All Chapters of Menikah Tapi Tak Serumah: Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
Bab 36 (a)
"Ada yang bisa kubantu?"Feiza yang sedikit melamun terlonjak kaget mendengar suara Furqon yang terasa tepat di belakangnya itu. Dan benar saja, Feiza langsung mendapati sosok tinggi Furqon di belakangnya ketika menoleh.Baru saja gadis itu melamunkan pertemuan tak disengajanya dengan Tiara, teman satu angkatan dan jurusan dengannya yang kini sedang menjadi rivalnya dalam Pemilwa ketika berbelanja bahan-bahan makanan dengan Furqon.Untung Furqon sedang tidak bersama dan tidak di dekatnya saat itu. Jika tidak, Tiara tentu akan langsung curiga atas kebersamaan Feiza dan Furqon.Furqon sedang memilih barang belanjaan yang lain ketika itu, sedangkan Feiza sedang memilih sayur-mayur dan buah, sampai Tiara datang menghampirinya dan menyapa. Menyombong lebih tepatnya dengan barang-barang belanjaannya yang terlihat 'wah' dan cukup banyak sedangkan Feiza tampak tidak membawa apa-apa karena troli belanjanya sedang Furqon bawa. Namun, Feiza tentu tidak mengh
Read more
Bab 36 (b)
"Astaghfirullah. Kenapa jantung deg degan gini, ya?" Feiza bergumam sembari meremat kerudung yang dipakainya menutup dada sebelah kiri, letak jantungnya berdetak dengan cepat saat ini. "Hukuman apa yang akan diberikan Gus Furqon? Bukan sesuatu yang aneh-aneh, kan?" Feiza bermonolog dengan suara pelan. "Ya Allah, tolong hamba." Gadis cantik itu saat ini sedang duduk di sebuah sofa panjang yang ada di ruang keluarga, menunggu Furqon yang masih berkutat dengan cucian piring dan alat-alat bekas memasak yang tadi digunakan Feiza di dapur. Beberapa saat menunggu dengan jantung yang bertalu-talu, Furqon akhirnya menampakkan diri sembari tersenyum cerah ke arah Feiza. "Lama, ya?" tanya Furqon. "Eh. E-enggak kok, Gus." Feiza gugup menggeleng. "Jadi, njenengan mau hukum aku apa?" tanya Feiza setelah merasa mampu kembali menguasai dirinya. "Aku tadi padahal sampek ke rumah ini tepat waktu l
Read more
Bab 37
"Lebih keras, Fe." Feiza menghela napas. Seperti yang diminta Furqon, kini ia sedang memijat tubuh laki-laki jangkung itu di atas ranjang queen size kamarnya. Sejak sekitar satu jaman yang lalu. Lelah? Tentu saja. Tapi Furqon memang sepertinya benar-benar berencana menghukumnya. Feiza pun berusaha menekan semakin kuat punggung Furqon yang sedang dipijatnya dengan kedua tangan. Tangan Feiza yang capek sampai sudah terasa kemang karena memjiat Furqon sejak tadi. "Em ... arghh ... iya, gitu. Enak, Fe." Feiza hanya mendengkus menahan kekesalannya. Furqon benar-benar sungguh tega menguji kesabarannya. "Feiza," panggil Furqon di sela-sela pijatan Feiza. "Iya," sahut gadis cantik itu tak acuh. "Menurutmu." Furqon menjeda. "Bagaimana kalau seorang suami meminta istrinya yang belum disentuh melakukan malam
Read more
Bab 38
Hari kedua. Feiza langsung berkutat di dapur pagi-pagi sekali selesai salat Subuh berjemaah dengan Furqon. Ia tidak ingin mengingat kejadian semalam dan mencoba menghindar dari suaminya itu.Ketika sarapan, Feiza juga memilih duduk berjarak dengan Furqon. Dibiarkannya Furqon mengambil sendiri sarapannya sedang Feiza pura-pura sibuk dengan ponselnya. Ia juga cepat-cepat menyelesaikan sarapannya dan memilih pergi ke kampus lebih dulu. Meski seharusnya, Feiza baru memiliki jam perkuliahan pukul sembilan nanti. Furqon ditinggalnya sendiri."Lho, bukannya kelas kamu baru jam sembilan?" tanya Furqon ketika Feiza berpamitan tepat pukul tujuh.Feiza tentu tidak heran mendengar pertanyaan Furqon. Laki-laki itu memang tahu jadwal perkuliahan Feiza. Bahkan, sepertinya hafal di luar kepala."Iya, Gus, he he. Hari ini aku ada urusan, Gus. Jadi mau berangkat pagi." Feiza mencari alasan."Urusan apa?""Itu. Masalah pencalonan. Aku mau ke BC PGM
Read more
Bab 39
"Njenengan mau bicara apa, Gus?" tanya Feiza begitu dirinya mendudukkan diri di samping Furqon yang duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Seperti yang Furqon minta, Feiza langsung pulang ke kontrakan Furqon begitu kelasnya usai dan tiba di kontrakan itu sepuluh menit kemudian. "Aku mau minta maaf," kata Furqon. "M-maaf kenapa?" Feiza sedikit gugup mendengar Furqon yang tiba-tiba meminta maaf kepadanya. "Kejadian semalam." Feiza langsung diam. "Aku harus ninggalin kamu tanpa penjelasan apa-apa." Feiza tidak tahu harus merespons bagaimana kata-kata Furqon yang kini menatap intens ke arahnya. Kejadian semalam, ya? Mengenai Furqon yang menghukumnya? Mengenai Furqon yang akan menciumnya? Atau ... mengenai Furqon yang memang akan mengajak Feiza melakukan malam pertama seperti apa yang Feiza pikirkan sebelumnya?
Read more
Bab 40 (a)
"Feiza," panggil Furqon tiba-tiba. "Iya, Gus?" sahut Feiza. "Soal malam pertama, aku nggak akan minta sampai kamu siap." Feiza langsung terkesiap. Uhuk uhuk uhuk! Tak lama kemudian, gadis itu terbatuk. "Fe, kamu nggak pa-pa?" Furqon yang panik melihat Feiza yang tiba-tiba terbatuk tepat di depannya langsung memegang punggung dan lengan istrinya itu penuh perhatian. "Kuambilkan air, ya?" tawarnya. Lalu tanpa menunggu jawaban Feiza, Furqon hendak berdiri dari tempat duduknya. Namun, Feiza mencegahnya. "Ndak perlu, Gus. Aku nggak pa-pa," ucap Feiza menahan Furqon yang ada di sampingnya dengan memegang sebelah tangannya. "Beneran?" "Iya, Gus." Keduanya saling berpandangan. Feiza p
Read more
Bab 40 (b)
"Feiza. Kamu nggak gerah pakai kerudung terus?" tanya Furqon yang membuat Feiza langsung menoleh ke arah laki-laki itu dengan pelototan.Sehabis Magrib, Feiza langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka.Melihat kedua mata Feiza membola menatapnya, Furqon langsung tertawa. "Maksudku ... kamu nggak sumpek pakai kerudung seperti itu sambil masak. Aku ngelihatnya kayaknya ribet banget." Laki-laki itu mendekat kemudian mengelap keringat di pelipis Feiza dengan tisu yang diambilnya dari meja dapur.Feiza terhenyak mendapat perlakuan yang tiba-tiba seperti itu."Kamu keringetan," kata Furqon menatap intens Feiza menjelaskan tindakan yang baru dilakukannya.Sungguh, Furqon memang benar-benar merasa sumpek dan risih melihat Feiza memasak sambil berkali-kali membetulkan kerudung segi empat yang dipakainya. Pasalnya, Feiza bahkan tidak mengikat atau melilitkan kerudungnya itu ke leher sebagaimana lumrahnya perempuan berkerudun
Read more
Bab 41
Feiza menyelesaikan acara memasaknya, dan kini, dirinya dan Furqon sudah duduk manis di balik meja makan, menyantap makan malam mereka berupa sepiring nasi dengan balado terong dan ikan mujair gorengan Feiza sebagai lauk. Feiza dan Furqon duduk bersebelahan. Sebenarnya, Feiza duduk di kursi yang tempatnya ada di seberang kursi yang biasanya Furqon duduki agar mereka tidak duduk berdampingan. Namun, rupanya, Furqon malah memilih duduk di samping Feiza. Feiza yang sudah terlanjur duduk tentu tidak mungkin bergeser guna pindah lagi. Selain olahan masakan yang menjadi makan malam, bakso kanji yang baru saja Feiza buat juga terhidang cantik di mangkuk besar atas meja. Lengkap dengan saus kacang yang dibuatnya juga. Selain itu, ada kecap dan saus sambal pula di atas meja berbahan kayu jati itu. Feiza dan Furqon makan dengan khidmat, sampai ... Ting tong~
Read more
Bab 42
"Feiza." Feiza merasakan sedikit goncangan lembut di tubuhnya bersamaan dengan indra perungunya yang mendengar ada seseorang yang menyebut namanya. "Fe." Kedua mata gadis itu akhirnya terbuka perlahan. Lalu hal pertama yang dilihat indra penglihatannya adalah wajah tampan Furqon yang duduk tepat di tepian ranjang sampingnya. "Kamu belum salat Isya," guman laki-laki itu menatap Feiza. Feiza meregangkan badannya sedikit lalu bertanya dengan suaranya yang terdengar sedikit serak. "Jam berapa sekarang, Gus?" Furqon mengulas senyum sebelum menjawab, "Jam setengah satu." Feiza yang masih berbaring di ranjang mengumpulkan kesadaran langsung membelalakkan kedua mata mendengar itu. "Apa?" Gadis itu bangun dan terduduk dengan buru-buru. "Udah jam setengah satu?" gumamnya lantas melihat jam dinding yang menunjukkan
Read more
Bab 43
Setelah menghabiskan kurang lebih dua jam perjalanan, Feiza akhirnya sampai di halaman depan rumahnya, kediaman sederhana milik ayah dan ibunya. Gadis itu segera turun dari atas kendaraan yang dinaikinya lalu mengulas senyum sembari menghela napas pendek. Semoga saja kedua orang tuanya tidak terkejut melihat kedatangan Feiza. Sebab, gadis itu kali ini pulang tanpa bilang-bilang alias tanpa memberi kabar. "Ayo, Feiza. Kita masuk." Furqon yang menyusul Feiza turun dari mobil bersuara. Ya, kali ini Feiza pulang ke rumahnya dengan laki-laki jangkung itu, suaminya. "Hm." Feiza mengangguk, menghela napas sekilas lalu mengayunkan langkah menuju rumah bersama Furqon. Feiza tidak tahu bagaimana mendefinisikan perasaannya sekarang. Pasalnya, ia memang senang bisa pulang dan bertemu kedua orang tuanya di akhir pekannya. Namun, Furqon yang ikut bersamanya bukan hal yang
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status