All Chapters of Antara Dendam dan Penyesalan: Chapter 161 - Chapter 170
1620 Chapters
Bab 161
Selena menggelengkan kepala sembari terus memohon, "Hanhan, aku ... "Satu tangan Harvey menggendong anak, dan satu tangannya lagi menyeka air mata Selena sembari berkata dengan dingin, "Seli, kalau kamu mengatakan hal baik tentangnya lagi, aku akan kembali menembaknya, kamu mau coba melihatnya?"Selena segera diam, psikopat ini bisa melakukan apa saja.Selena hanya bisa menangis dengan pasrah, lalu Harvey berkata dengan lembut, "Setiap tetes air mata yang kamu keluarkan untuknya akan menjadi darahnya."Selena merasa seperti ada batu besar yang mengganjal di hatinya. Ada ribuan kata-kata yang ingin dia utarakan, namun semuanya tidak bisa dia katakan.Dia hanya bisa terus menggelengkan kepalanya, Harvey mengulurkan tangannya untuk menutup matanya. "Patuhlah, jangan lihat. Setelah hari ini kita bisa bersama seperti dulu lagi."Jarren yang ditutup mulutnya mengumpat dan Yesa tiba-tiba muncul dan berkata, "Bunuh saja aku, jangan bunuh Kak George, dia hanya ingin memperbaiki kondisi pulau i
Read more
Bab 162
Semua orang merasa tegang, itu hanya suara yang keluar dari mulut Harvey, yang membuat pemuda itu mengerutkan kening.Harvey melepaskan pistolnya dengan tatapan memuji, "Bagus kamu seorang pria sejati. Hanya saja nyawanya nggak bisa ditukar."Dia mendekati George dan saat ini George segera menodongkan pistol ke kepalanya."Jangan bergerak!" Beberapa orang di sekitar menodongkan pistol ke arah George, ternyata sejak tadi dia sedang mencari waktu yang tepat untuk bertindak."Nyawa murahanku ini, nggak akan rugi kalau diganti dengan nyawa Tuan Harvey." George menyeringai di balik topengnya.Kemudian dia menatap Selena dengan dalam, seolah tatapannya sedang mengatakan 'mulai hari ini kamu bebas.'George tahu bahwa begitu dia menembak, peluru akan datang dari segala arah dan dia tidak bisa melarikan diri.Selena bodoh, tidak ada yang mengira akan terjadi perubahan mendadak ini.Dia baru mengenal George selama setengah bulan, bagaimana mungkin dia bisa mengorbankan nyawanya?"Jangan, jangan
Read more
Bab 163
Setelah melewati Jarren dan Yesa, kedua anak ini menatap Selena dengan tatapan tak rela.Selena tersenyum untuk menghiburnya.George hanya terus menatap Selena yang menaiki helikopter tanpa mengatakan apa pun, dia tahu sekarang bukanlah kesempatan yang tepat.Harvey tidak boleh mati di sini, dia tidak boleh menyebabkan masalah bagi pulau ini.Namun begitu meninggalkan pulau ini ...Tatapan George memancarkan kekejaman, kebetulan Harvey menoleh karena merasakan sesuatu.Keduanya saling menatap di udara, bagaikan singa jantan dan harimau ganas, pandangan mereka bertemu dan terpisah seketika.Mereka mengerti bahwa hari ini bukanlah akhir dari segalanya.Selena meninggalkan pulau itu tanpa sempat berpamitan, dia melihat rumah kayu kecil itu, pohon sakura yang besar, Nenek, Bibi Cian, dan para anak yang di depan pintu sedang menatap kepergiannya.Dan burung hantu George yang tiba-tiba menghilang, sinar matahari hanya menangkap bayangannya, seperti serigala yang kesepian, perlahan-lahan menj
Read more
Bab 164
Selena membelalakkan matanya.Dalam beberapa hari ini, dia berulang kali membayangkan tindakan yang akan Harvey lakukan saat menangkapnya.Hanya saja, tidak seperti sekarang....Harvey seperti seorang musafir yang haus akan sumber air di tengah gurun, dengan susah payah dia menemukan mata air yang jernih. Dia mencium Selena dengan perlahan, seolah takut kehilangannya.Jantung Selena berdegup kencang.Selena melihat bulu mata pria yang panjang itu bergetar di bawah sinar matahari menutupi warna matanya, sehingga mustahil bagi Selena untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan pria itu saat ini.Kehangatan yang sudah lama tidak pernah ada, muncul dalam diri Harvey.Saat Selena sedang melamun, Harvey tiba-tiba menggigit bibirnya hingga timbul rasa sakit.Harvey berkata dengan dingin, "Kamu sedang memikirkannya lagi?"Hati dan pikiran Selena sudah dipenuhi dengan Harvey, mana ada tenaga memikirkan orang lain.Selena menjawab dengan dingin dan wajah tegas, "Nggak ada, sudah berapa kali kub
Read more
Bab 165
Harvey menghentikan langkahnya, lalu menunduk untuk menatap Selena yang hanya diam saja. Selain suara air yang mengalir, kamar mandi sangat hening.Tangan yang menggenggam pergelangan tangannya terasa hangat, kebuntuan melanda di antara mereka berdua.Selena hanya bisa mengatakan hal yang bertentangan dengan keinginannya, "Jangan pergi."Harvey memegang dagu Selena dan berkata dengan nada dingin, "Sudah sampai begini saja kamu masih memohon untuknya."Selena seperti berbicara dengan orang yang tidak bisa diajak berkomunikasi. Sekarang apa pun yang dia katakan, hanya ada satu hal di benak pria ini, 'kamu berselingkuh dan mengkhianatiku.'Padahal orang yang jelas-jelas mengkhianatinya adalah Harvey sendiri!Selena merasa makin gelisah lagi, begitu memikirkan Jarren dan Yesa, dia hanya bisa menghela napas pelan.Kemudian Selena berdiri dari bak mandi tanpa memedulikan tubuhnya yang basah dan langsung memeluk Harvey.Uap air perlahan-lahan menyebar di kemeja putihnya, tetapi Harvey tidak b
Read more
Bab 166
Dia sudah pergi begitu lama, secara logika harusnya Darren sudah membantu menemukan kebenarannya.Begitu mendengar suaranya lagi, Darren langsung mengkhawatirkan kondisi tubuhnya."Selena, bagaimana keadaanmu?"Sejak kejadian di kapal pesiar terakhir kali, Darren selalu memikirkannya, dia selalu meneleponnya tetapi tidak ada jawaban sama sekali."Maaf, membuatmu khawatir. Aku ada beberapa urusan jadi sementara waktu tidak bisa dihubungi, tetapi sekarang sudah baik-baik saja."Darren baru bisa tenang. "Baguslah kalau baik-baik saja. Hal yang kamu suruh aku selidiki sebelumnya sudah menemukan beberapa hasil, apa kamu bisa bertemu untuk membahasnya?"Selena menghela napas, memikirkan dirinya yang masih belum keluar dari pusaran George, lalu sekarang datang lagi Darren, entah apa yang akan dilakukan Harvey."Darren, sejujurnya aku takut akan diawasi. Aku curiga bahwa ada seseorang yang mengawasi setiap gerak-gerikku. Saat sedang menyelidikinya, kamu enggak menarik perhatian siapa pun, 'kan
Read more
Bab 167
Selena merasa senang dan terus berterima kasih kepada Darren, "Terima kasih, Darren. Kamu sangat membantuku."Sekarang hanya perlu menemukan anak Jane dan Arya untuk melakukan tes DNA, maka mereka dapat membuktikan bahwa Arya bukanlah orang jahat."Selena, tenang saja, aku akan terus mencari tahu tentang pria itu. Hanya saja, sejak awal dia sudah melakukan antisipasi apabila seseorang mencarinya dan melakukan penyelesaiannya dengan sangat baik. Makanya, untuk sementara aku belum bisa menemukannya dan masih perlu waktu.""Tok, tok, tok."Terdengar suara Benita dari luar, "Nyonya, sudah selesai mandi?"Selena tergesa-gesa menutup panggilannya, kemudian menyimpan ponsel dan membuka pintu. "Em.""Nyonya pasti lapar, aku sudah menyiapkan makanan, setelah Nyonya ganti baju turunlah untuk makan."Benita tetap ramah seperti biasa, perut Selena sudah sakit, jadi dia tidak menolak dan turun ke bawah."Ibu, Ibu!"Begitu turun, dia langsung mendengar suara Harvest yang sedang bermain, kemudian ber
Read more
Bab 168
Setelah Harvey selesai menghadapi Keluarga Wilson, dia mengira bahwa Selena akan menunggunya di ruang tamu.Seperti sebelum-sebelumnya, entah seberapa malam dia akan pulang, dia pasti akan melihat sosok yang tertidur di sofa ruang tamu.Dia biasanya akan menyisakan sebuah lampu yang menyala.Namun, hari ini begitu dia membuka pintu, ruangannya gelap gulita dan tidak ada Selena.Dia meminum sedikit bir.Kalau dahulu saat seperti ini Selena akan menyambutnya, kemudian mengoceh sambil membuatkannya teh pereda mabuk.Meskipun dia banyak mengoceh, tetap saja Harvey menyukainnya.Tidak seperti sekarang, meskipun ruangan penuh dengan pemanas, dia masih merasa dingin.Begitu mendorong pintu, dia dapat melihat gumpalan di atas tempat tidur.Dia sudah tidur.Begitu Selena bangun, dia langsung menariknya ke dalam dekapannya. Karena mencium bau alkohol, Selena jadi terbangun dari mimpinya."Kamu minum bir?"Begitu mendengar suaranya yang baru saja bangun, Harvey berkata dengan tidak senang, "Selen
Read more
Bab 169
Selena mendongak dan menatap pria yang sedang berdiri di depan pintu. Dia tidak melepas pakaiannya sebelum tidur, sehingga kemejanya kusut dan kerahnya terbuka beberapa kancing.Harvey bersandar pada pintu dengan santai, meski rambutnya berantakan, tetap saja tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.Selena memang merasa bersalah, hubungan antara dia dan Harvey sangat rumit dan terus-menerus terlibat.Sebelumnya dia membuat Harvey kesal dan langsung teringat pada orang-orang di pulau, sehingga membuatnya ketakutan."Aku ... aku enggak bisa tidur." Dia segera menjelaskannya dengan takut dan melihat Harvey perlahan mendekatinya.Dia sedang duduk di lantai. Harvey yang tinggi dan besar menutupi cahaya di atas kepalanya, dan bayangan yang tercipta menutupinya.Matanya jernih, aroma birnya sedikit menghilang, pupilnya yang hitam pekat tidak menunjukkan emosi sedikit pun, sehingga sulit mengetahui emosinya.Selena bergegas merapikan kembali dokumennya, kemudian menjelaskannya dengan terbat
Read more
Bab 170
Selena terkejut sejenak dan begitu tersadar, dia langsung mendorong Harvey.Tidak ada alasan lain, hanya karena Harvey sudah menyentuh orang lain, lalu menyentuhnya, membuat Selena merasa jijik.Namun usahanya sia-sia, telapak tangan besar pria ini menekan kepala belakangnya, sehingga memperdalam ciuman mereka.Selena mengernyitkan dahinya dan ingin menggigitnya, tetapi ketahuan olehnya sehingga dia langsung meletakkan kedua tangannya di pipi Selena.Pria dan wanita memiliki perbedaan kekuatan fisik yang sangat jelas, Selena pun hanya bisa pasrah menerima perlakuannya.Ketika dirinya mengira akan mati kehabisan napas, Harvey akhirnya melepaskannya.Selena Bennett memandangnya dengan mata yang memerah, seperti seekor kelinci kecil yang marah.Harvey menatapnya dengan dingin dan berkata, "Kenapa? Aku enggak boleh menyentuhmu?"Tanpa menunggu jawabannya, jari-jarinya menekan pipi Selena semakin kuat dan menatapnya dengan tatapan dingin.Selena mengerutkan keningnya dan membatin, 'Kenapa o
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
162
DMCA.com Protection Status