Semua Bab Benih 20 Milyar CEO Dingin: Bab 181 - Bab 189
189 Bab
BAB 181
“Astaga! Ada aja kelakuan gadis kecilku itu,” kata Daren setelah Ara, putri kecilnya itu berlari semakin menjauh dari hadapannya. Riana yang mendapati kelakuan cucu perempuannya itu menggeleng pelan. Dia kembali menoleh pada sang putra dan cucu lelakinya yang kembali fokus menatap buku di tangannya. “Kalau itu foto copy-mu,” kata Riana pada putranya itu. “Dia anak Daren, Ma,” jawab Daren dengan nada yang begitu bangga atas apa yang dilakukan oleh putranya itu. Dia menjulurkan tangan dan mnegusap puncak kepala putranya itu penuh kelembutan dan begitu perhatian. Aiden yang mendapat perlakuan seperti itu dari sang ayah mengulas senyum tipis. Anak lelaki itu pun membuka suara pada sang ayah dan juga omah-nya. “Thank’s, Dad.” Aiden menjawab apa yang Daren katakan kepadanya itu. Anak lelaki yang lebih dewasa dari usianya itu pun menoleh pada sang nenek. Dia pun mengulas senyum tipis dan kembali membuka kalimatnya. “Thank’s juga buat Oma,” katanya lagi berterima kasih yang Riana sendir
Baca selengkapnya
BAB 182
Riana yang mendengar keinginan dari cucunya itu pun hanya mampu menghela nafas beratnya. Sebab Dia sebagai seorang nenek tak bisa mengambil keputusan selain hanya membujuk Sang putra untuk mendukung keinginan dari cucu kesayangannya. Dia pun akhirnya memilih untuk memberi pengertian kepada Ara. “Omah akan bicarakan ini pada Daddy ya,” jawab Riana yang tak bisa memberikan keputusan untuk sendiri. Sebelum Riana berbicara kepada Darren atas keinginan yang diminta oleh Ara. Dia menoleh ke arah Aiden yang masih makan dengan sangat tenang. “Kalau kau bagaimana, Sayang?” Tanya Riana pada Aiden. Aiden menyelesaikan kunyah hanya terlebih dulu di dalam mulutnya sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan sang Omah untuknya.Aiden, anak lelaki itu akan selalu menatap lawan bicara jika sedang berbicara terhadap dirinya. Baik orang lain, maupun omahnya. “Aiden ikut keputusan Daddy dan Omah. Aiden tidak pernah mempermasalahkan dimanapun Aiden akan tinggal. Terpenting bagi Aiden a
Baca selengkapnya
BAB 183
“Kau mau ke mana?” tanya Riana yang telah melihat putranya itu keluar dengan menyampirkan jaket di badannya. Nelson telah keluar beberapa saat lalu dari ruang kerjanya. Entah hke mana lagi perginya pria itu dan Daren memutuskan untuk pergi juga setelah anak buahnya itu pergi lebih dulu meninggalkan ruangannya.Daren menghentikan langkah ke rumah dia menoleh pada sang Mama yang telah bertanya kepadanya.Darn menatap mamanya, dia pun mengulas senyum yang tak biasa Dia lakukan pada orang lain.“Daren keluar sebentar, Ma.” Dia berkata dengan penuh ketenangan pada mamanya itu. Riana yang mendengar jika Daren akan keluar rumah itu pun mengernyitkan kening. Sebab sebelumnya putranya itu bilang tidak akan kemanapun akan tinggal di rumah dan bermain bersama kedua anaknya.“Bukankah tadi kau bilang jika tidak akan ke mana pun? Lalu, mengapa kau berubah pikiran seperti ini? Apa ada sesuatu yang membuat dirimu berubah pikiran dan memutuskan untuk pergi?” tanya Riana penuh selidik pada putrany
Baca selengkapnya
BAB 184
Denisa merupakan tubuhnya di atas kasur, namun matanya tetap tak mampu bisa terpejam seperti saat-saat sebelum dia bertemu kembali dengan masa lalu yang susah payah ingin dilupakan.Bayang-bayang itu kembali muncul setelah pertemuan tak terduga itu terjadi dengan pria yang pernah menjadi suami kontrak dan dua anak yang ia yakin adalah anak-anak yang pernah dikandungnya.Isi kepalanya sangat penuh, terngiang dengan berbagai tanda tanya. Apakah Daren, suami kontraknya itu masih mengingatnya dalam keadaan dirinya yang sudah menggunakan penutup kepala.Atau mungkin, pria itu telah benar-benar melupakannya. Sebab, sejak dirinya hidup bersama dengan pria itu, Darren sama sekali tidak memberikan celah sedikitpun untuknya masuk ke dalam perlu hatinya.Pusara kegelisahan itu semakin tak tertahankan dengan berbagai pertanyaan yang terus muncul yang membuat dirinya terus menjadi gelisah.Apakah anak-anaknya itu mengenalnya? Atau bahkan sama sekali tidak mengenal siapa ibunya.Sesak rasa yang Dan
Baca selengkapnya
BAB 185
Danisa terburu-buru berlari ke arah pintu keluar rumahnya. Maya yang melihat sang kakaknya meminum teh hangat yang dibuatkan olehnya itu pun menoleh cepat, sebab Danisa belum menyentuh sarapan yang sudah dia siapkan bersama si mbak yang sudah memasakkannya.“Mbak, nggak sarapan dulu to?” Tanya Maya, sang adik dengan sedikit menaikkan intonasi nada suaranya saat melihat Danisa semakin menjauh darinya tersebut. Tanpa menghentikan pergerakan dirinya yang sedang mengambil sepatu untuk dikenakan olehnya di ruang tamu itu pun dan bisa menjawab teriakan yang dilakukan oleh Maya, adiknya.“Nanti saja, Dek. Mbak sedang terburu-buru,” jawabnya. Danisa langsung meninggalkan rumah, berlalu menuju ke yayasan yang takbjauh dari tempat tinggalnya itu. Di halaman rumah, langkah Danisa harus kembali terhenti saat mendapati sang ibu yang berjalan menuju ke arah rumahnya itu.Denisa menghampiri ibunya untuk berpamitan kepadanya. “Danis kesiangan, Bu. Danis verangkat dulu ya,” pamitnya.Dia mengambi
Baca selengkapnya
BAB 186
Mendapati nama Restu disebut membuat Danisa pun bertanya pada sang ibu.“Ibu bertemu Restu?” tanyanya penasaran pada ibunya.“Iya, tadi pagi setelah mengantar Claudia, Nak Restu kembali lagi dan memberikan ibu buah-buahan,” terang sang ibu menyampaikan jika Restu datang dan mengantar buah-buahan lagi untuk ibunya. Danisa terdiam, dia jadi tahu sebab Restu tahu jika dirinya belum sempat sarapan karena kesiangan bangun. “Restu?” tanya Danisa dengan rasa penasaran yang terjadi padanya. Dia pun mendekat ke arah dimana sang ibu yang sedang duduk bermain dengan Claudia dan anak asuhnya yang lain itu. Sang ibu mendongak, menatap dan tersenyum lembut ke arah putri sulungnya itu. “Ya, tadi Nak Restu datang dan lihat ibu mau siapkan makan untukmu. Dan dia bilang, biar dia saja yang kirim makanan untukmu. Jadi, ibu ya nggak jadi siapkan,” jawab ibunya dengan enteng. Tak ada kecanggungan sedikitpun yang terjadi pada wanita renta itu, sebab dia berpikir jika yang Restu lakukan akan memberikan
Baca selengkapnya
BAB 187
Danisa mengamati Restu dan Claudia yang berbisik-bisik di hadapannya itu. Sikap yang Restu tunjukkan atas putrinya itu berhasil menarik rasa ingin tahunya. Sesekali tawa kecil mereka terdengar, membuat Danisa semakin penasaran. Ada apa sih di antara mereka berdua? Dan yang paling penting, apa yang sedang mereka rencanakan sebenarnya. Mengapa terlihat seperti ingin menyembunyikan sesuatu dari dirinya?Sejak kedatangan Restu dan Claudia yang sempat ingin mengatakan sesuatu padanya tak jadi. Bertambah Restu yang terlihat membisikkan sesuatu pada Claudia itu berhasil menarik rasa penasarannya. Claudia terlihat sibuk membisikkan rencana mereka. Sesekali mereka mencuri pandang ke arah Danisa, tatapan mereka penuh misteri. Danisa mencoba untuk tidak peduli, tapi rasa penasarannya terus mengusik."Ada apa sih kalian berdua bisik-bisik?" tanya Danisa akhirnya, tidak tahan lagi dengan rasa penasarannya. Dari pada penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Restu dan Claudia, Danisa memilih
Baca selengkapnya
BAB 188
Danisa melangkahkan kakinya dengan ragu menuju ruang tunggu tamu. Jantungnya berdebar kencang, rasa gugup dan penasaran bercampur aduk di dalam dirinya. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini, sebab sebelumnya saat ada tamu dia tidak pernah seperti ini. Kali ini, ada yang berbeda. Danisa pun tidak tahu sebab apa yang membuatnya menjadi berdebar tiba-tiba. Dia pamit meninggalkan Restu dan juga Claudia yang akan pamit pada ibu Dnisa. Sedang Danisa memilih untuk menemui langsung tamu yang akan mendaftar di yayasan tempatnya. “Aneh sekali. Kenapa tiba-tiba saja jantungku berdebar seperti ini.” Danisa hanya mampu membatin dalam hatinya, dengan langkah yang seolah menjadi lama yang tak kunjung tiba di ruang tunggunya. Setiba di ruang tunggu, langkah Danisa pun memelan. Saat kedua matanya itu menatap punggung pria yang sedang berbicara melalui ponsel yang dia tempelkan tepat di samping kepalanya. Debaran dalam dadanya semakin bergejolak hebat. Danisa pun belum mengerti sebab ap
Baca selengkapnya
BAB 189
Pria yang telah memiliki dua anak itu masih mampu menunjukkan sikap tenangnya pada kedua buah hatinya. Dia pun memberikan senyum tipis pada Ara yang terlihat murung dari tatapan mata yang dia tunjukkan pada ayah tercintanya itu. Daren mensejajarkan tinggi pada sang buah hati. Mengusap surai indah yang tergerai panjang milik Ara, dengan kepang lucu yang sangat menggemaskan itu. Ara melirik ke arah Danisa yang berdiri menatap dirinya dengan tatapan sendu dan mata yang mulai berkaca-kaca. Kemudian beralih menatap sang ayah, yang sebelumnya bertanya kepadanya. “Yes, but ….”“Halo, senang berjumpa dengan anda.”Bukan Ara yang berkata dengan begitu ramah. Melainkan, Aiden yang sejak tadi diam itu tiba-tiba sudah berada dalam jarak yang sudah dekat tanpa orang-orang dewasa itu sadari telah mengulurkan tangan mungilnya dengan tatapan yang begitu tenang menyambut ramah Danisa. Danisa terkesiap, dengan sikap yang ditunjukkan oleh anak lelaki itu. Dengan cepat, dia memalingkan wajah, membua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status