saja. Ibu Danisa menarik nafas beratnya, sebesar usaha yang dia lakukan untuk membujuk anak sulungnya itu agar segera menikah selalu saja mendapatkan penolakan. Akan tetapi, demi membuat anaknya yang sudah berkepala tiga itu segera berumah tangga dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia harus melakukan sesuat
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status