Semua Bab Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Bab 21 - Bab 30
50 Bab
Bab 21
Nisa melempar helm yang dia pakai. Bagus hanya diam menunduk tak berani berkata. "Ada apa Non, Pulang-pulang kaya kesurupan begitu," tanya Darmi bingung melihat keributan di garasi. "Telpon Mas Damar Mbok!! Kemana itu orang gak Pulang-pulang. Nisa butuh ponsel, hidup udah kaya di gunung!!" teriak Nisa frustasi. "Pokoknya besok Nisa gak mau naik motor lagi, gak mau tau Nisa gak mau dijemput pake motor, pusing, bau asep, cape, gak bisa nyender, panas lagi!!" Nisa berteriak histeris. "Ya Udah, Mbok telpon, Non." Darmi tergopoh masuk, tak lama Mbok Darmi keluar. "Sebentar lagi Den Damar pulang, Non. Jangan teriak-teriak lagi." Darmi berkata pelan. Hatinya berdetak lebih kencang belakangan ini karna Nisa terus merajuk. Dengan menghentakkan kaki, gadis cantik ini pergi masuk ke dalam rumah. "Mas, sabar ya," ucap Darmi pada Bagus, Netranya berkaca khawatir Bagus tidak betah
Baca selengkapnya
Bab 22
"Antar aku ke Rumah Sakit aja, aku gak kuliah hari ini," ucap Nisa pada Bagus. "Loh kenapa gak kuliah, Non?" tanya Darmi. "Nggak Mbok, aku gak mood, percuma kuliah kalo pelajaran gak masuk di otak," ucap Nisa masih dengan raut kesal. "Non, nanti di rumah sakit hati-hati bicara sama, Tuan." Darmi mengingatkan. "Iya, Mbok, Nisa ngerti." Mengingat kesehatan ayahnya Nisa menjadi semakin tak bergairah. "Mas Bagus, antar Non Nisa ke Rumah Sakit aja, ya," ucap Mbok Darmi pada Bagus, yang sejak tadi berdiri di teras. "Iya, Mbok." Bagus menjawab sopan, menundukkan kepala. Bagus memperhatikan wajah Nisa yang murung lewat kaca sepion, pun saat turun dari motor tak ada lagi marah atau kesal saat gadis ini kesulitan membuka helm. "Mas, tunggu di sini aja, Nisa gak lama kok," ucap Nisa pada Bagus dengan suara lembut, tak ada lagi ketus. Bagus t
Baca selengkapnya
Bab 23
Bab 23 Mas ...." Nisa memanggil Bagus yang sedang memainkan ponsel. Dengan langkah lebar Nisa berjalan ke arah Bagus. Gadis ini melirik ke arah ponsel Bagus, "Keren juga nih tukang ojek, handponnya keluaran terbaru iceran gue," pikir Nisa. Bagus mendongak, segera memasukkan ponsel canggihnya. "Udah Nis, eh Non?" tanya Bagus. Nisa hanya mengangguk, "Maaf lama ya, Mas!! Bosen ya nunggu Nisa di bawah pohon?" tanya Nisa ramah. "Kesambet apaan, nih bocah, jadi ramah begini?" hati Bagus bertanya. "Apa ni anak berkepribadian ganda." pikir Bagus. "Nggak ... kok Non. Tadi sambil main game," jawab Bagus. "Bentar, Non saya ambil motornya dulu," Nisa mengangguk. Setelah Nisa naik di belakang Bagus, perlahan motor berjalan melewati pos, pak satpam membuka palang pintu. Bagus mengambil uang untuk membayar parkir. "Ambil kembaliannya," kebias
Baca selengkapnya
Bab 24
Tak ada jawaban dari bibir Nisa. "Ati-ati tiap hari jalan bareng nanti timbul rasa tak terduga," Lana terus mengkonfrontasi Nisa. Nisa hanya mendengus, tak menanggapi ocehan Lana. "Mas!!" Lana melambai, memanggil Bagus yang menunggu di bawah pohon rindang sedang berbincang ramah dengan para Mahasisiwi. "Eh busyet itu opa makin kece aja Nis. Lo gak deg degan dibocengin cowo ganteng begitu, tiap hari?" tanya Lana menyenggol lengan Nisa yang juga terkesima melihat Bagus. Baru kali ini Nisa memperhatikan postur dan wajah Bagus, memang benar kata Lana, dia tampan bertubuh proporsional. "Non, ayo," Bagus menyerahkan helm pada Nisa. "Mas ... Aku mau main dulu sama Lana, Mas Bagus pulang aja, Maaf ya udah bikin nunggu." Nisa memasang mimik mengsedih. "Udah bilang belum sama Den Damar, Non," tanya Bagus. "Gak usah bilang, nanti gak boleh, gue udah boring di r
Baca selengkapnya
Bab 25
Bab 25. "Lama amat Nisa, kemana itu anak?" Lana menengokkan kepala mencari keberadaan Nisa dengan netra memindai sekitar. "Mas, aku cek ke toilet dulu," ucap Lana, membangunkan tubuh, melangkah pergi. Sampai di depan toilet Lana mendengar kasak kusuk beberapa orang saling berbisik. Lana membuka pintu toilet. Alangkah terkejutnya Lana di sana ada Nisa sedang bertolak pinggang berdebat dengan seorang wanita. "Mbak coba bilang sama Mas Damar. Cerein aku. Mas Damar itu cintanya sama aku, aku buat masalah kaya apapun dia gak bakal cerein aku." Nisa berkata marah. "Tapi yang bisa dapetin Mas Damar itu aku, buktinya aku sudah punya anak." Wanita ayu ini menyilangkan tangan di dada berkata dengan pongah. Membuat Nisa menggeram emosi. "Kamu sudah pernah di sentuh belum sama Mas Damar?" tanya Kirana lagi tatapannya mengejek. "Aku belum lulus kuliah, kata Mas Da
Baca selengkapnya
Bab 26
Bab 26"Mas ... Kamu belum mandi," suara Nisa bergetar ketika wajah mereka tinggal beberapa inci. Netra bulat Nisa menyiratkan kekhawatiran, membuat Damar tersenyum penuh kemenangan. "Apakah perlu mandi?" tanya Damar dengan menyeringai. "B-bau, M-Mas...," ucap Nisa lagi terbata. "Masa? Biasanya kamu bilang, Mas, selalu wangi?" Damar menarik diri dari hadapan Nisa mencium ketiaknya bergantian. Lalu kembali mendekati Nisa, mengecup bibir Nisa, memang sudah biasa setelah menikah Damar sering mencium Istri kecilnya. Apalagi selama ini Nisa selalu agresif selalu nempel dimanapun Damar berada kecuali jika Damar sudah masuk ruang kerja. " Ya sudah tunggu sebentar, Mas Damar mandi dulu." Damar segera turun dari ranjang menuju kamar mandi, tetapi belum sampai kamar mandi lelaki berdada bidang ini berbalik. "Ayo mandi bareng, Nis. Damar menjulurkan tangan, meminta tangan Nisa. Gadis ini gel
Baca selengkapnya
Bab 27
Bab 27"Mamih aja yang di ajak, kalau Mamih yang di ajak pasti Mamih mau." suara Fina mengagetkan sepasang suami istri ini. "Kok kaget begitu kalian?""Tenang, mamih hanya sebentar di sini. Gak akan mengganggu kemesraan kalian." kekeh Fina. Dia mendekati Damar menggaitkan jemari di lengan Damar. "Sayang uang bulanan mamih belum cair?" tanya Fina manja, membuat Nisa jengah. "Papah sakit bukannya ngurusin, ini palah seneng-seneng terus," ujar Nisa kesal. "Di rumah sakit sudah ada yang ngurus Nisa sayang," ujar Fina menjawil dagu Nisa."Kenapa ... Papah masih pertahanin perempuan begini? Cari laki lain yang masih bisa kamu porotin dan bisa ngasih kamu kepuasan!" ucap Nisa menggebu. "Lalaki itu ada di sini, Nisa. Kalau kamu gak bisa memberi kepuasan pada Damar, biar mamih yang kasih," ucap Fina frontal, bibir tersungging menyeringai, kata-katanya mengibarkan bendera perang. "Menjijikan," uc
Baca selengkapnya
Bab 28
Bab 28Di dalam kantor Hardiyata group perusahaan di bidang Farmasi yang kini merambah pada bisnis kesehatan sedang berbincang serius dengan Bagus si kepala Rumah Sakit tempat Chandra di rawat. Mereka membicarakan masalah Nisa dan juga saham perusahaan setelah Damar resmi menceraikan Nisa. Bagus setuju dengan semua kerjasama yang ditawarkan Damar. Entah apa sebabnya begitu melihat Nisa dia pun tertarik, apalagi Nisa adalah pewaris penuh dari saham kepemilikan Rumah sakit yang dia pimpin. Dengan terjalinnya kerjasama ini kekuasaan Damar akan aman tak tergoyahkan, Damar pun masih bisa memantau keadaan Nisa, Damar sepenuhnya akan tetap melindungi Nisa walaupun dia tak lagi bersama. "Oke untuk masalah ini, rapat direksi akan dilakukan paling cepat minggu depan," ujar Damar pada Bagus. "Surat-surat akan segera di cek, dan akan aku kirimkan ke padamu," ujar Damar, serius. "Bol
Baca selengkapnya
Bab 29
Bab 29"Ya udah kita hapy-hapy aja,pas banget gue ngajak elo," ujar Sinta, sumringah.Mereka sampe pada tempat yang dituju sebuah rumah besar sudah siap menyambut Sinta dan Nisa denga pesta tak lazim. Sudah banyak yang berkumpul mereka menyambut kedua gadis ini. Dua orang pria menghampiri nisa dan Sinta, seorang pria langsung memeluk dan mencium Sinta. "Nis, kenalin pacar gue, Heru." Sinta memeperkenalkan Kekasih sesaatnya. Nisa mengulurkan tangan. setelah itu ia pun menyalami lelaki di sebelah Heru. "Ardi," ucap si lelaki seraya menjulurkan tangan. "Nisa," jawab gadis yang kini sedang patah hati. Pesta kembali digelar. Semua bersorak, bernyanyi, bergoyang, laki dan perempuan sudah tak ada lagi batasan, bahkan tak malu mereka bercumbu di muka umum. Minuman keras mendominasi ditempat ini, terlihat mereka semua sudah dalam keadaan setengah sadar. Nisa menenggak minuman itu, seolah lupa jika minuman itu bukan
Baca selengkapnya
Bab 30
Bab 30.Damar mengendus bangun mendengar Alarm berbunyi dari ponsel. Nisa tertidur di pelukan lelaki bertubuh atletis ini. Damar mengusap wajah kasar, lalu menggeser tubuh gadis kecil dalam pelukan. "Mas, mau ke mana?" tanya Nisa mengeratkan pelukan kembali. Merasa nyaman berada di pelukan suaminya. Damar tak dapat berkata, dia menarik nafas dalam, hancur semua rencana yang sudah dia jalankan. Lagi dia menarik nafas dalam. "Nis bangun dulu, mandi solat subuh," ujar Damar. Nisa bergeming enggan bangun, sebenarnya dia malu mengingat semalam. Nisa menyodorkan tubuhnya karna Efek obat yang dia minum. Kini bagian bawahnya pun terasa sakit. Damar mencoba menghindar, tapi kondisi Nisa yang mengenaskan membuat Damar melakukan hal yang lama dia tahan. Damar sudah duduk dipinggir ranjang meraih celana boxer yang teronggok. Memakai kembali.Damar menyingkab selimut yang menutupi tubuh Nisa. "
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status