All Chapters of Teman Tapi Menikah: Chapter 121 - Chapter 130
137 Chapters
BAB 121 - Kenapa Kita Harus Malu dengan Diri Kita Sendiri?
“Kali ini aku berdoa supaya Rinai cepet balik ke Jakarta, biar kamu nggak berkeliaran untuk minta makan kayak gini.”“Amin.” Dengan khidmat, Ksatria ikut mengaminkan harapan yang Shua ucapkan dari hati yang paling dalam tersebut.Shua menghela napas dan mencoba mengikhlaskan serundeng buatan ibunya yang kini tinggal tersisa setengah stoples. Padahal serundeng itu baru dikirim ibunya kemarin dan Shua pikir cukup untuk jatah makannya maksimal dua minggu lagi.Minggu siang ini Shua tengah meliburkan diri setelah bekerja gila-gilaan sebulan belakangan. Maka dari itu, hari ini ia ada di apartemen ketika Ksatria mengetuk pintunya dengan dalih ingin meminta makan.Sebenarnya Shua sudah ingin menendang Ksatria, tapi ia ingat pesan Rinai yang menitipkan Ksatria padanya saat perempuan itu memutuskan untuk pergi ke Jogja. Dengan terpaksa, ia menampung Ksatria serta memberinya makan.“Mau?” Ksatria menawarkan serundeng yang sejak tadi ia kuasai kepada Shua.Dua piring nasi sudah Ksatria habiskan
Read more
BAB 122 - Siapa yang Ulang Tahun, Siapa yang Dapat Hadiah
“Kamu udah terima hadiah yang aku kirim kan?”“Udah, kamu udah nanyain hal yang sama sejak seminggu yang lalu, Yang.”“APA?” Ksatria yang tengah berjalan menuju ruangannya, sampai berhenti melangkah ketika mendengar jawaban Rinai. “Coba ulang lagi, Yang!”Rinai mendesis kesal. “Nggak tahu!”Ksatria tertawa, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang kerjanya. Fiona yang sepertinya baru datang dan masih merapikan mejanya, menyapa Ksatria dengan ramah seperti biasa.“Kebiasaan, ngambek,” ledek Ksatria.“Kamu tuh yang lebay tiap dipanggil ‘Sayang’.”“Bukan lebay. Soalnya langka banget kejadian kamu manggil aku begitu. Jadinya aku selalu kaget,” kilah Ksatria.Lelaki itu memasuki ruang kerjanya dan menaruh tasnya di tempat biasa.Sudah sebulan berlalu sejak ulang tahun Ksatria dan hari ini adalah hari ulang tahun Rinai.Seminggu yang lalu, Ksatria mengirim hadiahnya untuk Rinai ke Jogja. Lelaki itu takut kalau ia mengirimnya di dekat hari ulang tahun Rinai, malah sampainya tak sesua
Read more
BAB 123 - Melepas Rindu
Rinai sudah merencanakan hal ini sejak beberapa hari sebelum ulang tahun Ksatria sebulan yang lalu.Awalnya memang ada berbagai macam ketakutan di dalam kepalanya. Apakah ia bisa benar-benar pergi sendiri? Bagaimana kalau nanti ada laki-laki yang menyentuhnya? Apakah Rinai bisa melawan?Tapi ketika ia uraikan pro dan kontranya mengenai rencana mendatangi Ksatria ke Jakarta di hari ulang tahunnya, lebih banyak poin di bagian pronya. Rinai juga telah berkonsultasi pada psikolog yang menanganinya, ayahnya, hingga budenya.Dan mereka mengatakan, sebenarnya kalau Rinai sudah berpikir sampai sejauh ini, ia telah siap.Ayahnya sempat menawarkan untuk mengantar Rinai sampai di Jakarta. Tetapi, Rinai pikir ia harusnya sudah bisa benar-benar tiba di Jakarta sendiri.Jadilah kemarin Rinai tiba di Jakarta dengan selamat—tanpa merasa cemas, panik, atau bahkan menangis karena terpaksa berdekatan dengan lelaki saat di tempat umum.“Jadi kamu kapan sampai di Jakarta?”Pertanyaan itu mengembalikan Rin
Read more
BAB 124 - Mimpi yang Jadi Kenyataan
Pagi itu Ksatria bangun karena ada sesuatu yang memberatkan lengannya hingga kram.Lelaki itu membuka kedua matanya, mengerjap pelan untuk membiasakan matanya dengan cahaya matahari yang menelusup masuk dari sela tirai yang terbuka.Setelah kesadarannya terkumpul hampir setengahnya, Ksatria menunduk dan menemukan Rinai yang tidur beralaskan telapak tangannya. Pantas saja tangannya terasa kram.Ada jarak di antara mereka, sepanjang lengan Ksatria yang terbentang karena perempuan itu menimpa telapak tangan Ksatria sebagai bantalnya.Walau begitu, Ksatria tidak menarik tangannya. Ia biarkan saja kebas itu mengaliri tangannya lebih lama lagi, asal mimpi ini tidak langsung menguap.Ada Rinai di ranjangnya dan sedang tertidur nyenyak. Ini mimpi, bukan?Tidak mungkin Rinai kembali ke Jakarta. Iyakan?Ksatria terus mengamati wajah Rinai di hadapannya dan bersyukur karena kini wajahnya tak setirus terakhir kali mereka bertemu.Hal ini tentu jadi satu tanda kalau kondisi Rinai sudah jauh lebih
Read more
BAB 125 - Dialah, Ksatria-nya
“Kalau di dunia ini sisanya cuma Chris Evans sama aku, kamu pilih siapa?”“Kayaknya kamu nggak habis minum alkohol atau makan magic mushroom, tapi kenapa pertanyaan kamu kayak halu gini ya?”Ksatria tergelak hingga mendongakkan kepalanya, selagi Rinai hanya bisa menggeleng dan mengambil sepotong pizza yang mereka pesan untuk makan siang hari ini.Heran, kenapa Ksatria menanyakan hal yang jawabannya sudah jelas?“Aku serius padahal lho,” beri tahu Ksatria lagi. “Jadi kamu pilih siapa kalau di dunia ini cuma nyisa kita berdua, Yang?”“Chris Evans-lah. Gila kali kamu, itu satu-satunya kesempatan aku ketemu sama dia,” jawab Rinai dengan berapi-api. “Sedangkan sama kamu, aku ketemu dari bayi. Jadi ngapain aku pilih kamu?”Ksatria berdecak kesal dan ganti Rinai yang tertawa setelahnya. Rinai pun meledek Ksatria. “Makanya, kalau nggak mau sakit hati denger jawabanku, nggak usah nanya.”“Aku kan cuma tiba-tiba kepikiran aja,” sungut Ksatria. Tangan lelaki itu hendak mengambil potongan terakhi
Read more
BAB 126 - Kencan Terakhir Sebelum Kamu Pulang
    Ksatria menatap pantulan dirinya di cermin, memastikan kalau hari ini ia sudah terlihat rapi dan minimal tidak memalukan kalau digandeng oleh Rinai.Setelah yakin dan merasa kalau cermin di kamarnya bisa muntah saking seringnya Ksatria bercermin hari ini, Ksatria keluar dari kamarnya dan bergegas menuju tower Shua.Semalam, mereka menikmati sisa hari bersama anggota VIP Club yang lain dan benar-benar ramai. Ksatria senang karena Rinai bisa terlihat kembali benar-benar nyaman dan rileks di tengah sahabat-sahabatnya.Meski tidak ingin berpisah dari Rinai, nyatanya semalam Ksatria pulang ke unitnya sendiri, membiarkan Rinai kembali menginap di apartemen Shua
Read more
BAB 127 - Mengikuti Ke Mana Hatimu Pergi
    “Ah, aku bakal kangen banget sama kamu." Shua memeluk Rinai dengan erat. "Hati-hati ya. Kalau udah sampai di Jogja, kabarin aku.""Iya, pasti kok. Makasih ya udah mau nampung aku selama di Jakarta." Rinai balas memeluk Shua dengan lebih erat.Shua terkekeh. "Daripada buang-buang uang di hotel, kan mendingan kamu nginep di sini.""Kan bisa nginep di tempatku," celetuk Ksatria yang berdiri di samping Rinai, menyaksikan sejak tadi bagaimana keduanya seperti enggan berpisah di hari kepulangan Rinai ke Jogja.Shua mendelilk pada Ksatria. “Aku nggak yakin kalian bakal tidur beneran kalau Rinai nginep di sana lagi.”
Read more
BAB 128 - Di Sanalah Rumah Rinai
    Ksatria tersenyum saat merasakan ada sesuatu yang tiba-tiba menempel di bahunya. Tanpa menoleh, ia sudah tahu kalau yang baru saja menyentuh bahunya adalah Rinai.Lebih tepatnya kepala Rinai.Mereka sudah duduk berjam-jam dan mengobrol selama itu, sampai kemudian Rinai yang berhenti bicara lima menit lalu, kini sudah terkulai di bahu Ksatria dengan mata terpejam.Ksatria menaikkan selimut yang sudah membentang menyelimuti tubuh Rinai. Beruntung ia memilih kereta dengan dua kursi berdampingan begini.Tadinya Ksatria ingin memilih kereta yang fasilitasnya lebih nyaman. Tetapi, kursinya yang formasinya satu-satu itu membuat Ksatria menguru
Read more
BAB 129 - Kadang Kita Tidak Tahu Sekeras Apa Dia Berjuang untuk Kita
    Bukan Ksatria Baja Hitam: Udah sampai apart, Yang. I miss you!Rinai Prawara: Ganti baju terus tidur gih.Rinai Prawara: Miss you too. Rinai tersenyum seraya membaca kembali pesan yang ia kirim kepada Ksatria siang tadi ketika lelaki itu sudah sampai di Jakarta.Hari sudah sore dan beranjak malam, tapi Rinai masih berada di toko karena masih mengerjakan sisa pekerjaannya… sambil memikirkan Ksatria.Meski Rinai hanya sebentar berada di Jakarta, tapi waktu yang singkat itu membuatnya memikirkan banyak
Read more
BAB 130 - Kekhawatiran yang Tak Berujung
    Ksatria memijat pelipisnya dengan perlahan, sebelum kemudian ia menjatuhkan kepalanya ke atas lipatan tangannya. Ia masih punya waktu setengah jam lagi dan harus memutuskan dengan cepat, ingin tidur atau makan di sisa waktu istirahatnya.“Makan,” gumamnya. “Makan lima menit, sisanya merem,” lanjutnya lagi.Dengan tak berselera, Ksatria bangkit dari kursi kerjanya dan mengambil kotak makanan delivery yang sebelumnya diantar oleh office boy kantor.Pekerjaan Ksatria sedang banyak-banyaknya pasca libur panjang di akhir pekan kemarin. Sudah tiga hari ini Ksatria lembur dan di apartemen pun, ia masih menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status