Di pesta ulang tahun sepupunya, Yara Lubis terjerat perangkap. Dia dituduh menjebak seorang pria agar menidurinya. Menjadikannya bahan tertawaan di kalangan orang-orang kaya. Dia juga menjadi istri Yudha Lastana, seorang petinggi perusahaan besar. Sayangnya, setelah pernikahan, cinta sepenuh hati yang dia curahkan justru dibalas dengan hinaan dan cemoohan yang tiada habisnya. Hingga pada saat sepupunya, sang pujaan hati suaminya itu kembali, pria itu melempar surat perjanjian perceraian padanya. "Kembalikan posisi Nyonya Lastana kepada yang berhak memilikinya." Dia bahkan mengambil paksa anak dalam kandungannya untuk diberikan kepada sepupunya yang "sulit hamil". Yara akhirnya tersadar dari ilusi dan membawa anaknya pergi, menghilang sepenuhnya dari dunia pria itu. Di hari pernikahan, Yudha menyingkap kebenarannya dan akhirnya tersadar bahwa pujaan hati yang diimpi-impikannya selama ini sebenarnya adalah Yara. "Yara, kalau cinta adalah pulau terpencil, aku bersedia menetap untukmu selamanya!"
Lihat lebih banyakYara yang duduk diam sejak tadi, mengambil kopi di depannya dan menyiramkan isinya ke depan."Yara! Ahh ..." Melanie langsung menggila. Dia berdiri dan hendak menerkam. "Aku belum selesai denganmu!"Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh Yara, Siska menjambak rambutnya."Kamu haus perhatian ya?" Siska menggertakkan giginya. "Segitu hausnya sampai ngemis-ngemis di depanku? Dasar anjing bodoh yang melompat ke jurang. Cari mati sendiri.""Aahh ... lepaskan aku! Memang kamu kekasih gelap Tanto, masih berani sok suci?" teriak Melanie untuk melawan.Siska menjambak semakin kuat. Saat mendengar Melanie menjerit kesakitan, dia merasa lebih lega."Melanie, aku kadang takjub betapa nggak tahu malunya kamu. Jelas-jelas aku masih kalah. Merebut orang tua Rara seenaknya? Orang tuamu sendiri sudah mati?"Melanie terbungkam karena teguran itu. Ketika dia sadar diri bahwa dirinya bukan tandingan Siska, Melanie segera menoleh ke arah Yara."Yara, suruh Siska melepaskanku, atau Zaina yang akan merasa
Mereka duduk dan memesan, lalu mulai makan tak lama kemudian.Namun, yang tidak disangka Yara, mereka bertemu Liana dan Melanie di restoran tersebut.Ketika mata Liana dan Siska saling berhadapan, mereka menunjukkan rasa terkejut yang sangat jelas."Rara, Siska, kebetulan sekali!" Melanie menyapa mereka terlebih dahulu. "Tante baru pulang dari luar negeri, jadi aku ingin mengajaknya makan di tempat yang enak. Kebetulan sekali kalian juga di sini."Yara melirik Siska. Gadis itu menundukkan kepalanya, entah sedang memikirkan apa.Dia berdiri sambil berpegangan pada meja dan berkata dengan suara datar, "Tante, kebetulan sekali."Liana mengangguk, seolah tidak ingin berkata apa-apa, dan terus menatap Siska."Tante, ayo masuk." Melanie mencoba meraih lengan Liana. Tak disangka, Liana menghindarinya.Dia menggerakkan bibirnya canggung. "Pergi saja.""Aku nggak terlalu nafsu makan hari ini. Kita pergi lain kali saja," kata Liana dingin, lalu dia menatap Siska. "Aku sudah janji mau lihat-lihat
Keesokan paginya, ketika Yara pergi ke ruang tamu dan melihat ponselnya, dia pun melihat Zaina telah meneleponnya beberapa kali dan mengirim banyak pesan.Mau bagaimana lagi. Sejak Siska mengetahui kehamilannya, dia tidak mengizinkannya bermain ponsel sebelum tidur. Jadi dia hanya meletakkan ponselnya di ruang tamu dan mematikannya.Sejak dia mengetahui hubungannya dengan Zaina waktu itu tetapi tidak bisa memberitahukannya, dia tidak pernah berani menghubungi Zaina.Jadi, dia cepat-cepat membuka pesan itu."Rara, katanya kamu sakit gastroenteritis akut? Sudah baikan belum?""Rara, kamu harus selalu jaga kesehatan. Makannya bubur dulu biar perutmu cepat pulih.""Rara, Bibi dan Paman mohon maaf. Tapi Melly anak kami, kami nggak punya pilihan."Setelah melihat pesan terakhir, hidung Yara terasa sakit dan air matanya langsung jatuh.Betapa dia ingin memberitahu Zaina bahwa dia adalah putrinya, betapa dia ingin berbagi kabar baik tentang kehamilannya dengan Zaina.Dalam situasi saat ini, ji
"Kalau begitu, kapan kamu mau menceraikan Yara?" Santo bertanya langsung.Sejak dia kembali, dia selalu mendengar Melanie mengeluh bahwa Yara tidak mau melepaskan Yudha dan mereka belum kunjung bercerai.Namun Santo merasa bahwa Yudha lebih bersalah soal ini. Siapa Yara? Punya latar belakang dan kemampuan apa dia? Jika Yudha bertekad untuk menceraikan Yara, mana mungkin Yara bisa menahannya?Hanya saja, dia tidak bisa mengatakan ini pada putrinya yang bodoh.Mata ketiga orang itu seketika terfokus pada wajah Yudha, menunggu dia menjelaskan."Harusnya sudah selesai beberapa hari yang lalu," kata Yudha jujur. "Tapi Yara tiba-tiba jatuh sakit dan akhirnya tertunda ...""Alasan!" Santo mendengus tidak puas.Zaina menarik Santo lagi dan bertanya penuh perhatian, "Rara sakit? Dia kenapa?"Setelah bertanya, dia merasakan tatapan tajam Melanie."Katanya gastroenteritis akut. Harus dirawat beberapa hari.""Kenapa malah kamu pedulikan dia?" Santo terlihat tidak senang. "Anak itu jelas-jelas seda
Sementara itu, Melanie mengirim pesan kepada Zaina dalam perjalanan kembali ke rumah sakit."Yudha sebentar lagi naik ke atas. Kalian desaklah dia untuk segera menikah."Tidak ada jalan lain. Reaksi Agnes malam ini terlalu meresahkan. Urusan antara dirinya dan Yudha tidak bisa ditunda lagi."Yudha." Melanie menunduk dan bersuara pelan. "Aku nggak nyangka Rara datang ke makan malam keluarga hari ini.""Itu ide Kakak." Sama seperti Agnes, dia juga menyalahkan Felix.Melanie tersenyum pahit. "Kadang-kadang aku iri sama Rara. Entah itu Kakek, Kak Felix, atau Paman, mereka semua suka dia. Nggak seperti aku, aku bodoh dan nggak bisa apa-apa."Yudha tidak berkata apa-apa."Yudha." Melanie berkata lagi. "Kamu nggak akan membenciku, 'kan? Aku juga ingin menyenangkan mereka, tapi aku nggak tahu bagaimana caranya."Akulah yang ingin menikah denganmu, jadi dirimu sendiri saja." Sambil berbicara, Yudha memarkir mobilnya di basement rumah sakit. "Keluarlah, sudah sampai.""Yudha, ayo ikut aku." Mela
Menunggu sampai semua orang pergi, dia merendahkan suaranya dan bertanya, "Apa sebenarnya maksudmu?""Maksudku apa?" Tanto terlihat tidak sabar."Kamu nggak pernah menghubungi Siska akhir-akhir ini. Apa maksudmu?" Yara semakin marah pada Tanto."Bukankah ini yang kalian inginkan?" Tanto mencibir, "Kenapa? Menyesal?"Yara menggertakkan giginya. "Kalau begitu, ambil kontraknya dan hancurkan di depan kita.""Untuk apa?" Tanto menepis tangan Yara dan pergi turun terlebih dahulu.Yara mengikuti dengan langkah marah. Ketika meninggalkan ruangan, dia melihat Liana menunggu di lantai pertama, menatapnya dengan mata dingin.Setelah Tanto turun, mereka pergi bersama.Yara semakin merasa suram. Dia ingin menghilangkan pikiran itu dari benaknya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.Saat makan malam, suasana cukup harmonis.Yudha duduk bersama Melanie, Tanto duduk bersama Liana, dan Yara duduk bersama Felix.Sepanjang waktu, mata Yara sering menyasar ke arah Tanto dan Liana.Ini harusnya kesempat
Pada pukul empat sore, Felix datang tepat waktu dan membawa Yara kembali ke rumah keluarga Lastana.Begitu memasuki pintu, Yara melihat Agnes dan Melanie di ruang tamu. Dia mengangguk dengan canggung, tetapi tidak bisa memanggil "Bu" kepada Agnes.Yang membuatnya terkejut, Agnes tidak langsung mengusirnya.Dia tahu ini pasti pekerjaan Felix, jadi dia tersenyum penuh terima kasih padanya."Ayo kita ke atas menemui Kakek dulu. Yudha dan yang lainnya juga di atas." Felix langsung membawa Yara ke atas.Melihat Agnes tidak melakukan apa-apa bahkan setelah mereka lewat, Melanie pun bertanya-tanya dengan suara dipelankan, "Kenapa Rara ada di sini?""Kata Felix, dia nggak setuju Yudha bercerai." Agnes mendesah pelan.Bahkan dia sedikit bimbang sekarang. Yudha sangat tegas soal tidak ingin memiliki anak. Jika Yara benar-benar diceraikan, akankah Yara menggugurkan kandungannya?Memikirkan hal ini, dia bertanya lagi pada Melanie, "Melly, apa kamu ... berhubungan intim dengan Yudha sekarang?"Waja
"Benarkah?" Yara tidak begitu percaya."Ya." Felix mengangguk, mengeluarkan ponselnya dan bertanya pada Yara, "Kamu mau telepon Kakek?""Boleh?" Yara sangat gembira.Felix segera memanggil nomornya. "Kakek, ini Felix, aku sedang bersama Rara. Kalian ngobrol sebentar, ponselnya aku berikan ke Rara."Yara dengan senang hati menerima ponsel itu dan mengobrol dengan Kakek Susilo.Siska melirik Felix dan sudah yakin bahwa permintaan maaf Yudha tadi palsu.Namun, dia tak ambil pusing, asalkan bisa membuat Rara bahagia.Beberapa hari berikutnya, Yudha tidak muncul lagi dan tidak menghubungi Yara, tetapi Felix datang hampir setiap hari.Dia selalu membawakan segala macam makanan enak dan terkadang beberapa mainan yang disukai anak-anak.Suasana hati Yara sangat positif. Apalagi, dia juga bisa mengobrol dengan Kakek Susilo setiap hari.Dia hanya merasa agak aneh. Setiap kali dia menelepon Kakek, bukankah Agnes juga di sana? Kenapa dia membiarkan?Seminggu kemudian, Yara bisa pulang dari rumah s
"Bukan, bukan begitu ...." Yara terus menggelengkan kepalanya, tidak mampu menahan air mata."Jangan menangis, jangan menangis!" Dia berusaha tidak mendengarkan perkataan Yudha dan tetap menyemangati dirinya."Yudha, diam!" Felix kembali entah sejak kapan. Dia menatap Yudha mata berapi-api. "Ke sini."Yudha akhirnya berkata pada Yara, "Dengarkan aku baik-baik. Kita harus bercerai, nggak ada negosiasi lagi!""Yudha!" teriak Felix lagi, terlihat sangat marah.Yara menunduk, menggigit bibir, menghibur anak-anaknya di dalam hati, "Sayang, Ayah cuma marah, dia sebenarnya sayang pada kalian."Namun, saat ini, tidak peduli dengan cara apa dia menghibur diri, air matanya mengalir tak terbendung.Tak lama kemudian, Siska juga masuk. "Rara, kamu nggak apa-apa?"Yara terisak, menahan air matanya dan tersenyum pada Siska, "Aku nggak apa-apa.""Ini semua salah Felix!" Siska sudah tahu betul sifat bajingan Yudha, tetapi Felix? Apa haknya melarang Rara bercerai?Dia memeluk Yara dengan lembut. "Rara,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.