Semua Bab Istri Tak Dianggap: Bab 91 - Bab 100
235 Bab
Undangan Dadakan
“Ibu tidak pernah tahu rasanya menjadi aku yang diduakan oleh suaminya!” wanita itu menatap wanita paruh baya di depannya dengan pandangan membara.“Aku juga sama seperti wanita lainnya yang ingin suamiku hanya milikku saja!” “Bella sudahlah, ibu hanya bertanya,” kata Raffael menenangkan istrinya. Nyonya Sandra Alexander hanya bisa terperangah menatap menantunya yang baru saja membentaknya, dia memang sudah mendengar semuanya dari sang suami, tapi dia selalu percaya kalau Bella melakukan itu semua bukan atas kemauannya sendiri. Bella selalu bersikap lembut padanya, meski wanita itu kadang sombong dan suka semaunya, tapi bagi Sandra itu wajar saja karena dia hanya anak tunggal yang sangat dimanja orang tuanya. “Maksudku, bukan begitu, Nak, aku hanya ingin keluarga kalian akur, apa salahnya kalian berangkat bersama bukankah satu rumah juga,” kata Sandra. “Raffael memang anak ibu, tapi ibu tidak berhal ikut campur urusan rumah tangga kami,” kata Bella dengan keras, napasnya memburu
Baca selengkapnya
Istri Pajangan
Judulnya memang makan malam keluarga, tapi kalau yang mengadakan keluarga kaya raya seperti mereka tentu akan sangat berbeda,Ana bisa melihat berbagai makanan lezat yang tersaji di atas meja, padahal mereka hanya lima oramg, tapi makanan yang disajikan sudah seprti untuk orang sekampung. “Ini makanan kesukaan ayah dan ibu juga Raffael dan Bella, tentu saja untukmu juga, tapi karena kamu pernah bilang tak ada menu khusus yang kamu suka, makanya ibu tidak buatkan, maaf ya, Nak,” kata sang ibu dengan tulus. “Kata siapa ibu tidak menyiapkan masakan kesukaan saya, semua makanan ini aku suka, jadi bisa dibilang aku yang paling istimewa,” kata Ana sambil tertawa kecil yang langsung menular pada sang ibu. “Syukurlah kalau begitu, ibu senang karena kamu selalu menanggapi segala sesuatu dengan positif.” Ana hanya trsenyum tak ingin mendebat ucapan itu. Bagi orang baru seperti dirinya, diam barang kali hal yang yang lebih baik, di sin
Baca selengkapnya
Pilih Aku
Hampir tengah malam ketika ponsel Bella bergetar di atas nakas, waniat itu menoleh sekilas pada sang suami yang tidur lelap di sebalahnya, cepat-cepat dia menyambar ponselnya, dan menuju kamar mandi. Kran air sengaja dinyalakan, kamar mandi ini memang tidak kedap suara tentu saja, jadi sedapat mungkin Bella harus berhati-hati, sekilas tadi dia membaca nomer yang tertera di layar ponselnya. Bukan nomer yang dia simpan memang, tapi Bella memiliki ingatan yang cukup baik untuk tahu nomer siapa yang menghubunginya saat ini. “Aku harap berita yang kamu bawa cukup penting, sampai membuatku bangun tengah malam seperti ini,” kata Belle ketus. Sesekali dia menoleh ke arah pintu kamar andi, takut tiba-tiba Raffael datang, “Anastasya akan menghadiri audisi Theater, dia akan melakukan audisi untuk pemeran utama.” Bella tersenyum sinis, wanita itu sudah benar-benar tak laku rupanya, tidak sia-sia usahanya untuk menjatuhkan Ana, meski d
Baca selengkapnya
Hadiah Yang Sama
“Apa tidak sebaiknya saya belikan saja Nyonya?” tanya wanita muda itu, dia memandang majikannya dengan kening berkerut. Tidak biasanya majikannya yang suka semena-mena ini berangkat mencari hadiah sendiri, biasanya dia akan menginstruksikan padanya untuk mencarikan hadiah untuk seseorang, terserah dia saja hadiah seperti apa yang akan dia beli. Bahkan wanita muda itu pernah berpikir kalau seandainya dia tak jujur bisa saja dia membungkus batu bata sebagai hadiah, toh majikannya tak akan tahu, paling-paling dia sendiri yang akan malu kalau orang yang dia beri hadiah bermulut lemes dan mengatakan pada yang lain. “Tidak perlu aku akan cari sendiri, kerjakan saja apa yang aku perintahkan tadi.” Wanita itu melenggang dengan santai ke arah mobil mewah yang menunggunya, bodynya yang sangat bagus terbungkus barang mahal dari ujung kaki sampai ujung kepala membuat banyak mata yang menoleh padanya, apalagi kecantikan wajahnya yang sudah tak diragukan la
Baca selengkapnya
Harapan Cinta
Siapa sih orang yang tidak suka diberi hadiah? Apalagi oleh orang yang dia cintai? Raffael memang bisa dengan mudah membeli hadiah-hadiah itu dengan uangnya sendiri, Jam tangan itu bagi Raffael bukan barang yang akan membuat isi rekeningnya berkurang banyak, hidupnya memang sudah kaya sejak lahir, meski keluarganya bukan orang terkaya se indonesia, tapi kondisi ekonominya sangat stabil dan tak perlu susah-susah menabung hanya untuk membeli barang-barang mewah. Akan tetapi hadiah mahal dari orang yang dia cintai menurut Raffael adalah cara untuk menunjukkan ketulusan orang tersebut dan Raffael akan sangat menghargainya, akan tetapi ada kebimbangan dalam diri Raffael kali ini, jam tangan itu sama dengan jam tangan yang diberikan Ana beberapa saat yang lalu dan dia buang, karena tidak ingin membuat wanita itu berekspekasi lebih padanya, dia malas kalau Ana mengira kalau jam tangan itu hadiah darinya. “Kenapa, Raf, apa kamu tidak suka, maafkan aku ini meman
Baca selengkapnya
Perhatian
Lelah. Itu yang Ana rasakan saat ini, tenggorokannya terasa kering dan kepalanya sedikit pusing. Dia tak pernah menyangka kalau menyanyi beberapa jam saja selelah ini, padahal dia suka ngobrol dengan temannya sampai lupa waktu biasa saja. “Pak ada air mineral tidak?” tanya Ana pada sopirnya. “Kalau air mineral yang masih utuh nggak ada mbak, apa kita perlu mampir di mini market sebentar?” Ana mengangguk, tenggorokannya sangat kering, meski jarak rumah sudah tak begitu jauh tapi lebih baik dia membeli di jalan, bukan apa-apa di rumah nanti belum tentu tak ada drama. Ana membuka pintu mobil, tapi saat akan melangkah ke mini market kepalanya terasa sangat pusing, semuanya seolah berputar. “Mbak Ana baik-baik saja?” tanya sang sopir khawatir. Ana menghela napas sejenak, berusaha menenangkan dirinya.Oh tidak! Dia tak boleh sakit banyak hal yang harus dia lakukan, latihan vokal, latihan akting juga harus mengu
Baca selengkapnya
Masih dalam Genggaman
“Raf kamu tahu ternyata manager Ana mendapatkan undangan resmi dari pimpinan theater itu.” Raffael yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghela napas dalam, Bella tidak mungkin membicarakan suatu hal tanpa tujuan. “Bisa ambilkan bajuku di walk in closet, biasanya Ana sudah menyiapkan di atas meja tinggal mengambil saja,” kata Raffael. “Kenapa kamu tidak membawanya tadi.” “Maafkan aku sayang aku lupa tadi kamu.” Raffael tak mungkin mengatakan kalau semua ini karena Bella yang menyeretnya langsung ke kamar mereka ini, tanpa memberinya kesempatan untuk mengambilnya. “Baiklah.” Sambil menunggu Bella mengambil baju untuknya, Raffael membuka ponselnya mengecek email yang masuk, dan saat itu sebuah pesan masuk dari orang kepercayaan yang dia percaya untuk menyelidiki Ana. Tanpa sadar bibirnya tersenyum saat melihat secara langsung laporan anak buahnya, di sana juga disertakan pendapat artis profesional saat Ana melakukan sesi latihan theater, tidak salah memang Raffael mem
Baca selengkapnya
Di Persimpangan
Bagi Ana, Adam adalah pahlawan untuknya, laki-laki yang lima tahun lebih tua darinya itu seperti paman berkaki panjang yang telah mengubah hidupnya, bahkan saat dia sudah menjadi artis, Adam juga dengan setia mendampinginya. Bahkan saat ini dia juga tidak keberatan mengurus hal-hal remeh seperti mendaftar ke dokter yang seharusnya bukan bagian dari pekerjaannya. “Kamu mendapat nomer antrian dua,” kata Adam dengan wajah masam. “Kok kayaknya nggak ikhlas mas Adam bantu aku,” kata Ana sambil menatap managernya itu. “Bukan tidak ikhlas tapi males saja lihat orang yang suka ngeyel seperti kamu.” “Apa bedanya?” “Nanti saja aku pikirkan bedanya, sekarang kamu duduk yang manis menunggu di bangku itu, aku belikan makanan.” “Kok tahu aku belum sarapan pagi?” tanya Ana dengan mata bulatnya yang besar menatap penasaran pada Adam. “Dari wajahmu yang terlihat kelaparan,” kata Adam asal. “Jadi kamu mau makan apa?”
Baca selengkapnya
Hati yang Bimbang
Ana terduduk lemas di depan ruangan dokter, otaknya terasa kosong, tak mampu untuk diajak berpikir barang sejenak. Hilir mudik pasien yang masuk ke ruangan dokter menjadi pemandangan yang makin menyesakkan hatinya, kebanyakan dari mereka berbawah ceria dan senyum lebar, dengan langkah kaki pelan, seolah sangat takut kalau llangkah kaki yang terburu-buru akan membuatnya tak nyaman, dan yang membuat Ana makin iri adalah adanya seorang laki-laki yang mendampingi mereka, menggenggam lembut tangan mereka dan membimbingnya dnegan sayang. Hal kecil yang bagi Ana adalah sebuah kemustahilan. Ana memang bukan remaja ingusan yang baru saja melakukan dosa denganpacarnya dan membuatnya harus menanggung akibatnya sendirian, sedangkan sang pacar sudah punya gandengan baru dan ak mau tahu dengan urusannya. Bukan, dia wanita dewasa dan telah menikah, anak ini juga lahir dengan pernikahan yang sah. Anak ini memang diinginkan keluarga itu, Akan tetapi apakah nan
Baca selengkapnya
Istri yang Baik
Seperti malam-malam sebelumnya, Ana juga tak bisa tidur dengan nyenyak, matanya seolah diganjal dengan lidi, padahal tubuhnya sudah sangat lelah dan dia sadar betul kalau dia butuh istirahat, tubuhnya tidak akan sama lagi sekarang, ada bayi yang sedang tumbuh di rahimnya.Ana mengambil ponselnya dan membuka galeri di ponselnya, ada satu buah foto Raffael di ponselnya, Foto saat hari pernikahan mereka yang diam-diam Ana ambil dengan meminta salah satu staff EO, tentu saja dengan berbagai alasan yang logis. Mereka memang memakai jasa fotografer profesional yang diminta oleh orang tua Raffael, tapi sampai saat ini Ana tak pernah mendapatkan satu pun foto itu, bahkan di rumah ini tak ada satu pun foto dirinya, seolah kehadirannya di rumah ini hanya fatamorgana. Di foto itu meski diambil secara candid, tapi Raffael terlihat sangat tampan, seperti pangeran dari negeri dongeng saja. Memang benar adanya Raffael adalah pangeran yang akan mewarisi semua kekayaan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
24
DMCA.com Protection Status