All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 291 - Chapter 300
338 Chapters
Bab 0291
Felix terdiam sejenak sampai dia menyadari apa yang sedang dibicarakan Gio.Karena rasa takutnya pada Gio, reaksi pertamanya adalah menghindar, tak ingin mengatakan apa-apa.Jadi, dia mengabaikan kata-kata itu. "Bagaimana kondisi Rara? Apakah serius?""Rara?" Gio mengangkat alisnya. "Namanya Rara?"Felix mengangguk. "Nama panggilannya Rara, Yara Lubis."Dia serasa ingin tertawa sekaligus geleng kepala. "Kamu sendiri psikiater, sudah ngobrol sangat lama tapi belum tahu namanya?""Rara?" gumam Gio pelan. "Kenapa kedengarannya seperti "lara"?"Entah kenapa, rasa bersalah sekejap menyelinap dalam hati Felix. "Tapi dia sudah hamil sekarang, kenapa dia masih belum bisa melepaskannya?""Dia nggak pernah cerita apa yang terjadi setelah kamu pergi?" Gio sudah menduganya.Felix kurang mengerti kenapa Gio bertanya seperti itu. "Apa maksudmu?""Dia tidak sadarkan diri di rumah sakit waktu kamu pergi. Tapi waktu dia bangun setelahnya, dia nggak menerima ucapan terima kasih atau pujian apa pun."Cah
Read more
Bab 0292
"Kamu tahu kenapa Yudha harus menikahi Melanie?"Yara tertawa getir. "Mungkin karena cinta. Orang yang dicintainya sejak awal itu Mela ....""Bukan!" Felix menyela. "Rara, Yudha meninggalkan liontin permata miliknya di tanganmu sebelum kami pergi.""Liontin permata?" Yara tidak mengerti. "Aku belum pernah lihat liontin permata apa-apa. Atau ...."Dia tiba-tiba mengerti.Felix mengangguk, menguatkan dugaannya. "Benar sekali. Melanie mengambil liontin permata itu dan mengaku sebagai orang yang menyelamatkan kami saat itu. Dia juga bilang kalau dia nggak bisa hamil. Yudha setuju untuk menikahinya sebagai rasa terima kasih."Bagaimana bisa?Yara benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa di balik semua ini, terdapat bayang-bayang yang erat hubungannya dengan masa lalu.Dia tidak pernah menceritakan kejadian waktu itu kepada siapa pun.Bahkan, ketika masih kuliah, Yudha pernah mengatakan bahwa dia pernah diculik ketika masih kecil. Namun, hati Yara terasa seperti tertusuk semb
Read more
Bab 0293
Felix tidak punya pilihan lain selain menceritakan apa yang baru saja terjadi kepada Gio."Menurutku terlalu aneh." Dia benar-benar tidak mengerti. "Bukankah seharusnya dia langsung menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada adikku setelah mengetahuinya?"Gio mengerutkan kening. Benar saja, cinta dan kebencian di kalangan orang kaya ternyata lebih berdarah-darah dan menakutkan dari yang dia bayangkan.Nada bicaranya sedikit khawatir. "Dia juga melindungi dirinya sendiri.""Maksudnya?" tanya Felix. "Bukankah satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan membongkar kebohongan wanita itu?"Gio menggeleng, merasa khawatir masalah mental Yara akan semakin memburuk.Dia menjelaskan dengan kesabaran yang hampir tidak pernah dimilikinya, "Kejadian di masa kecil Yara serta perlakuan buruk dan kebencian dari orang tuanya meninggalkan trauma yang sangat serius di hatinya."Dia mendesah pelan. "Kalau orang lain saja mungkin sudah depresi berat, tapi karakternya sangat kuat dan dia punya
Read more
Bab 0294
Mendengar hal itu, sebuah senyuman muncul di wajah Yara, dan sekujur tubuhnya terlihat sedikit lebih rileks.Gio langsung bertanya pada intinya, "Rara, orang tua seperti apa menurutmu yang pantas menjadi orang tua?""Orang tua?" Yara tidak menyangka Gio akan membicarakan hal ini dengannya.Gio memandangi perutnya. "Kamu akan menjadi ibu, apa kamu belum pernah memikirkan pertanyaan ini?"Yara tidak langsung menjawab.. Bukannya dia belum pernah memikirkannya, tetapi dia sudah memikirkannya sejak dia masih sangat, sangat kecil. Sampai kejadian naas itu terjadi saat dia berusia empat tahun. Dia mengira bahwa dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang ibu, jadi dia sudah sejak lama tidak pernah memikirkannya lagi.Namun, seiring bertambahnya usia, pemikirannya menjadi lebih mandiri. Ditambah dengan pengaruh Zaina pada hidupnya, dia masih memikirkannya sesekali.Orang tua sangatlah penting bagi tumbuh kembang seorang anak.Tanpa pikir panjang, dia menjawab, "Orang tua yang benar-benar menyay
Read more
Bab 0295
Setelah Gio pergi, Yara memikirkannya sejenak.Dia tahu Gio memang benar. Kalaupun Yudha ingin berubah pikiran, dia tidak akan langsung memaafkannya.Sekalipun hanya untuk membalas budi, Yudha tidak berhak menyakitinya seperti ini.Saat makan siang, dia bertemu dengan Felix."Kak, ponselku ...."Felix langsung menjawab, "Ada di aku. Kamu mau pakai? Sekarang?"Yara mengangguk. "Aku mau telepon Yudha dan menjelaskan yang sebenarnya.""Oke." Felix berusaha untuk tersenyum. Dia tahu akhirnya akan jadi seperti ini. Dia tahu dirinya harus mengalah, tetapi dia tidak menyesal.Dia telah menyakiti Yara 20 tahun yang lalu, dan kali ini, dia ingin melindunginya.Felix membawa Yara ke kamarnya dan mengembalikan ponselnya."Tapi kamu nggak boleh telepon di sini, kamu harus ikut denganku." Dia mengingatkan Yara. "Kamu pakai baju yang tebal dulu, aku tunggu di tempat parkir."Yara mengangguk dan menyalakan ponselnya, dan benar saja, tidak ada sinyal.Sambil menelusuri ponselnya, dia berjalan kembali
Read more
Bab 0296
Yara pun terharu. "Kak Felix, terima kasih.""Nggak masalah." Felix tidak berani mengambil risiko, memikirkan kemungkinan yang disebutkan Gio tadi.Sementara itu, Yudha menerima telepon dari Melanie."Yudha, tolong, ibuku terjadi sesuatu." Melanie menangis tersedu-sedu."Oke, jangan khawatir, aku ke sana sekarang." Yudha bangkit dan berniat untuk segera pergi ke rumah sakit."Yudha, kamu bisa menghubungi Rara?" Dalam beberapa hari terakhir, Melanie sudah menggunakan segala cara, tetapi Yara masih belum ketemu juga, jadi dia hanya bisa bertanya pada Yudha.Yudha mengerutkan keningnya. "Ada apa?""Yudha, ibuku butuh transfusi darah segera. Cuma Rara yang golongan darahnya sama." Melanie terus menangis. "Yudha, waktu ibuku donor darah untuk menyelamatkan nyawa Rara waktu itu ....""Aku akan berusaha, tenang saja." Yudha menutup teleponnya.Pendarahan Yara saat itu masih terngiang di benaknya. Apakah Yara sudah mendonorkan darahnya sekarang?Dengan sedikit ragu dan menelepon Revan terlebih
Read more
Bab 0297
Felix tidak bisa menahan Yara. Dia hanya bisa membantunya masuk ke dalam lift dan pergi menuju ruang gawat darurat.Yara masih sangat lemah dan seluruh tubuhnya gemetar, terlihat seperti akan pingsan saat itu juga.Ketika mereka muncul di depan pintu IGD, mereka melihat Paman Santo dan Melanie di sana.Santo tiba-tiba berdiri dan berjalan penuh amarah.Felix sedikit khawatir melihat hal itu dan tanpa sadar mencoba melindungi Yara di belakangnya, tetapi Yara menghentikannya.Dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan lembut, "Nggak apa-apa."Felix dapat melihat ekspresi Santo seperti ingin melakukan sesuatu yang buruk. Dia menatap Yara dengan ragu-ragu. "Rara ....""Nggak apa-apa." Yara terengah-engah, mendorong Felix menjauh.Dia menatap Santo dan bertanya, "Paman, bagaimana keadaan Bibi?""Masih berani tanya?" Santo sangat marah, mengangkat tangannya dan menamparnya dengan cepat dan tepat. "Kalau bukan karena kamu ...."Sebelum dia selesai berkata, Yara terjatuh."Rara, Rara!" Fel
Read more
Bab 0298
Perawat itu menoleh ke arah Yara, melihat Yara mengangguk pelan. Yara juga perlu menanyakan sesuatu secara langsung kepada Melanie.Setelah perawat itu pergi, Melanie berjalan ke samping tempat tidur, memandangi perut Yara dengan penuh cemburu dan benci."Anak haram di dalam perutmu itu benar-benar tangguh."Yara spontan melindungi perutnya dan berusaha bangkit duduk. "Melanie, kamu nggak perlu menyerang, aku sudah tahu semuanya.""Apa?" Melanie merasa firasat buruk dalam hatinya. "Apa yang kamu tahu?""Kenapa Yudha harus menikah denganmu!"Melanie mencengkeram pagar samping tempat tidur dengan keras. "Felix yang bilang?""Itu bukan urusan kamu." Yara berkata perlahan, "Melanie, jadi pencuri itu menyenangkan ya?"Emosinya semakin memuncak. "Dalam hidupmu, kamu merampok orang tuaku, identitasku, dan kekasih tercintaku. Melanie, apa kamu nggak takut akan pembalasan?""Hahaha ...." Melanie tertawa riang. "Pembalasan? Yara, lihatlah dirimu sendiri sekarang. Pikirkan semua yang telah kamu a
Read more
Bab 0299
Saat keluar dari tangga, Melanie tersenyum.Dia melirik ke arah kamar. Melihat dengan jelas bahwa Yara belum bangun, suasana hatinya jadi lebih baik.Namun, setelah naik ke lantai atas, dia menyadari bahwa Zaina telah melewati masa kritis.Melanie mendapat firasat buruk di hatinya dan segera mencari kamar Zaina, dan melihat bahwa suasana di dalam sangat suram.Dokternya keluar dan menggelengkan kepala saat melihatnya.Di ranjang rumah sakit, mata Zaina menatap lurus ke langit-langit, tampak seperti melamun."Melly," Mata Santo merah dan air mata berlinang di wajahnya. Da berdiri memanggil Melanie. "Sini, bicaralah dengan ibumu."Melanie berdiri diam dan tidak bergerak, seolah-olah terpaku di sana.Dia tidak peduli hidup dan mati Zaina. Dia bahkan telah berencana ingin menggunakan nyawa Zaina untuk merangsang emosi Yara dan membuatnya keguguran.Namun, Yara tahu bahwa dia telah berbohong pada Yudha dan Zaina kini menjadi senjata terbaiknya.Kenapa dia malah akan mati?Melanie sangat kes
Read more
Bab 0300
Zaina tertegun sejenak. Benar. Keluarga Lubis dulu begitu hangat dan harmonis.Mereka adalah pasangan yang penuh kasih dan menantikan putri mereka tumbuh dewasa, merencanakan masa depan putri mereka setiap hari. Sejak kapan segalanya mulai berubah?Atau mungkin, itu semua hanyalah pertunjukan yang disajikan anak itu untuknya dan Santo sejak awal."Santo ... uhuk, uhuk ...." Memikirkan hal ini, Zaina tidak bisa mengendalikan batuknya."Sayang, tenanglah, tenanglah! "Santo panik. "Aku ambilkan air, ya?"Zaina menggelengkan kepalanya sambil terbatuk-batuk. Dia tidak ingin melepaskan tangan Santo, dia takut dia tidak akan bisa menahannya lagi jika tangannya lepas."Nggak apa-apa, aku nggak apa-apa.""Sayang, jangan khawatir. Aku akan menjaga Melly. Aku akan memastikan dia menikah dengan keluarga Lastana dan hidup bahagia."Zaina tidak tahu harus berkata apa. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Dia tahu Santo juga tidak akan bisa menerimanya, sama seperti dirinya."Santo," katanya
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
34
DMCA.com Protection Status