All Chapters of Terpaksa Menikah Dengan Mantan Suami Mbak Ku: Chapter 21 - Chapter 30
49 Chapters
BAB 21
Pengguna jalan raya tampak panik saat sebuah mobil tiba-tiba kehilangan kendali. Ban yang terlalu licin tak mampu menahan laju kendaraan yang semakin tak terkendali saat ada mobil yang datang dari berlawanan arah juga dengan kecepatan tinggi. Dicky mendadak mengijak rem sampe penuh, tetapi sayangnya mobil tidak bisa langsung berhenti, semua itu terlambat dan akibatnya tabrakan tidak bisa di hindari lagi.Dalam sekejap mata, mobil itu meluncur tanpa kendali melewati jalur yang seharusnya bukan jalurnya, berputar-putar seperti tarian yang tidak terencana. Sangat cepat, ia melintasi jalan di seberangnya, benar-benar dicari oleh maut.Beruntung, kawanan mobil lain dengan reflek yang luar biasa menghindari tabrakan yang tak terelakkan tersebut. Seketika itu pula, desingan terdengar saat mobil hitam itu menabrak pagar pembatas jalan dengan keras dan suaranya sangat keras. Bentuk depan mobil udah tidak berbentuk lagi.Debu dan pecahan kaca terbang memenuhi udara, menandakan kekacauan yang ba
Read more
BAB 22
Peluk jauh untuk setiap perempuan yang telah di sia-siakan. Perempuan yang harus di paksa untuk kuat padahal dirinya sangat rapuh. Untuk perempuan yang tulus tapi dipaksa harus mundur. Untuk perempuan yang rela merendahkan egonya atas semua yang dia inginkan demi orang lain, tapi akhirnya memilih menyerah karena tidak sanggup lagi dan untuk perempuan yang berusaha mencintai, tapi apa pun yang dia lakukan tak pernah dihargai. Mari kita rayakan setiap patahan menjadi kebahagiaan yang tak terduga. TERUSLAH MENJADI PEREMPUAN YANG BAIK MESKIPUN KAMU TIDAK PERNA DI PERLAKUKAN BAIK OLEH ORANG LAIN, SEMUA YANG KAMU RASAKAN ITU PASTI AKAN ADA HIKMATNYA.***"Aku minta maaf karena aku yang mengakibatkan ini ...," ucap Dicky dengan terbata karena menahan rasa sakit. Dia berusaha kuat untuk dapat bicara dengan Rudi."Maaf, karena aku menolong Indah untuk pergi menenangkan dirinya...." Dicky kembali mengatakan semua dengan terbata. Rudi yang mendengar kata-kata Dicky hanya diam, dia tidak tahu ha
Read more
BAB 23
Cuaca pada malam ini sangat begitu suram seperti di ruangan ICU. Hujan sangat deras dan petir yang menyambar yang mewarnai malam yang ini yang menambah mecekem di rumah sakit yang begitu sibuk. Di ruang ICU, tempat yang biasanya penuh dengan kehidupan dan harapan, tapi hari ini di penuho oleh kepanikan dan kegelisaan.Dokter yang menjaga malam ini merupakan, seorang dokter berusia empat puluh tahun dengan pengalaman yang luar biasa, Dokter berdiri di dekat ranjang Dicky. mantan kekasihnya Indah itu tampak terlentang lemah di atas ranjang rumah sakit. Meskipun penuh dengan peralatan medis canggih, suhu di ruangan itu terasa dingin dan hampa.Rudi yang penasaran dia mencoba melihat lewat jendela kaca ruang ICU itu. saat Rudi melihat, dia melihat dokter sangat sibuk untuk berusaha mengembalikan kesadaran Dicky. saat Rudi melihatnya ada rasa nyeri di dada Rudi saat melihat Dicky yang sedang di rawat oleh dokter..Dokter yang menangani Dicky segera memeriksa keadaan. Pernapasan pria itu ta
Read more
BAB 24
Tanpa terasa telah satu minggu Dicky dikuburkan, tapi keadaan Indah tidak ada tanda menujukan akan ada kemajuan yang mendakan Indah akan sadar dari komanya. Mama Reni akhirnya mengetahui semua yang terjadi dalam rumah tangga putranya dan Indah, walau tidak sepenuhnya. Yang dia tahu, malam itu menantunya pergi dari rumah setelah Rudi memarahinya. Mama Reni memarahi dan menasehati anaknya hingga panjang lebar.Saat ini keduanya sedang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Indah. Telah dua minggu dia berada di ruang ICU, tapi belum ada tanda-tanda jika kesadarannya akan membaik. Seolah olah ini adalah zona nyaman dengan hanya menutup matanya dan tidak bangun-bangun."Ma, apakah kita perlu membawa Nia ke rumah sakit untuk bertemu Indah supaya bisa cepat sadar? Dokter mengatakan orang yang dalam keadaan koma, tetap dapat mendengar suara jika sarafnya masih bekerja dengan baik dan akan membantu orang koma membuka matanya. Suara orang yang paling dekat dan sering dia dengar, dapat memulihk
Read more
BAB 25
Indah sedang dilakukan pemeriksaan oleh dokter yang bertugas. Sedangkan Nia langsung dibawa pulang oleh Ibunya Rudi balik rumah. Nia sangat ingin menemani mami-nya dirumah sakit dan tidak mau pulang sampe Nia menangis tidak mau pulang."Kalau Mimi sudah bangun, Nia bisa datang lagi menjenguk Mimi," bujuk Rudi agar bocah itu mau pulang dan tidak menangis lagi."Kenapa Mimi boboknya lama bangat, pa?" tanya Nia dengan nada yang terbata karena menangis."Mimi sakit, Sayang," jawab Rudi."Papi jahat. Papi marahi Mimi. Mimi bobok takut papi marah," ucap Nia yang memarahin papi-nya.Mendengar ucapan cucunya, Mama Reni langsung memandangi wajah Rudi. Pria itu tak berani membalas tatapan ibunya. Dia hanya menunduk. Karena merasa bersalah sama Indah, dan malu sama mamanya."Papi jahat ...," ucap Nia kembali menangis."Maafkan Papi. Papi janji tak akan marah lagi dengan Mimi," ucap Rudi pelan masih dengan menunduk."Rudi, Mita itu telah tiada. Seharusnya kamu bisa move on. Hidup terus berjalan.
Read more
BAB 26
Saat ini Indah telah dipindahkan ke ruang perawatan umum. Hanya tersisa selang infus ditubuhnya. Dari tadi matanya telah terbuka, tapi gadis itu masih terus diam tanpa suara. Mama Reni meraih tangan Indah dan menggenggamnya."Indah, katakan apa yang ingin kamu ungkapkan, Nak. Jangan diam saja. Mungkin dengan mengatakannya akan mengurangi rasa sesak di dada kamu," ucap Mama Reni dengan lembut."Ma, maafkan aku...," ucap Indah dengan suara pelan."Kenapa kamu minta maaf sayang? Kamu tidak memiliki kesalahan apa-apa sama mama, sayang," balas Mama Reni.Indah kembali diam. Napasnya tampak tidak teratur. Mama Reni menggenggam tangan menantunya dengan lembut."Di mana teman yang bersamaku, Ma?" tanya Indah akhirnya. Dia meminta maaf karena merasa bersalah pergi dengan pria selain suaminya.Mama Reni menarik napas dalam. Dia telah tahu cerita tentang pria yang bersama Indah dari Rudi. Wanita itu tak sanggup mengatakan pada Indah jika temannya telah tiada."Ma, dimana temanku di rawat?" Kemba
Read more
BAB 27
Mama Reni mendekati Indah yang keget melihat menantunya keget. Menggenggam tangan menantunya supaya Indah bisa lebih tenang. Mama Reni bisa merasakan apa yang dirasakan Menantunya itu."Ma, katakan dengan jujur. Apa benar temanku Dicky meninggal?" tanya Indah dengan suara serak karena air mata yang sudah membasahi pipinya."Kenapa kau menangis begitu?" tanya Ibu Rahma dengan suara ketus. Dia tindak senang dengan reaksi Indah saat mengetahui Dicky meninggal."Bu, sudahlah. Indah baru sadar dan baru saja melewati masa kritis. Jangan dibebani dengan hal lain yang bisa membuatnya sakit lagi," ucap Rudi sambil memandang Ibu RahmaMendengar Rudi yang bicara dengan sedikit membentaknya, membuat Ibu Rahma terdiam. Dia lalu berjalan, kembali ke sofa. Pura-pura mengajak Nia bermain. Dia takut jika menantunya itu marah sama dia."Ma, tolong jujurlah. Apa temanku meninggal?" tanya Indah lagi dengan suara lemah.Sudah tidak mungkin Mama Reni untuk menyembunyikan tentang kematian Dicky lagi. Dia ha
Read more
BAB 28
Pagi harinya Rudi meminta ijin sama Dokter. Dokter mengatakan jika kesehatan Indah semakin membaik. Hanya butuh waktu untuk segera pulih seperti semulah. Rudi meminta izin membawanya ke makam Dicky.. Awalnya dokter keberatan takut tak akan kembali lagi, padahal masih perlu perawatan intensif selama seminggu ke depan. Namun, Rudi menjamin jika dia akan membawa gadis itu untuk di rawat lagi.Rudi menggendong tubuh Indah. Indah hanya diam atas apa yang dilakukan suaminya. Hari ini dia akan membawa istrinya ke makam Dicky seperti janjinya.Saat diperjalanan air mata Indah tak berhenti turun membasahi pipinya. Tangannya terkepal seolah menahan emosi."Tuhan, kenapa kau memanggil Dicky yang begitu baik, bukannya aku yang memiliki kekurangan ini. Jika aku yang pergi, tak akan ada yang merasa kehilangan atas kepergian ku. Aku sudah lelah, Tuhan," ucap Indah dalam hatinya.Satu jam perjalanan, sampai mereka di tempat pemakaman umum. Kembali Rudi menggendong istrinya dan mendudukkan di kursi ro
Read more
BAB 29
"Aku ingin kita berpisah ...," ucap Indah.Piring yang ada di tangan Rudi hampir saja terjatuh saat mendengar apa yang dikatakan oleh Indah. Rudi tidak pernah sangka kalo Indah akan meminta untuk berpisah, apa lagi di saat seperti ini."Permintaan apa ini, Indah. Bukan itu permintaan yang aku maksud," jawab Rudi."Bukankah Mas pernah berkata jika apa pun yang aku minta akan dikabulkan. Sekarang aku minta kita pisah," ucap Indah mengulangi permintaannya."Aku tak bisa kabulkan yang satu itu. Kamu bisa minta berupa barang tapi bukan berpisah, aku tidak pernah mau berpisah sama kamu." balas Rudi.Dia tak ingin berpisah dengan gadis itu. Rudi telah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada mama Reni jika dia akan merubah segala sikapnya. Dan memulai dari awal lagi."Kenapa tak bisa, Mas? Bukankah itu hal yang paling gampang dan murah yang aku minta," ucap Indah dengan suara yang datar.Pandangan matanya masih tertuju pada luar bangunan. Dia tidak perdulih kalo ada suaminya berada diketn
Read more
BAB 30
"Ma, aku sangat cepek menjalanin semua ini," ucap Indah dengan air mata yang jatuh berderai.Mama Reni mendekati Indah duduk di sofa dan menggenggam tangan menantunya sangat erat untuk menenangkannya. Tampak air mata juga menetes dari sudut matanya. Dia tidak tahan melihat menantunya seperti ini."Apa kamu mau liburan? Kita pergi bertiga dengan Nia?" tanya Mama Reni.Indah tak menjawab pertanyaan mama Reni hanya air mata yang terus membasahi pipinya, hanya air mata yang bisa gambarkan perasaannya saat ini. Melihat sang Mimi menangis, Nia ikut terisak."Mimi kenapa? Mimi sakit?" tanya Nia dengan terisak karena menahan tangis."Sayang, Mimi tak sakit. Hanya lelah saja, sayang," jawab Indah."Kalau Mimi lelah, biar aku pijat," ucap Nia. Dia lalu memijat lengan Indah."Indah, jika ada yang kurang kamu suka dari sikap putra Mama, kamu katakan saja. Biar Mama yang nasehati." Kata Mama Reni."Ma, aku mau tidur. Capek," ucap Indah. Dia masih belum mau membahas mengenai Rudi."Indah, Mama moho
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status