Semua Bab KAU HANCURKAN HATIKU, KUHANCURKAN ISTANAMU: Bab 21 - Bab 30
33 Bab
Bab 21
Imas meletakkan dengan asal belanjaannya yang sudah sebagian rusak parah. Kedua tangannya mengepal dengan geram ketika melihat pemandangan di depan sana, dua buah mobil colt diesel. Beberapa orang pria dengan cekatan mengangkut semua barang-barang yang ada di rumah yang saat ini ia tempati.“Ada apa ini?” tanyanya dengan kedua mata mendelik, tangannya berkacak pinggang. Semua orang yang sedang memperhatikan para pekerja yang mengangkut barang-barang elektronik dan yang lainnya menoleh ke arah Imas, termasuk Risa.“Masih tanya, ya ngangkut barang-barang milik mbak Risa lah. Masa iya ngangkut barang-barang kamu.” Sahut Nuri dengan ketus, tatapannya bengis. Imas lalu mendekati Risa, kini ia mulai panik dengan tindakan tegas Risa.“Mbak Risa, aku harap mbak bisa kembali ke rumah ini. Kita bisa berbagi dengan adil mas Azzam dan rumah ini dengan adil. Kamu tidak perlu bersikap seperti ini, bisa kita bicarakan dengan baik-baik.” Mohon Imas memasang wajah memelas.“Lagian kita memiliki hak ya
Baca selengkapnya
Bab 22
Imas tidak peduli dengan suara tangisan Azka, ia meninggalkannya begitu saja, begitu juga dengan Azzam, ia tidak peduli ketika anak itu berguling di tanah, tantrum. Imas masih terus menggandoli Damian dan teman-temannya yang berusaha membawa lampu kristal tersebut dengan sangat hati. Mereka melepaskan satu persatu agar tidak pecah.“Mas Azzam, kenapa kamu lembek sekali jadi laki-laki. Lakukan sesuatu, mas, ini rumah kamu, kamu memiliki hak yang sama seperti dia, lalu kenapa kamu hanya terdiam!” Teriak Imas dari ambang pintu, ia tampak sangat frustasi, berulang kali ia menyugar rambutnya dengan kasar sehingga terlihat acak-acakan.Risa yang melihat itu tersenyum puas.“Aku tidak akan biarkan siapapun menguasai rumahku dan barang-barang milikku. Jika kau mau laki-laki sampah itu, silahkan. Tapi tidak dengan hartaku.” Batin Risa mengepalkan kedua tinjunya geram. Rasanya begitu sakit sekali, Hafsah meminta uang sebanyak itu hanya demi membela wanita tidak tahu diri itu, bahkan Hafsah melu
Baca selengkapnya
Bab 23
Risa bersedekap dada, ia membuka masker yang sedari tadi ia kenakan. Tatapannya tenang ke arah Imas dan Azzam yang sedang histeris, mereka berlarian kesana kemari untuk menghentikan para pekerja yang membawa alat berat untuk menghancurkan rumah mewah dan megah itu.“Hentikan! Saya bisa saja melaporkan anda ke polisi dengan tuntutan meresahkan ketenangan orang lain, membuat kegaduhan.” Ancam Azzam memanjat alat berat tersebut, lalu menggedor bagian kaca pintunya. Sedangkan Imas memilih untuk mendekati Risa. Dengan gesit tangannya ingin menjambak Risa, namun dengan gerakan yang cepat Risa segera menepis tangan Imas dengan kasar sehingga wanita itu tersungkur bersama anak yang ia gendong.“Aakk! Kurang ajar, sstt, tidak apa-apa, ada ibu.” Imas mengumpat sembari membujuk Azka agar segera diam. Ia bangkit dengan nafas memburu, dada bergemuruh hebat sambil menatap sengit ke arah Risa yang terlihat tenang.“Aku tidak akan biarkan tangan kotormu menyentuh tubuhku. Paham?!” Sarkas Risa yang me
Baca selengkapnya
Bab 24
“Kurang aja-r!” Umpat Azzam dari kejauhan ketika mendengar ucapan Risa seperti itu. Ia ingin mendekati Risa, namun urung, karena ia tidak ingin menjadi bahan olokan para warga yang kebanyakan ibu-ibu, bahkan Imas saja sudah menjadi bahan olokan mereka. Azzam memilih menjauh, merenungi diri dibawah pohon mangga yang terletak di samping rumah, ia menyaksikan 50% rumah yang ia tempati dulu bersama Risa penuh dengan kebahagiaan sudah ambruk dan hampir rata dengan tanah. Apakah Azzam menyesal? Tidak. Azzam mengepalkan kedua tinjunya, menahan amarah yang menggelegak di ubun-ubun.“Lihat saja Risa, aku akan membalas semua kehancuran ini.” Gumamnya menatap Risa dari kejauhan.“Atau aku harus hadirkan pak RT dan pak Sobari? Agar ibu ingat dan dia...” Risa menunjuk ke arah Imas dengan tatapan sengit, “Tahu jika Azzam tidak memiliki hak apapun atas rumah ini, ataupun sebidang tanah ini.” Tegas Risa lagi yang membuat Imas tercengang, sedangkan Azzam yang berada di kejauhan hanya mengumpat dalam h
Baca selengkapnya
Bab 25
Imas menahan amarah yang mendidih di dalam dadanya saat meletakkan Azka dengan kasar di samping Azzam yang sudah terlelap. Kedua anaknya itu menangis karena kelaparan, dan Imas merasa sangat kesal dengan perlakuan Hafsah, ibu mertuanya yang seolah tidak peduli."Matamu buta, aku capek, ngantuk!" Bentak Azzam ketus, terkejut dengan tingkah Imas yang tiba-tiba menaruh Azka di sampingnya."Anak-anak kelaparan, Mas. Mereka butuh makan," sahut Imas, tidak kalah ketus dari Azzam. Hatinya terasa sesak, melihat anak-anak yang tak berdosa harus menanggung akibat dari ketidakpedulian keluarga ini."Kau tidak bisa mengurus mereka, kau tinggal olahkan makanan di dapur, kenapa harus melapor padaku?" sentak Azzam lagi sembari duduk dan menyisir rambutnya dengan geram. Ia seolah mengabaikan keberadaan anak-anaknya yang menangis dan lapar. Imas merasa hampir putus asa, menahan tangis yang hendak pecah. Ia menatap Azzam dengan pandangan yang penuh kekecewaan."Aku bersikap seperti karena ibumu, mas. I
Baca selengkapnya
Bab 26
Imas melemparkan piring yang ia pegang karena kesal sedari tadi ia menyalakan api di tungku kayu tidak kunjung hidup juga. Kedua tangannya sudah kotor, nafasnya terengah. Ita yang melihat itu segera memungut piring tersebut, sedangkan Lina segera membujuk Azka agar tidak menangis lagi.“Kau bisa diam tidak sih, Azka! Kenapa cengeng sekali, lagian kemana ayahmu. Pergi ngambil pisau saja sebulan, mas Azzaaaaam!” Teriak Imas semakin kesal. Azka bukannya diam, justru semakin menangis histeris, perut yang tadinya terasa lapar kini mulai menguap karena terlalu ribet. Ingin memesan makanan via gofood, uang yang ia pegang kemarin sebanyak 5 juta sudah habis.“Kurang ajar!” Umpat Imas sudah tidak tahan, dia mengobrak abrik tungku tersebut hingga berserak, ia mendengus kesal. Ia beranjak bangkit, menatap satu persatu anaknya yang terdiam, hanya Azka yang terisak lirih.“Masuk.” Perintahnya. Imas ingin marah akan kondisi seperti ini, namun ini sudah pilihannya, ia tidak menyangka jika menikah de
Baca selengkapnya
Bab 27
Risa menghempaskan air ke wajahnya, mencoba menenangkan emosinya yang sedang memuncak. Air yang mengalir deras dari keran itu seolah menyimbolkan amarah yang menderu di dalam hatinya. Ia menangis tersedu, merasakan sakit yang begitu mendalam. Tak ada yang pernah mengira bahwa rumah tangga yang awalnya bahagia harus berakhir seperti ini. Wanita mana yang tak akan hancur ketika suami dan mertua justru lebih memihak pada gundik yang dibawa suaminya? Mereka semua seolah melupakan perasaannya dan hanya memikirkan kebahagiaan mereka sendiri. Namun, Risa bersyukur masih memiliki kedua putrinya dan Nuri, adik ipar yang selalu mendukungnya. Risa mengusap wajahnya dengan handuk, kemudian keluar dari kamar mandi dengan mata yang sembab. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, merenungi nasibnya. "Apakah aku tidak memiliki hak untuk bahagia?" gumamnya lirih. "Apakah aku tidak menarik lagi?" Risa masih bertanda tanya pada dirinya sendiri.Tatapan Risa beralih pada foto keluarga yang ada di atas m
Baca selengkapnya
Bab 28
Dante berdiri di hadapan Risa dengan senyum mengerikan, matanya menatap tajam wanita itu. "Kau pikir aku hanya menginginkan uangmu?" ucapnya sambil memainkan pisau belati yang ada di tangannya, membuat Risa semakin ketakutan. Risa mencoba menenangkan hatinya yang kacau, menggenggam stang sepeda motornya dengan erat. "Jika kau mau motor ini juga, silahkan ambil. Tapi tolong, jangan sakiti aku, anak-anak sedang menungguku pulang," mohon Risa dengan degup jantung yang tidak beraturan. Kedua telapak tangannya yang mencengkram kuat stang sepeda motornya mulai berkeringat, padahal malam ini cuaca begitu dingin sekali. "Aku mau tubuhmu, cantik." Kata Dante dengan nada merendahkan, ia menyentuh pipi Risa dengan ujung pisau belatinya. Risa merasa ngeri, seakan-akan setiap sentuhan pisau tersebut akan melukai kulitnya yang halus. Ketika ujung pisau tersebut menyentuh kulitnya, terasa begitu dingin, membuat desir datangnya semakin kencang. Kedua matanya berkaca-kaca, menahan rasa ketakutan ya
Baca selengkapnya
Bab 29
Imas harap-harap cemas, berulang kali ia menghubungi Dante, namun tidak dijawab juga. Ia menghempaskan tubuhnya di atas dipan bambu di teras samping rumah Hafsah, ia sengaja duduk disana karena sambil mengawasi anak-anaknya yang sedang bermain. Imas terpaksa masih tinggal di rumah Hafsah karena Azzam tidak sanggup untuk mengontrakkan rumah. Mereka menempati rumah Hafsah bagian belakang dekat gudang, dan menutup pintu menuju ke dapur rumah utama, mau tidak mau Imas harus bertahan. Karena dia tidak tahu harus bernaung kemana lagi.“Kemana sih anak itu? Kenapa telpon dari tadi gak di angkat. Jangan-jangan Risa sudah mati dan Dante ditangkap polisi lagi?” Gumamnya mulai panik, Imas langsung berdiri, mondar mandir bingung.“Risa mati? Kau membunuhnya?” tanya Hafsah, Imas langsung menoleh.“I-ibu! Ngageti aja, sejak kapan ibu ada disitu?” tanya Imas, wajahnya langsung berubah pucat, ia meneguk salivanya dengan kasar.“Kau punya uang untuk menyewa orang?” tanya Hafsah lagi penuh intimidasi.
Baca selengkapnya
Bab 30
Azzam hanya terdiam ketika salah satu rekan kerjanya berkata seperti itu ia hanya menghembuskan nafas dengan kasar sambil menyeka keringat yang membasahi dahinya.“Semua ini gara-gara Risa, andai saja dia tidak menyebarkan video itu, pasti aku masih bekerja di kantor camat. Si-alan.” Umpat Azzam dalam hati, padahal kemarin-kemarin ia sudah mulai ingin berdamai dengan keadaan ini, akan tetapi ada saja kesialan yang menimpanya karena kejadian tersebarnya video itu.“Ini bayaran kamu untuk 3 hari ini, semenjak kamu bekerja di sini, ada saja kesialan yang menimpa kami semua. Dari ambruknya bangunan, hilangnya beberapa material dan gaji dipotong pemilik proyek. Dan ini, pemborong mau memotong gaji kami lagi hanya karena kamu, jadi, sebelum semua itu terjadi, lebih baik kamu stop bekerja di sini, paham?! Ambil ini.” Tukas mandor tersebut sambil menyerahkan 3 lembar uang pecahan 50 ribu pada Azzam dengan cara melemparkan pada wajahnya.Azzam memejamkan matanya, tinjunya mengepal, meneguk sal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status