All Chapters of Ternyata Suamiku Bukan Pria Biasa: Chapter 41 - Chapter 50
124 Chapters
BAB 41 : Suasana Hati Arion
Kedua mata Jeanne melebar dan tak berkedip, dengan mulut membuka.“Bukankah itu… orangnya…” gumam Jeanne takjub.Sosok tinggi dengan tubuh proporsional masuk ke dalam ruang perawatan. Ia hanya melirik sekilas pada Jeanne dan langsung menghampiri brankar tempat Elara terbaring.“Bagaimana keadaanmu?”“Ah…” Jeanne lagi-lagi mengesah tanpa sadar.Suara pria itu begitu dalam dengan tekanan berat namun memberikan sensualitas tinggi. Padahal itu hanya dua kata simpel.“Arion..” Elara memandang bingung pada pria yang baru datang itu.Jeanne mengerjap lalu beralih cepat pada sahabatnya. “Kalian saling mengenal? Kau mengenal orang yang menyelamatkanmu ini?” Ia benar-benar terkejut.Semalam, saat Elara diangkat keluar dari kolam dan dibopong pria itu, Jeanne dengan panik mengikuti dan terus bertanya dengan berisik.Pria itu lalu mengatakan akan membawa Elara ke rumah sakit terdekat, untuk menghentikan Jeanne lebih panik.Jeanne tidak bisa melihat dengan jelas rupa pria itu, karena saat itu wajah
Read more
BAB 42 : Harus Tetap Menjadi Miliknya
“Selamat menikmati sarapan Anda, Nona Muda,” Seorang pelayan hotel membungkuk setelah mengatur penataan peralatan makan dan juga hidangan mewah untuk sarapan Isabelle.Isabelle mengulurkan tangannya dengan lembut sambil tersenyum ramah pada pelayan itu.Sang pelayan mengambil uang dari tangan Isabelle dan matanya sedikit membesar begitu melihat lembaran dolar yang diberikan nona muda kaya itu pada dirinya.Nona muda kaya itu memberi lima kali lipat dari tips yang biasa diberikan tamu lainnya. Betapa murah hatinya!Buru-buru pelayan itu membungkuk hormat dan penuh terima kasih.“Tidak apa. Saya suka pelayanan mu sejak kemarin,” ujar Isabelle dengan senyum menawannya lagi.“Terima kasih, Nona. Jika Nona Muda memerlukan bantuan saya, Nona bisa panggil saya.”“Tentu. Saya akan mencarimu jika membutuhkan sesuatu,” Isabelle mengangguk dan pelayan itu pun keluar dari suite yang ia tempati.
Read more
BAB 43 : Diteror
“Sudah semua?”“Ya. Aku tidak membawa barang apapun. Bahkan tidak sadar saat dibawa ke sini,” Elara menjawab pertanyaan Jeanne.Jeanne merapikan pakaian kotor Elara dan memasukkannya ke dalam tas kecil milik Jeanne. Elara memang telah diizinkan untuk keluar rumah sakit, karena tidak ada luka serius.“Apa kau yakin tidak menginap dulu di tempatku?” Jeanne menawarkan lagi bantuan pada Elara. “Atau aku menginap di tempatmu?”“Itu tidak perlu, J. Aku akan baik-baik saja. Selain terlalu banyak menelan air lewat hidung, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali,” tolak Elara.Mana bisa ia membiarkan Jeanne menginap di tempatnya tinggal sekarang? Untuk memberi tahu tempatnya pun Elara sungguh tak mau. Ia belum siap Jeanne mengetahui dirinya telah menikah.“Tetap saja aku khawatir, El. Kalau kau enggan tidur di tempatku, biar aku menemanimu. Ok?”“Tidak per--”“Tidak perlu. Aku yang akan mengawasinya.” Ucapan Elara terpotong oleh suara berat dan rendah Arion.Pria itu masuk ke dalam ruan
Read more
BAB 44 : Pesan Peringatan
“Apa maksudmu?” Elara mengernyit kesal.Ia sudah tidak ingin berurusan lagi dengan Dianne. Ia belum membuat perhitungan dengan mantan sepupunya itu, tapi Dianne sudah menghampirinya lagi.Tidak akan ada hal baik jika berurusan dengan gadis satu ini.Begitulah pikiran Elara.Dan mungkin ini hanya akal-akalan Dianne lagi untuk melakukan membuatnya mengalami kondisi sial.“Sudah dua hari ini aku diikuti dan semalam aku dihadang oleh mereka! Lihat!” Dianne menunjukkan lebam di sekitar tangan lalu lehernya.“Mereka menarikku dan mencekik leherku!”   Elara memang bisa melihat rona kebiruan di sekitar pergelangan tangan kiri Dianne juga di leher gadis mantan sepupu tirinya itu.“Sebentar,” Elara menyipitkan matanya. “Bagaimana kau tahu orang itu berhubungan denganku?”“Mereka menyebutkan soal pemukulan Henry sebelumnya! Yang membuat putra keluarga Wycl
Read more
BAB 45 : Mencari Kebenarannya
Elara mematikan ponsel dan menyimpannya kembali ke saku celana.Ia bergegas menghentikan taksi yang terlihat di depan dan memasukinya dengan tergesa.“Chiltern Road Pak,” tukas Elara begitu duduk di jok belakang supir.Taksi pun berlalu dengan kecepatan standar.Elara menghela napas dan melirik jam tangan. Ia lalu menyandarkan kepalanya. Semalam ia sengaja pulang larut, menghabiskan waktu di tempat Jeanne.Namun saat ia pulang, Arion ternyata belum kembali. Ia memang ingin menghindar dari Arion, sebelum ia bertemu Dianne dan mencari tahu soal kecelakaan neneknya tempo hari.Entah jam berapa, Elara mendengar Arion kembali ke apartemen dan itu sudah sangat larut. Ia memang mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, namun Elara sengaja tidak menjawab.Arion pun kembali ke kamar, menyangka Elara telah terlelap.Pagi tadi, sebelum Elara keluar kamar, ia mendengar ketukan lainnya di pintu. Namun lagi-lagi Elara berpura ma
Read more
BAB 46 : Sesuatu Yang Diketahui
“Kenapa diam?” Rahang Elara terlihat mengeras.“Aku tidak ada kaitannya dengan itu.” Arion menjawab Elara. Nadanya masih terdengar santai --meski tubuhnya juga masih menegang.“Katakan dengan terus terang. Apa kau menipuku?”Arion tidak langsung menjawab. Ia berjalan melalui Elara dan duduk di sofa.“Jawab aku! Apa kau menipuku?!”Arion mengabaikan Elara. Tubuhnya yang bergerak karena beberapa langkah yang ia ambil, menjadikan pria tampan itu sedikit melepas ketegangan.“Kita bicara sambil duduk,” ujar Arion lalu menepuk bantalan sofa di sampingnya.Dengan enggan Elara mendekat, namun ia tidak duduk di samping Arion, melainkan mengambil tempat di sofa tunggal di sebelah sofa yang ditempati pria tampan tersebut.“Jarakmu terlalu jauh,” Arion sempat menggoda.Namun Elara tidak mengendurkan tatapan tajamnya pada sang pria. “Jawab saja pertanyaanku
Read more
Bab 47 : Dijemput Paksa
Wajah Jeanne terlihat terkejut saat membuka pintu dan melihat sosok Elara di sana –dengan ransel di punggungnya lagi.“Apa yang terjadi?” Ia sungguh bingung melihat wajah kusut Elara. Tepatnya, terlihat memerah karena marah.“Apa koperku masih di sini?”“Ya tentu, aku simpan di kamar. Ada apa?” Jeanne membuntuti Elara menuju kamar dirinya. “Itu, di bawah ranjangku,” tunjuk Jeanne saat mereka tiba di dalam kamar.“Aku hanya butuh beberapa barang milikku di sana.” Elara meletakkan ransel di punggungnya ke atas karpet lantai, lalu membungkuk dan menarik koper miliknya yang ia titipkan di rumah Jeanne tempo hari.Ia memang belum mengambil koper itu, karena tidak berpikir akan tinggal lama bersama Arion.Terbukti saat ini, ia memang harus keluar dari apartemen itu.“Penipu!” desis Elara geram. Tangannya dengan kasar membolak balik lipatan pakaian di dalam koper.“Hah? Apa? Siapa yang penipu?” Tentu saja Jeanne kebingungan.Ia terus menatap sahabatnya dengan sorot mata meminta penjelasan. “A
Read more
BAB 48 : Menanamkan Ketidakpercayaan
“Sepertinya keadaan terlalu tenang. Apakah tidak terjadi apa-apa pada Elara?” Dianne mengetuk-ketukkan jari di atas meja rias di kamarnya.“Bukankah seharusnya sesuatu terjadi padanya?”“Apa yang terjadi dan pada siapa?” Sebuah suara di bibir pintu kamar, mengagetkan Dianne.“Kau mengagetkanku!” gerutu Dianne saat melihat Alex di sana.Kakak Dianne itu hanya menyeringai melihat kekesalan adiknya.“Ada apa kau ke kamarku?” Kening Dianne berkerut ketika menanyakan itu.Bagaimana tidak, Alex Palmer selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Ia tidak pernah ingin terlibat dengan urusan ibu mereka --Tina dan juga dirinya.Alex juga tidak terlalu peduli, saat Dianne beberapa kali mendapat masalah di kampusnya dan hanya membiarkan Tina menyelesaikan itu untuk sang adik. Sementara sang ayah? Terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang seorang pegawai pemerintahan.Dan lagi Tina dan Dianne lebih sering berada di kediaman Tony White dari pada di rumahnya sendiri.“Ah mengganggu saja! Jika tidak ada keperl
Read more
BAB 49 : Membencimu
“Lepaskan aku, Kurang Ajar!!” Elara memekik tertahan --meski kaget, ia tidak ingin menarik perhatian banyak orang.Namun apa yang dilakukan Arion --memanggul Elara di pundaknya, itu benar-benar akan menarik perhatian.Wajah Elara telah berubah bak kepiting rebus, bukan karena kepalanya yang terbalik berada di bawah, tapi karena benar-benar malu.“Kita pulang,” desis Arion.“Aku tidak mau pulang bersamamu, Penipu!” Elara membalas dengan bentakan tertahan.“Kupikir membiarkanmu seharian tanpa diganggu, sudah cukup untuk mendinginkan kepalamu, huh?”Pria itu mulai berjalan menjauh dengan Elara dalam panggulannya.“Lepaskan aku!” pekik Elara lagi. Tangannya mulai memukul-pukul punggung Arion, dengan kaki yang mengayun --memberontak.Namun itu sama sekali tidak mengganggu pria bertubuh atletis tersebut.Dari kejauhan, Jeanne dan teman-temannya menatap tanpa berkedip
Read more
BAB 50 : Memulai Perdebatan
Elara terbangun oleh suara dering nyaring di ponsel miliknya.Tubuhnya tersentak kaget hingga berposisi duduk. Secara refleks ia mencari-cari ponsel dan mendapatkannya ada di dalam saku celana. Ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel tersebut.Dering di ponsel telah berhenti, kedua manik mata Elara bergerak melihat angka yang tertera pada ponselnya. Angka itu menunjukkan jam enam sore. Ia melakukan telepon balik.“J,” sapa Elara cepat.‘El, kau baik-baik saja kan?’ Suara di ujung sana tidak terdengar panik, meskipun pertanyaan yang terlontar seharusnya bernada khawatir.“Aku--”‘Kau tidak mengabariku. Apa yang terjadi? Kalian menghabiskan waktu yang panas di sana? Tempatmu atau tempat pria itu? Bagaimana rasanya? Ah aku penasaran! Katakan El!’“Sialan kau, J! Tidak terjadi hal seperti itu,” Elara memaki pelan.‘Ah aku lupa. Kau seorang gadis yang taat. Kau hanya melakukan seks setelah menikah, kan? Tidak perlu ceramahi aku. Kalau begitu, kau nikah saja dengannya. Selesai perkara.’Ela
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status