All Chapters of Video Syur yang Ditonton Putriku: Chapter 21 - Chapter 30
82 Chapters
Part 21
Tanpa berkata apa-apa lagi lekas berlari masuk ke dalam mobil, kembali melajukannya meninggalkan kediaman Roy karena ingin segera sampai ke bank dan memblokir tabungan milikku.Dada ini terasa sesak bagai sedang tertimpa batu besar saat mencetak rekening koran dan ternyata Devi sudah melakukan transaksi dua kali di jam 23.34 dan 08.12, dengan total dua ratus juta. Sepertinya dia memang sudah merencanakan pencurian itu, sebab semalam aku keluar dari apartemen di jam setengah dua belas malam. Apes. Ini yang namanya sudah jatuh, ketimpa tangga, kejatuhan genteng pula. Sial bertubi-tubi.Setelah mengamankan rekening walaupun tidak semuanya selamat, sekarang tinggal memikirkan nasib sertifikat apartemen. Aku takut Devi menyalahgunakan sertifikat tersebut, dan yang lebih fatal jika dia secara diam-diam malah menjualnya. Bisa tambah jadi gembel aku nanti.Arghh!!!Semua masalah ini bagai gulungan ombak maha dahsyat yang tiba-tiba datang da
Read more
Part 22
"Saya tunggu secepatnya. Kalau Bapak tidak segera membayarnya, saya akan datang kembali dan menghancurkan semua yang Bapak miliki!" ancamnya sambil mengayunkan kaki keluar dari ruangan, membanting pintu dengan begitu keras hingga fotoku bersama Devi yang masih menggantung di bilik dinding jatuh dan pecah terbelah.Aku berusaha bangkit, merapikan kemeja yang sudah berantakan lalu duduk memaku di kursi singgasana yang mendadak terasa begitu tidak nyaman di duduki.Bagaimana ini. Uang tabungan tinggal sedikit, hutang bertumpuk, sementara sertifikat apartemen sekarang berada di tangan Devi.Sial banget hidupku. Aku pikir Devi benar-benar tulus mencintai aku seperti yang selama ini dia ucapkan, ternyata semua kata yang keluar dari mulutnya hanya dusta belaka. Dia tidak ubahnya seperti lintah penghisap darah.Menjambaki rambut sendiri, benar-benar pusing dengan semua problema yang tengah kujalani. Sekarang, kepada siapa aku harus meminta pertolongan jug
Read more
Part 23
Aku terus mengamati sepeda motor berwarna hitam yang masih terparkir di halaman sekolah. Terlihat masih baru dan bagus. Jika dijual sepertinya masih bisa menghasilkan uang yang lumayan.Namun, jika aku kembali melakukan itu, pasti Azriel akan semakin benci, karena dulu saja ketika Devi menyuruhku mengambil motor sport yang aku hadiahkan untuknya dia terlihat begitu marah. Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama lagi."Faza, sini, Nak!" teriakku memanggil teman sekelas Azriel, dan remaja seusia anakku itu segera berjalan menghampiri."Ada apa, Om?" tanyanya kemudian dengan nada sopan."Titip kunci motornya Azriel." Memberikan kunci motor yang sempat aku ambil dari si sulung kepada bocah berusia tujuh belas tahun itu."Iya, Om." Dia melekuk senyum sambil menatapku."Oh, iya. Kamu kan dekat dengan anak saya, tolong bujuk dia untuk mau menghormati saya sebagai ayahnya. Jangan jadi anak durhaka, karena biar bagaimanapun dalam dara
Read more
Part 24
"Aku masih mencintai dia, Roy!" Lelaki yang usianya terpaut lebih muda dua tahun dariku itu tertawa renyah, seolah ada yang lucu dengan ucapan yang terlontar dari mulutku."Cinta? Cinta apa, Ris? Kalau cinta tidak akan pernah menyakiti. Kamu sudah menggores luka begitu dalam di dinding hatinya. Kamu sudah meluluhkan lantakkan perasaan dia, membuat perempuan itu menitikkan air mata karena pengkhianatan yang kamu lakukan. Sekarang, setelah kamu dicampakkan oleh Devi, kamu masih berani bilang soal cinta?"Aku menunduk diam mendengar ceramahnya. Dia memang lebih muda, akan tetapi entah mengapa aku tidak pernah berani mendebat dia. Hatiku selalu merasa luluh jika bersitatap dengan Roy."Kamu itu ibarat membuang berlian hanya demi sebongkah batu, Ris. Sekarang menyesal pun sudah tidak ada artinya," nasihatnya lagi, seperti belum puas menelanjangi diriku."Terus aku harus bagaimana, Roy?" Menatap mata sendu itu."Taubat, kamu juga
Read more
Part 25
POV Devi.Memantas diri di depan cermin, menatap wajahku yang semakin cantik memesona juga tanpa cela. Sekarang tidak ada lagi yang bisa menolak pesona Devi, termasuk si Haris, laki-laki yang sudah lama aku incar, tetapi selalu saja cuek dan terlalu bucin kepada Ambar.Bukannya tidak tahu berterima kasih karena dulu perempuan itu pernah menyelamatkan hidupku, ah, mungkin kata-kata menyelamatkan hidup itu terlalu berlebihan. Dia hanya memberikan setetes darah saja, masa iya aku harus bertekuk lutut dan selalu merasa berhutang budi kepadanya? Lagian, siapa suruh dia sok baik dan mendonorkan darah untuk aku. Kalaupun dia tidak mendonorkannya, sudah pasti pihak rumah sakit akan mencarikannya di PMI, walaupun golongan darahku itu tergolong langka dan hanya orang-orang tertentu yang bisa mendonorkannya. Tetapi kan tidak harus Ambar, supaya dia tidak besar kepala dan merasa kalau aku berhutang nyawa kepadanya.Entahlah. Sejak dulu hingga saat ini, menga
Read more
Part 26
Wangi aroma maskulin tiba-tiba menguar di udara. Haris keluar dengan pakaian santai serta rambut basah juga harum, disusul oleh Azriel dan Syaqila yang terus saja memuji harumnya masakan Ambar yang sebenarnya menurutku biasa-biasa saja. Hanya saja mereka terlalu berlebihan dan takut ibunya marah jadi sok memuji seperti itu."Mas Haris apa kabar? Semakin tua semakin tampan saja?" sapaku kepada laki-laki yang tengah duduk di kursi paling ujung, membuat Ambar seketika langsung menatap ke arahku, sementara Mas Haris hanya menoleh beberapa detik kemudian kembali fokus kepada makanan yang mulai dituangkan di atas piring.Sok cool, sok tampan. Awas saja kamu nanti. Aku pastikan kamu akan bertekuk lutut kepadaku dan mencampakkan keluarga kecil kamu seperti sampah, dan setelah semuanya hancur aku akan pergi meninggalkan kamu.Seusai santap malam, aku lihat Haris membantu istrinya membawa perkakas kotor ke wastafel, sementara Syaqila mencuci piring dan Azriel m
Read more
Part 27
"Ambar, aku permisi pulang dulu, suami aku nelepon dan nyuruh aku buru-buru pulang," pamitku kepada Ambar yang sedang duduk di ruang tamu bersama keluarga besarnya."Oh, ya sudah, Dev. Kamu hati-hati ya?" Dia melekuk senyum sok polos dan sok tulus.Aku segera keluar dari rumah tersebut, tersenyum miring sambil menatap perhiasan yang berhasil aku ambil dari kamar si tukang pamer. Biar tahu rasa. Lagian hanya satu buah kalung dan satu buah cincin mah nggak akan membuat dia mendadak menjadi miskin.Setelah dari rumah Ambar aku segera pergi ke pasar, menawarkan perhiasan tersebut ke toko emas dan ternyata penawaran dari si empunya toko benar-benar membuat aku syok luar biasa. Satu buah kalung ditawar dua puluh lima juta, dan cincin milik Ambar dihargai enam juta. Padahal sepertinya gramnya tidak terlalu besar, tetapi harganya luar biasa mahalnya.Ya, walaupun pada awalnya banyak toko yang menolak dengan alasan takut barang curian, tetapi akh
Read more
Part 28
"Aku minta maaf, Ambar. Aku benar-benar nggak tahu. Aku khilaf. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi suami aku yang kasar dan suka main tangan. Ini aja aku masih dikejar-kejar rentenir karena masih ada hutang sama mereka, dan diancam akan dibunuh jika tidak segera melunasi hutang!" "Itu urusan kamu, bukan urusan aku. Aku nggak mau tahu, pokoknya besok kamu anterin aku ke toko tempat kamu menjual perhiasan aku, biar aku tebus barang-barang itu!" Dengan jumawa Ambar memutar badan, meninggalkan kediamanku tanpa permisi dan basa-basi. Lama-lama semakin menunjukkan sikap angkuhnya ini perempuan. Awas saja nanti kalau Haris sudah berada dalam pelukan aku. Akan kutendang jauh-jauh, dan akan kubalas semua sikap sombong kamu, Ambar!***Esok harinya, sebelum aku berangkat kerja ibu beranak dua itu sudah menunggu di halaman dan langsung mengajakku ke toko tempatku menjual kalungnya. Sepanjang perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang kelua
Read more
Part 29
Seminggu sudah aku berada di tempatnya Meta. Uang pun sudah terkumpul sebanyak tujuh juta, karena tidak setiap malam ada tamu yang datang menggunakan jasaku. Mereka lebih suka dilayani oleh Meta yang katanya lebih menjepit juga menggigit.Tepat di malam Selasa Kliwon, Meta mengajakku ke sebuah bangunan tua yang letaknya di pinggiran kota dan jauh dari pemukiman penduduk lainnya.Seorang laki-laki paruh baya keluar dengan totopong hitam menutup kepala. Kesan mistis begitu terasa ketika berada di rumah itu, apalagi suasana di sekitarnya terlihat begitu gelap dengan penerangan seadanya."Ada apa kamu datang ke tempat saya, Nyai?" tanyanya sambil menatap wajahku."Saya mau pasang susuk sekaligus ingin meminta bantuan Mbah, supaya laki-laki yang saya incar bisa bertekuk lutut kepada saya dan memberikan apa pun yang saya mau," jawabku yakin.Pria berkulit gelap itu mengusap janggutnya lalu kembali menatap wajahku tanpa berkedip."Kamu
Read more
Part 30
Semenjak aku menggunakan susuk berlian, Haris menjadi begitu patuh kepadaku. Apa pun yang aku minta selalu dia turuti, dan semua yang kuperintahkan akan dia lakukan. Termasuk saat aku menyuruhnya untuk mengambil sepeda motor milik Azriel juga menyuruh memukuli anaknya. Bahkan darah dagingnya sendiri saja sampai hampir dibunuh oleh laki-laki itu. Aku sangat puas melihat Ambar sering menangis meratapi nasib rumah tangganya berantakan, juga kehilangan hampir semua yang dia miliki.Ya, walaupun aku tidak mendapatkan seluruh harta yang Haris miliki, tetapi setidaknya aku sudah dibelikan rumah, hampir semua uang Haris masuk ke dalam rekening dan sekarang aku akan membuangnya karena dia sudah tidak memiliki apa-apa.Incaranku sekarang adalah Andika, suami dari Rianti yang ternyata kekayaannya melebihi Haris, dan aku yakin suatu saat dia juga akan bertekuk lutut kepadaku, memberikan semua yang aku minta lalu membuang Rianti yang sombong itu persis seperti Haris membuang Am
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status