All Chapters of MALAM PERTAMA SI GADIS DESA: Chapter 31 - Chapter 40
52 Chapters
Bab 31
"Kenapa jadi gak suka liat Ajat?" Pertanyaan yang Zafar lontarkan secara tiba-tiba pada istrinya itu. Sambil menikmati snack dan menonton TV, ia nampak terlihat biasa saja dengan pertanyaannya. Padahal Hilma merasa tak suka jika dipertanyakan begitu. "Apa baru sadar kalau udah punya suami? Dulu ke mana aja?""Udah makan aja gak usah banyak nanya!" kata Hilma kesal. "Wajar dong kalo suami mau tau!"Hal itu membuat Hilma melongo, sejak kapan dia mengakui kalau gadis itu adalah istrinya. Padahal selama ini bahkan mereka tak nampak layaknya suami istri. "Kamu kenapa, sih?" Kini gadis itu menatap serius pada Zafar. Pria itu menatap dari ujung matanya, kemudian menggeleng. "Kalo gak papa ngapain nanya mulu.""Iya deh, maaf. Gak lagi."Hilma menghela napas, ia kemudian ke atas meninggalkan Zafar sendirian di bawah. Pria itu mengintip istrinya yang ke atas, kemudian kembali merebahkan diri di sofa. Kenapa Hilma tidak sadar juga, bahwa pria itu sudah sedikit menyimpan perasaan untuknya.
Read more
Bab 32
"Sudahlah, aku tau kamu menjalankan semua ini hanya karena dipaksa oleh Haji Burhan bukan? Jika memang kamu mau kita pisah oke! Gak usah menuduhku yang enggak-enggak agar kita berpisah. Malam ini juga aku sama Bapak akan pergi dari sini, jadi kamu bisa dengan bebas melakukan hal apa pun setelah kita berpisah, jangan dipaksakan lagi—""Hilma!" teriak Zafar, membuat gadis itu langung dan dan menunduk, takut. Ia memegangi mulutnya dan beristighfar di dalam hati. Gadis itu kelepasan mengatakan hal itu semua karena dia sedang dalam amarah yang besar. "Maaf... Kamu takut? Maaf ya, a—aku gak sengaja ngebentak kamu," ujar Zafar, yang melihat istrinya menunduk dalam dengan tangan yang gemetar. "Dengar Hilma, semua yang aku katakan padamu maaf jika telah membuatmu sakit hati ataupun merasa kecewa. Tapi sumpah demi Allah, aku mengatakan itu bukan untuk menuduhmu, saat itu aku hanya bercanda, semua perkataan itu tuh hanya bercanda. Tidak ada niat sedikitpun untukku menuduh kamu masih mencintai
Read more
Bab 33
Gadis itu menghela napas pelan, kemudian mencoba untuk terpejam, tapi masih tidak bisa. Sedangkan waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam, gadis itu kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, kemudian melaksanakan solat hajat, ia ingin meminta untuk kebaikan rumah tangganya, juga kebaikan untuk keluarganya. Sedangkan di rumah Haji Burhan, Zafar tengah menatap langit-langit kamar dengan mata yang sayu, pria itu sengaja ke sana untuk menenangkan hati dan pikiran, bukan karena ingin berbincang soal konveksi semata. Karana tidak tidur, pria itu keluar dari kamar menuju ke balkon. Berdiri menatap ke depan sawah yang luas, menikmati semilir angin malam yang menyentuh wajahnya. Kemudian mata pria itu mengerjap saat menatap seseorang yang ia kenal sedang melambaikan tangan sambil tersenyum di bawah. Ia mengucek matanya takut salah liat, dan benar saja bayang-bayang Hilma itu hilang. Zafar duduk menatap rembulan, ia bingung hal apa yang harus dilakukan agar Hilma mau meneriman
Read more
Bab 34
Bukannya menjawab pertanyaan Zafar, gadis itu malah bertanya balik. Ia melirik suaminya itu dengan tatapan dalam padanya. Menerka-nerka kenapa bisa Zafar jatuh hati padanya padahal dulu ia nampak tak sudi bersentuhan saja. "Sudah mau tiga bulan, bagimu itu cepat?" Gadis itu melemparkan pandangan ke arah lain. "Iya. Karena kita kenal setelah menikah, kecuali kita sudah lama saling tau.""Bagaimana caranya biar kamu percaya bahwa aku siap untuk menjadi suamimu seutuhnya, Hilma?"Hening.... Gadis itu tak mampu menjawab, ia berpikir lebih dulu takut sampai salah bicara, tapi malah diam membisu karena bingung harus mengatakan apa. "Aku tau pergaulanku dulu seperti apa. Tapi tolong, Hilma, berikan kesempatan untuk aku berubah, ini sedang proses memperbaiki diri.""Hanya untuk memenangkan hatiku?"Kini Zafar yang diam, bukan itu maksud dia, bagaimna caranya agar Hilma sadar bahwa kini pria itu sudah benar-benar berubah tak seperti dulu lagi. ***Setelah perbincangan tadi di danau, kini
Read more
Bab 35
Padahal Hilma ingin teflonan atau VC karena kini ia sudah paham menggunakan HP andorid diajarkan oleh sang suami, jadi meskipun berjauhan mereka tetap bisa saling sapa lewat VC. Tapi sampai jam setengah dua belas malam, pesan itu belum dibaca sama sekali. Membuat Hilma khwatir, ia berusaha untuk menelpon berkali-kali, tapi tak kunjung diangkat juga. Ia menghela napas kasar, dengan mata yang sudah memerah gadis itu merasa kesal. Sejak dari siang tadi suaminya tak ada mengabari. Dia meletakan ponsel itu asal di kasur, kemudian memilih untuk terpejam. Tapi baru juga ingin menarik selimut, seseorang menekan bell rumah yang sengaja Zafar pasang. Membuat gadis itu seketika duduk kembali. "Astaghfirullah, siapa yang nekan bel malam-malam begini?" gumam gadis itu, bukannya turun ke bawah untuk membuka pintu, dia malah bersembunyi di balik selimut karena takut. "Pintu sudah aku kunci, tapi tadi ditaro di mana ya kuncinya? Ya Alloh lupa!" geram gadis itu, tapi dia juga tidak mau turun kare
Read more
Bab 36
Hilma menahan tanyan Zafar yang semakin menurunkan bajunya, pria itu menatap sang istri yang masih terpejam dengan napas yang sudah tak teratur. Kemudian menarik kembali bajunya sampai menutupi sebagian dada gadis itu. Zafar tersenyum, ia kemudian kembali menyeletingkan baju sang istri, Hilma yang menyadari itu matanya terbuka, dia memakai Zafar bingung, kenapa tiduk dilanjutkan? Sedangkan tadi dia hanya malu jika sampai area sensitifnya terlihat jelas oleh sang suami. "Yuk, tidur," ujar Zafar, menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dia melihat Hilma yang seakan ragu, tidak ingin memaksa wanitanya untuk melakukan hal itu sekarang. Yang terpenting, sekarang sang istri sudau dengan suka rela menerimanya, dan percaya padanya saja sudah sangat cukup bagi Zafar. Ia berpikir mungkin Hilma belum siap jika harus melakukan hal itu sekarang, dia akan menunggu sampai gadis itu siap lahir batin untuk menerima semuanya. Sedangkan Hilma yang merasa bersalah, ia mengatakan Zafar yang memejamkan
Read more
Bab 37
"Kata Mamang ada parang di belakang tolong ambilin ya, Neng Hilma.""Iya, Kang. Tunggu, ya." Hilma tak berani meminta Ajat untuk masuk karena sang suaminya berada di atas. Ajat yang melihat gaya berjalan Hilma yang berbeda, hati pria itu sedikit berdenyut. Kemudian ia beristighfar, wajar mereka melakukannya karena kini sudah menjadi suami istri. Tak pantas bagi Ajat untuk mencurigai ataupun mempertanyakan hal yang bukan urusannya. Tapi tak bisa dipungkiri, pria itu masih suka berbeda perasaanya jika saat berhadapan dengan Hilma. Entah kapan rasa itu akan benar-benar hilang dari hati pria itu. "Siapa, Sayang?" tanya Zafar yang sedang menuruni tangga, mendengar perkataan pria itu membuat Ajat menghela napas sambil membenarkan pecinya. "Loh... Ajat? Ayo masuk!""Enggak, Kang makasih. Saya cuma mau ambil parang aja, kok.""Aa ini tolong!" Hilma sedikit beteriak, ia meminta sang suami untuk memberikan parang pada Ajat karena dia harus mengaduk masakannya. "Ini. Bapak masih di kebon, ya?
Read more
Bab 38
Zafar mau jika bawahannya itu adalah seorang lelaki, sehingga tak ada kesalahan pahaman di antara dia dan sang istri. Sedangkan sekarang belum juga mulai bekerja, bahkan mereka baru bertemu, tapi Hilma sudah cemburu dengannya. Pria itu semakin khawatir hubungannya dengan Hilma akan kembali renta karena hadirnya wanita itu di sana. Sedangkan nanti dia pasti akan selalu bersama dengan Santi karena sebuah pekerjaan. Malam selepas isya, pria itu menatap sang istri yang hanya diam. Ingin menjelaskan tapi dia rasa Hilma sudah tidur duluan. Baru saja semalam ia mereguk indahnya surga dunia, sekarang malah jadi seperti ini karena salah paham. Pria itu mengusap kepala sang istri yang sedang memunggunginya, dia kemudian mencium kepala Hilma. Dia yang ternyata belum tidur masih merasa kesal karena Zafar tidak menjelaskan siapa wanita tadi yang mengobrol dengannya. "Begini rasanya kalau istri lagi ngambek, ya. Padahal ketemu sama dia aja baru," ujar Zafar pelan. Mendengar itu Hilma membalika
Read more
Bab 39
"Kenapa memangnya kalau dia jadi orang kepercayaan kamu, Zaf?""Dia perempuan, Paman.""Memangnya kenapa? Kan dia pintar, buktinya dulu dia bisa mengembangkan pabrik kecil menjadi sebesar itu.""Terus kenapa kalau dia yang mengembangkan sekarang malah dibuang tak diterima lagi?"Hening.... Haji Burhan diam tak bisa menjawab pertanyaan ponakannya itu. Sedangkan Zafar menatap menunggu jawaban sang paman yang kekeuh meminta Santi untuk menjadi bawahannya. "Kenapa, Paman? Terus kan aku buka usaha di kampung ini, kenapa malah kampung sebelah yang mendapatkan pekerjaan? Orang kampung sini kan juga bisa.""Kamu gak ngerti, Zaf.""Ya gimana aku bisa ngerti kalau Paman gak ngomong apa-apa. Jelasin makanya coba, kenapa Paman maksa banget.""Ya karena dia anak Paman!"Prang.... Kedua pria itu seketika menatap ke belakang saat mendengar suara pecahan gelas, ternyata di sana istri Haji Burhan sudah berdiri di ambang pintu dengan tangan yang gemetar, mata yang sudah memerah menahan tangis. Meli
Read more
Bab 40
Santi menelan ludah menatap keduanya, ia pikir Zafar masih bujangan belum menikah, makanya dia sok akrab agar bisa lebih dekat. Tapi kini, dia merasa tersaingi dengan Hilma yang ternyata istri Zafar. Bukannya sadar, dia malah ada niat busuk di balik ini semua. "Oh iya, Aa, emang kamu beneran udah nerima dia? Bukannya maunya laki-laki, ya?" tanya Hilma sengaja, agar dia tidak besar kepala lagi karena ditunjuk oleh Haji Burhan. Zafar menatap wanita itu, dia masih tak habis pikir kenapa sang paman bisa menikah secara diam-diam sampai kini sudah mempunyai anak yang sepantaran dengan Hilma. "Maaf ya, Santi, karena pekerjaan ini berat, kamu di kerjakan di bagian pembagian barang aja, ya? Kalau untuk ngatur semuanya yang saya butuhkan laki-laki, karena ya... Jelas tenaganya lebih besar daripada kamu. Sekali lagi saya minta maaf, ya. Kamu bisa kembali lagi kalau bangunan sudah selesai."Zafar pamit tanpa menunggu jawaban dari Santi, ia menggandeng tangan sang istri, sedangkan Hilma diam m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status