All Chapters of Istri yang Kau Sia-siakan, Dilamar CEO Tampan: Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
71_Walau kekurangan uang, aku tidak sengsara
"Ya, nyanyi dong. Sayang sekali kamu punya bakat menyanyi tapi hanya dipendam. Tunjukkan pada rekan-rekan pengusaha aku, aku punya istri bertalenta dan cantik." Pujian itu membuat Siska semakin senang, dia bahkan menyenderkan kepalanya pada lelaki di sampingnya. "Aku haus, Mas," keluh Siska. "Kalau begitu akan saya pesankan minum, Bu Siska. Anda ingin minum apa?"tanya Walimar. "Buatkan istri saya jus jambu biji biar lebih sehat. Dia sekarang sedang hamil muda, jadi tidak boleh minum atau makan sembarang." "Baik, Pak. Tunggu sebentar. Silahkan duduk dulu di meja nomor delapan, Pak. Nanti akan datang pelayan yang membawakan minuman buat ibu Siska. Apa anda akan memesan minuman juga?" "Bawakan saya anggur merah saja." "Baik, Pak." Walimar bergegas menuju stand minuman, di sana ditemukan Mutia yang sedang berjaga. "Mutia, buatkan jus jambu merah dan segelas anggur merah, bawa ke Maja nomor delapan." "Baik, Mbak." Mutia bersemangat membuat minuman tersebut. saat ini
Read more
72_Kau urus dia, usir perempuan pembuat onar itu.
"Aish, Kenapa selalu bertemu dengannya? Sedang apa dia di sini?!" tanya seorang lelaki memakai tuksedo warna abu-abu, baju kemeja putih dan celananya juga berwarna abu-abu. "Sepertinya dia memakai pakaian seragam pelayan, Pak." Rais yang menatap ke arah Mutia menyipitkan matanya, padahal banyak orang di sana, kenapa bos nya ini bisa langsung mendapati keberadaan Mutia di sana. Rais sebenarnya sudah tahu lama jika bosnya ini naksir berat sama Mutia, hanya saja sepertinya orang ini kebanyakan gengsi, jadi ya hanya pura-pura tidak peduli, dulu selama Mutia bekerja padanya, Lelaki itu selalu berwajah sumringah dan sering tersenyum, tetapi saat ini, jangankan tersenyum wajahnya itu bahkan seperti kulkas dua pintu, dingin tidak berekpresi. "Kenapa kamu gak mau melayani meja no 8? itu Siska Artamevia, Mut. Artis beken tanah air, loh?" tanya Walimar dengan heran. "Ceritanya panjang, Mbak. Tapi aku juga gak keberatan buat memberitahu mbak Limar garis besarnya, laki-laki yang bersama Si
Read more
73_Beruntung sekali yang menjadi pasangan anda
Keadaan Mutia sangat menyedihkan, seluruh seragamnya basah. Walimar langsung membawa Mutia ke kamar tempat mereka menginap. "Cepat bersihkan tubuhmu, Mutia. Mbak ambilkan seragam baru. Sudah itu cepat ke tempat acara, nanti Bu Dianty nyariin." "Baik, Mbak." Mutia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersikan diri. Rambut dan baju serta tubuhnya sangat lengket karena ketumpahan minuman manis dari berbagai macam minuman, saat itu dia tengah membawa enam gelas minuman berbagai jenis. Ketika keluar kamar mandi, di sana sudah ada baju seragam yang dilipat sangat rapi. Juga sebuah hair dryer di atas meja rias. Kapal tampak bergoyang sedikit, mungkin kapal sudah melaju ke tengah laut, sepertinya akan mengitari Kepulauan di sekitar ibu kota dan akan kembali lagi di pagi hari besok. Karena ternyata malam hari ini adalah puncaknya pesta, para pengusaha akan terus berinteraksi dan membangun relasi diantara mereka. Ketika keluar dari kamar dan menuju tempat acara, hingar bingar pesta
Read more
74_Ambilkan makanan buat istri saya!
Mutia sekarang membantu koki mengisi tempat prasmanan yang sudah tinggal sedikit, wanita itu bekerja dengan rajin, sementara lelaki yang duduk di hadapan dirjen itu selalu menatapnya ke arah wanita itu, sepertinya lelaki itu juga belum mengambil makanan sama sekali. "Pak Diaz, anda tidak makan malam?" tanya pak dirjen itu. "Sebentar, Pak. Masih ramai," jawab Diaz. "Apa saya ambilkan, Pak? Anda mau lauk apa?" tanya Rais. "Biar aku mengambil sendiri." "Kalau begitu saya ambil makanan dulu ya, Pak." Rais bangkit menuju meja prasmanan. Dia mengambil piring dan sendok yang tersedia di sana, dengan berjalan perlahan, dia memperhatikan makanan yang tersedia di sana, semua sepertinya enak-enak, dia jadi ingin mencicipi semuanya. Dengan semangat Rais memang mengambil semua makanan yang tersedia walaupun itu hanya sedikit-sedikit, lelaki itu juga mengambil puding dan minuman jus segar, membawanya pakai nampan yang disediakan menuju mejanya. Dia sengaja mengambil semua sampel makan
Read more
75_Ayo kita nikah!
Restauran sudah tampak sepi, Mutia dan beberapa pelayan bertugas membereskan meja prasmanan, sepertinya tidak akan ada lagi orang yang makan malam, lagipula makanan di tempat prasmanan tinggal sedikit, itu adalah jatah para pelayan, mereka bisa makan dengan makanan sisa itu, di tempat penyimpanan bahan makanan juga masih ada stok makanan, para pelayan biasanya akan makan dari sana. "Mutia, makan dulu baru beresin. Ayo kita makan di ruang penyimpanan," ajak Walimar. "Aku mau makan di sini saja, Mbak. Masih ada sisa di sini, sayang kalau gak dimakan." "Ya Udah, kalau begitu aku mau makan di sana. Makannya harus cepat, ya. Tugas kita masih banyak." "Baik, Mbak." Ketika Mutia sibuk mengambil makanan ke piring, tiba-tiba ada suara deheman dari belakang, sontak wanita itu menoleh. Tidak disangka tubuh tinggi besar itu sudah melingkupi dirinya. "Aku mau makan, ambilkan aku makanan!" perintahnya. "Memangnya Bapak belum makan? saya lihat anda dari tadi duduk di sana." "Tadi aku
Read more
76_Terima kasih karena sudah membantu saya
Diaz menghela napas mendengar perkataan Mutia. Kalau mendengar alasan Mutia menolaknya sebenarnya gampang saja solusinya, kenapa dia begitu berat mau menjalaninya, mungkin karena Diaz sudah begitu trauma selama ini. "Kalau begitu, ayo kita nikah! kamu cuma tidak mau melakukan perbuatan haram, kan? ayo kita nikah! aku mau melakukannya hanya dengan kamu, jadi kamu harus menjadi istriku!" Mutia terperangah mendengar perkataan lelaki itu yang begitu serius. Napas lelaki itu bahkan tampak tersengal karena terbawa emosi yang menggebu. Ya, sebenarnya Diaz sedikit dilema dengan perasaannya sendiri. Bagaimana dia selama ini menganggap bahwa pernikahan hanya sebuah bencana, pernikahan adalah penjara dan penyiksaan lahir batin bagi sepasang suami istri. Bukan apa, itu disebabkan karena pernikahan ayah dan ibunya yang seperti neraka. Dengan mata kepalanya sendiri Diaz menyaksikan bagaimana ibunya melompat dari sebuah gedung di Singapura ketika dia berobat di negeri singa tersebut. Luka fi
Read more
77_ So simple, cium aku!
Mutiara bergegas mengambilkan secangkir kopi untuk Rais, wajahnya sangat bersemangat. Untuk membalas kebaikan Rais, mengambilkan secangkir kopi itu sebenarnya tidaklah sebanding. "Pak Rais, terima kasih karena tadi sudah membantu saya, jika tidak ada anda, mana mungkin saya bisa mengatasi Evita." Rais yang mendapatkan ucapan terima kasih begitu dalam dari Mutia, jadi merasa tidak enak hati. Lelaki itu dengan hati-hati menerima kopi panas dari tangan Mutia. "Bu Mutia tidak perlu berterima kasih, saya hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh pak Diaz." "Apa?!" Mutia cukup terkejut, ternyata sikap acuh lelaki itu tadi hanya kamuflase saja, padahal dia sangat peduli. Sebenarnya ada perasaan hangat di hati Mutia. Selama ini, hanya lelaki itu saja yang mendekatinya karena kemauannya sendiri, bahkan usahanya juga cukup besar di sana. "Iya, Bu. Saya hanya melaksanakan perintah beliau, seharusnya Bu Mutia berterima kasih langsung dengan beliau." "Oh, begitu yah?" Dada Mu
Read more
78_Tidur di kamarku!
"Saat saya dirundung oleh Evita, saya sangat berterima kasih karena anda ternyata menyuruh Rais untuk menolongku." "Aku tidak butuh kata-kata, aku butuh tindakan nyata kalau kau ingin berterima kasih padaku." "Bertindak nyata? bagaimana caranya?" "So simple, Cium aku!" "Apa?!" Tentu saja Mutia sangat terkejut mendengar permintaan gila lelaki itu. Belum juga dia beraksi keras terhadap perkataan lelaki itu, pinggangnya sudah direngkuh oleh lelaki itu, hingga kewarasan Mutia langsung menghilang manakala bibir tipis lelaki itu sedang mengulum bibirnya dengan ciuman yang terus menuntut. Mutia benar-benar gelagapan mendapat serangan mendadak ini, lelaki itu bahkan berusaha membuka mulutnya dan memasukan lidahnya ke dalam mulut Mutia dan bermain-main di sana. ciuman itu berlangsung cukup panjang, hingga napas Mutia mulai habis, lelaki itu melepaskannya perlahan, dahi mereka saling menempel dengan napas panas yang memburu. Dada Mutia berdebar dengan cepat, napasnya tersengal-senga
Read more
79_Ayo, cepat tidur!
Malam semakin larut, mereka sudah masuk ke kamar. Kamar yang mereka tempati tergolong luas, terdapat dua tempat tidur nomor dua, satu ranjang ditempati oleh dua orang. semua orang sudah merasa capek karena telah bekerja keras sejak sore hari. Maka ketika mereka mulai mencium bantal sudah langsung melayang ke alam mimpi. Mutia juga merasa sangat capek, di sebelahnya Walimar sudah tidur dengan nyenyak, matanya juga ngantuk sebentar juga sudah akan segera tertidur. Tetapi notifikasi ponselnya berbunyi beruntun, ada pesan dari nomor yang sama hingga beberapa pesan. [Aku menunggumu] [Kenapa belum datang?] [Mau datang ke sini, nggak sih?] [cepat datang, jika dalam waktu lima menit tidak datang, aku yang akan datang ke kamarmu!] "what?" Mata Mutia yang mengantuk tiba-tiba melek dengan lebar, hilang sudah rasa kantuk yang menggelayuti matanya. Dasar manusia gila! Kenapa lah penderitaan ku belum juga berkurang? Mutia langsung bangkit dari tidurnya, sedikit kebingungan dia berdi
Read more
80_Bawa Jus ini pada tuan terhormat
Ketika selesai salat, Mutia bergegas mandi dan memakai seragam pelayan. Dia buru-buru menyusul rekannya yang sudah bersiap di post masing-masing. Nanti sekitar jam dua belas siang, kapal akan kembali berlabuh di pelabuhan dan semua tamu akan turun untuk pulang ke rumah masing-masing. Post pelayanan Mutia berada di geladak kapal, ketika lagi hari ternyata geladak kapal sangat bagus dan indah, bahkan ada kolam renang yang sangat indah, semua tamu memakai pakaian renang dan wanita memakai bikini, berenang dan berpesta di geladak kapal. Mutia dan lima rekannya sibuk mengambil minuman dan kudapan untuk para tamu yang sedang bersantai dari aktivitasnya berenang. Di dekat kolam renang ada panggung kecil dan sebuah organ tunggal, dan ada seorang biduan artis yang menyanyikan lagu-lagu request dari tamu. Tidak Mutia sangka, Tommy dan Siska juga ikut hadir di sana, lelaki itu memakai celana pendek dengan kaos oblong hitam, Siska memakai rok mini dan kaos ketat, badannya yang semakin monto
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status