All Chapters of Dibimbing Jadi Istri Dosen Pembimbing: Chapter 71 - Chapter 80
110 Chapters
71. Pasangan Arya
Arya ditarik paksa mengikuti wanita bergaun merah marun. Pegangan tangannya dengan Dinda secara otomatis terlepas begitu saja. Arya berjalan terus dengan terpaksa, mengikuti wanita di depannya. Kedua netranya tidak lepas dari sosok di depannya. "Siapa gerangan wanita kurang ajar ini?' geram Arya. Wanita itu terus saja melangkah tanpa memerdulikan Arya yang kebingungan dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Terpaksa terpisah dengan calon istrinya. Arya menghentikan langkahnya secara mendadak, hingga membuat wanita yang menariknya paksa, tertarik sedikit ke belakang. "Kenapa berhenti tiba-tiba?" Wanita itu sontak memutar tubuhnya ke belakang. Kini mereka berdiri saling berhadapan. "Mengapa anda bersikap ceroboh?" Arya menatap tajam wanita di depannya itu. 'Andai dia laki-laki,' gumam Arya mengepalkan kedua tangannya. "Saya tidak begitu." Arya tidak ingin memperpanjang percakapan itu. Ia langsung kembali menuju Dinda yang masih berdiri menatap dirinya dengan tatapan bingung
Read more
72. Dimana Mega?
Arya memberikan snack kepada Dinda yang duduk persis di samping kanannya, sedangkan Mega duduk di sebelah kirinya. Keberadaan cincin di jari manis tangan kiri Arya mengejutkan Mega. Kilau cincin itu menyilaukan netranya, akibat pantulan sinar lampu yang berada tepat di atas mereka. Cincin dengan satu batu permata yang terletak di tengahnya. Sederhana tapi terlihat mewah. Mega ingin bertanya tapi, sayangnya acara inti sedang berlangsung. Sedangkan Arya sendiri begitu serius mengikuti acara demi acara . Tampaknya Arya sengaja melakukan itu, karena ia tidak ingin terlibat percakapan panjang dengan Mega. Baginya, Mega hanyalah sebuah iklan yang tidak menarik sama sekali. Sebuah iklan yang kehadirannya justru sangat mengganggu dan merusak moodnya. Mega duduk diam namun tidak dengan otaknya. Otaknya terus berputar mencari cara untuk mendapatkan perhatian Arya. Ia ingin menjadi sosok yang penting dalam hidup Arya. Ia ingin menjadi satu-satunya wanita yang berada di sisi dosen tampan it
Read more
73. Hanya Dia
Halaman parkir perlahan mulai sepi, Arya dan Dinda yang menunggu di pos satpam berjalan lebih santai menuju jeep milik Arya. Suasana malam yang gemerlap dengan bintang membuat Dinda, dan Arya tidak menyadari jika jarum jam sudah nyaris menuju angka 11. "Langsung pulang atau mau mampir kemana dulu?" Arya membawa mobilnya secara perlahan meninggalkan kawasan gedung resepsi. "Pulang. Sudah hampir tengah malam." Dinda menatap layar ponselnya yang menyala terang. "Baiklah." Jalanan mulai sepi, namun tidak begitu dengan jalan raya utama. Di sana, macet masih terjadi di beberapa titik, membuat Arya terpaksa merayap seperti semut. "Mereka semua baru saja pulang kerja?" "Sebagian besar. Sebagian lagi mungkin mereka baru berangkat kerja atau sekedar jalan-jalan bersama keluarga mereka." "Oh. Kalau Pak Arya juga pernah sampai jam selarut ini, pulang dari kampus?" "Sayang... Harus berapa kali aku memintamu untuk tidak lagi memanggilku dengan panggilan 'Pak'?" Dinda langsung tersipu mal
Read more
74. Ajarin Gua, Dong?!
Arya mengungkapkan alasan dibalik permintaannya itu secara gamblang di depan Dinda. Bukan tanpa alasan dirinya meminta Dinda memanggil dengan nama panggilan khusus untuknya. Perhatian Arya tiba-tiba jatuh pada tangan sebelah kiri Dinda. Ada sesuatu yang hilang di sana menurutnya. Ia menatap Dinda dengan seribu satu pertanyaan. "Kenapa tidak dipakai?" Tangan Arya meraih tangan kiri Dinda, lalu mengusap jari manisnya. "Apa?" Dinda belum menangkap maksud pertanyaan Arya. "Bukankah semalam masih terpasang cantik di sini?" Jari telunjuk dan ibu jari Arya mengusap jari manis tangan kiri Dinda. " Sengaja melepasnya?" Kini tatapan Arya beralih ke wajah Dinda yang terlihat panik. Gadis itu sontak berdiri. "Tadi pergi ke ... " Kedua tangan Dinda sibuk memeriksa kedua kantong celananya, akan tetapi yang ia cari tidak ada. Wajah Dinda semakin pucat. " Hi - lang? Tidak mungkin." Arya terus memperhatikan gerak-gerik calon istrinya itu. 'Apakah cincin tunangan mereka hilang?' "Terakhir pe
Read more
75. Keterlaluan
Dinda menatap papan pengumuman di depannya. Wajahnya yang semula ceria, mendadak muram. Apa yang terpampang di depannya membuatnya kembali galau. Apa yang akan terjadi dengan sidangnya jika yang ditulis di sana benar adanya? Ingin rasanya ia langsung menuju ruangan Arya tapi mengingat Arya sedang mengajar di gedung dua, Dinda langsung mengurungkan niatnya. Ia mencari Mita, kalau saja sahabatnya itu berada di sekitarnya. Namun sayangnya, Mita tidak terlihat olehnya. "Mungkin langsung bertanya ke bagian pendidikan lebih baik," gumam Dinda. Ia langsung memutar tubuhnya kembali ke lorong administrasi kampus. Ia harus mengecek kebenaran pengumuman hari ini. Langkahnya ia buat selebar mungkin, khawatir jangan-jangan petugas sudah tidak berada di tempat. Benar saja. Kekhawatiran Dinda menjadi kenyataan. Ruang administrasi pendidikan lengang. Tidak tampak seorang pun di sana. 'Kemana orang-orang ini?' Dinda celingukan. Suara printer yang berasal dari ruang sebelah, mengganggunya. Dinda kel
Read more
76. Denny
Denny sedang asyik menonton film terbaru di ponselnya ketika sebuah ketukan cukup keras terdengar di pintu kamar kos-nya. Denny bangkit lalu membuka pintu kamarnya. "Ada apa?" tanyanya pada Aris, yang tinggal di kamar sebelah. "Dicariin tuh. Cewek. Spanyol. Katanya penting. Honornya gede." "Hah?!" Denny terperangah. Ia tidak merasa memiliki kenalan seorang gadis di kampus. Teman-teman seangkatannya sudah lama meninggalkannya sendiri di kampus itu. Ia adalah satu-satunya yang tersisa, yang terpaksa mengikuti semua perkembangan yang berlangsung di kampus ekonomi. "Cepetan! Dia buru-buru katanya." "Lu kira-kira dong! Ini gua baru aja bangun tidur. Bekas iler gua aja masih nempel,"gerutu Denny kesal. Pacar bukan tunangan apalagi, tapi tamu tak diundang itu sudah semena-mena terhadapnya. Menyuruhnya untuk segera menemuinya? Mimpi! "Udah. Buruan aja kenapa sih?" jawab Aris sebal. Ia jadi ikut terganggu. Beberapa menit waktunya terbuang percuma, untuk meladeni cewek seksi yang tiba-tiba
Read more
77. Menyusun Rencana 1
Dinda menunggu kedatangan Arya yang masih sibuk berdiskusi di ruangan Hasan. Telinganya berusaha mencuri dengar tapi tidak berhasil. Arya dengan gayannya yang suka sekali berdiskusi dengan suara pelan membuatnya kesulitan. Hasan yang mendengar kabar dari Arya sontak kaget. Ia juga tidak bisa terima dengan selebaran pengumuman itu. "Rapat terakhir belum juga di-follow-up, itu artinya keputusan belum final." "Tentu. Seharusnya ada rapat lanjutan lebih dulu baru pengumuman ini dibuat lalu ditempel. Bukan seperti ini." Wajah Arya tidak dapat menyembunyikan kekecewaan dan amarahnya. Hasan menggoyangkan kedua kakinya, hal biasa yang ia lakukan jika menemui masalah seperti ini. "Mungkinkah ini perbuatan Bu Mega?" Arya menegakkan kepalanya. Ia tidak terpikir sampai ke sana. "Atas dasar apa? Bukankah beliau juga tahu jika itu belum menjadi keputusan final?" Hasan mengedikkan kedua bahunya. "Sepertinya kecurigaan saya sama seperti yang dulu. Ada motif di balik ini semua. Sesuatu yang mun
Read more
78. Terpana
Denny berhasil bangun lebih awal. Alarm ponselnya berjalan dengan baik, seolah paham jika pemiliknya memiliki agenda besar hari ini. Bangun lebih awal dari penghuni kos yang lain, Denny bebas memilih menggunakan kamar mandi manapun yang ia inginkan. Ia juga lebih santai karena tidak ada yang menggedor pintu kamar mandi dari luar. Jam enam pagi, Denny sudah berpakaian rapi. Ia mulai menata tasnya dengan beberapa buku dan satu skripsinya. Ia harus bisa memerankan perannya dengan baik hingga misinya berakhir dengan sempurna. Ia membawa vespa bututnya ke kampus melewati jalan pintas yang membelah kampus FISIP menjadi dua gedung. Membawa vespanya mengelilingi kampus ekonomi dan seni rupa sebelum akhirnya sampai di pelataran parkir depan kampus ekonomi. Bangunan gedung yang baru saja selesai dicat dan direnovasi di beberapa bagian, membuat Denny ternganga dan berdecak kagum. Kampusnya sekarang lebih fresh dengan gaya milenialnya. "Kenapa gua baru tahu sekarang kalau ini kampus maki
Read more
79. Gagal Lagi?
Denny mengeluarkan bukunya yang kosong, lalu berdiri mengambil diktat sembarang yang berada di dekatnya. Karena niat sebenarnya bukan murni untuk belajar, alhasil Denny mengambil buku yang ada di dekatnya. "Dasar-dasar ilmu manajemen?" Dinda membaca buku diktat yang diberikan Denny kepadanya. "Mau belajar ini?" Dinda keheranan. Ini akan materi mudah? "Kurang berat?" tanya Denny asal. "Loh?"Dinda menjadi bingung. "Kok tanya saya? Sebenarnya, yang mau dipelajari apa sih?" Denny mengeluarkan skripsinya lalu menunjukkan daftar isi. Ia lalu menjelaskan tentang skripsinya mulai dari pengajuan proposal hingga bab kesimpulan. Dinda menyimak begitu serius. Keduanya tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam mengambil gambar tentang mereka. Ketika posisi Dinda dan Denny begitu dekat, sosok itu mengambil gambar dari jarak yang begitu dekat tanpa diketahui Dinda dan Denny. Seringai jahat terlihat jelas di wajah orang itu. "Misi ini pasti berhasil." Dua jam berlalu, hingga akhirnya Din
Read more
80. Rival Tangguh
Arya menatap lekat Dinda yang tengah asyik menyendokkan es krim ke dalam mulutnya. Wajah Dinda yang semula, saat bertemu dengannya begitu tegang, kini sudah mulai rileks dan itu memancing pertanyaan dalam diri Arya. "Tadi kenapa?" "Kenapa gimana maksudnya?" Dinda masih terus menyendokkan es krim ke mulutnya. "Cemburu?" Arya memilih untuk meneruskan pertanyaannya daripada mengulang pertanyaannya. Dinda memilih diam. Malu jika harus mengakui perasaan cemburu yang tadi menghampirinya secara tiba-tiba, saat melihat Mega berdiri begitu dekat dengan Arya. Arya terkekeh. "Bukan aku yang mulai duluan, tapi dia yang tiba-tiba menempel lebih dulu dari belakang." Dinda tetap diam. Geram rasanya mendengar cerita Arya. 'Mengapa wanita itu tidak punya malu? Menempelkan bagian tubuhnya ke pria secara sengaja? Murahan sekali!' "Kalau kamu tidak percaya .... " "Percaya." Jawaban cepat Dinda membuat Arya justru terheran-heran. "Mengapa percaya? Tidak curiga?" "Soal itu tidak akan curiga, h
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status