All Chapters of KAU HANCURKAN HATIKU, KUHANCURKAN ISTANAMU: Chapter 11 - Chapter 20
33 Chapters
Bab 11
Risa segera membereskan semua barang dagangannya, mencoba menghindari tatapan penuh intimidasi dari Atikah.“Kau yakin tidak mau cerita sama aku?” tanya Atikah, pertanyaan ini sudah yang ke 20 kali Atikah lontarkan sejak kedatangan Risa kemari.“Tidak, Tik. Ada anak-anak, tidak enak. Aku tidak mau mereka ikut mikir masalah orang tuanya.” Jawab Risa menolak untuk curhat di tempat yang tidak tepat seperti ini.“Apa kau butuh bantuan untuk melabrak perempuan jal-ang itu?” tanya Atikah lagi. Risa tersenyum ketika melihat ekspresi wajah sahabatnya itu.“Aku tidak ingin mengotori tanganku, biarkan saja hukuman berjalan seiring waktu. Allah gak tidur, Tik. Lagian hidupku tidak harus berhenti hanya karena mas Azzam berbagi hati.” Jawab Risa masih tenang, sambil terus mengemas barang-barangnya, taksi online sudah menunggu.“Lagian untuk apa juga mempermalukan diri sendiri, mbak. Tetaplah menjadi wanita elegan dan mahal meskipun tersakiti.” Timpal Nuri sambil mengangkat kompor dan tabung gas da
Read more
Bab 12
Pak Masrial mendelik ketika mendengar ucapan Azzam barusan, ia beranjak bangkit dari duduk.Braakk!Pak Masrial menggebrak mejanya, tatapan bengis ia tujukan pada Azzam saat ini yang sangat lancang sekali. Tentu saja Azzam terkejut akan reaksi atasannya tersebut. Pak Masrial lalu melangkah mendekati bawahannya itu dengan rahang yang mengeras, gigi bergemeletuk, amarah yang sudah menggelegak di ubun-ubun.“Kau mengancam saya? Kau pikir saya takut, silahkan saja kau katakan kebohongan apapun pada istri saya. Saya tidak akan pernah takut.” Tegas pak Masri dengan lantang, untung saja ruangannya kedap suara. Jika tidak, mungkin pertengkaran mereka akan didengar rekan-rekannya yang lain. Pak Masri mencengkram dengan kuat rahang Azzam.“Ini kesalahan kamu sendiri, jangan mencari kesalahan orang lain. Pemecatan ini juga dari pusat dan telah diambil dari voting rekan-rekan yang lain. Lagian siapa yang mau mempekerjakan pria samp-ah sepertimu.” Sambungnya melontarkan kalimat yang sangat menohok
Read more
Bab 13
Azzam menjambak rambutnya dengan kasar. Ia bingung, ia mengira memiliki istri dua itu akan mudah, nyatanya hidupnya justru semakin rumit.“Arghk! Kau ini kenapa susah banget di atur sih? Jika kau berada di posisi Risa, apa mau tinggal satu rumah dengan madumu?” tanya Azzam geram, ia menatap sengit ke arah Imas yang terlalu banyak minta.“Ya, kalau penghasilan kamu tetap 60 persen sama aku, ya gak masalah sih. Aku biasa saja,” jawab Imas dengan ekspresi kurang ikhlas.“Lagian, pertanyaan kamu itu aneh, mas. Mbak Risa kan sudah tahu tentang aku, mungkin dia akan terima lah.” Sambung Imas sambil terus duduk di dalam mobil yang siap akan berangkat dengan tatapan sinis ke arah Azzam. Namun sang supir belum tahu kemana arah tujuan mereka.“Kalau begitu aku akan mencari perempuan lagi, dan akan tinggal bersama dengan kalian, bagaimana?” Ancam Azzam.“Sudah deh mas, jangan terlalu banyak bicara, sekarang kita berangkat yuk.” Ajak Imas mulai kesal dengan Azzam, karena Azka juga sudah mulai rew
Read more
Bab 14
“Apa maksud ibu? Sudah jelas-jelas semua ini kesalahan Azzam dan Imas. Kenapa Risa yang harus mempertanggungjawabkan semua ini? Jangan tutup mata, bu.” Pak Harjo menatap lekat ke arah sang istri yang sepertinya sudah gelap mata.“Bapak yang seharusnya buka mata, lihat, karir Azzam hancur karena ulah siapa? Ulah Risa, pak. Ibu juga pernah berada di posisi Risa, tapi ibu gak pernah mempermalukan bapak, cukup kita saja yang tahu. Tapi Risa, apa yang dia lakukan, bukan hanya Azzam yang malu, tapi ibu, bapak dan semua keluarga kita.” Seru Hafsah dengan lantang, ia sampai berdiri menatap nyalang ke arah Harjo.“Jangan kait-kaitkan masalah Azzam dengan masalah kita, bu. Beda.” Jawab pak Harjo masih dengan nada rendah.“Sudah deh, pak. Apa sih untungnya bela Risa mulu, atau jangan-jangan bapak dengan Risa ada…” Ucap Azzam menatap penuh selidik dan curiga, karena pak Harjo selalu saja membela Risa selama ini.“Apa?! Jangan kau pikir bapak segila itu. Bapak dan Tuti dulu tidak memiliki hubungan
Read more
Bab 15
“Tidak usah terlalu banyak tanya.” Sentak bu Hafsah langsung saja mendorong daun pintu rumah mewah Risa, ia segera masuk tanpa di persilahkan. Sebab Hafsah enggan mendengar ocehan tetangganya itu, ia melemparkan dengan asal koper milik Imas ke lantai. Lalu ia menghempaskan bobot tubuhnya keatas sofa.Risa menatap penuh intimidasi pada Pak Harjo yang sedang menutup daun pintu dengan pelan.“Jangan menatap bapak seperti itu, kita bicara di dalam saja, yuk.” Pak Harjo menepuk pelan lengan Risa, wajahnya lesu. Karena ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk Risa dan kedua cucunya saat ini.“Sepertinya penting, pak.” Selidik Risa, perasaannya mulai tidak enak.“Siapa mbak tamunya? Gak ada so…” Nuri menghentikan kalimatnya ketika melihat pak Harjo masih berada di dekat Risa. Ia menarik nafas panjang, dadanya bergemuruh hebat, kedua tinju mengepal.“Bapak! Kenapa semua pakaianku di bawa kesini? Bapak sama ibu mengusirku dari rumah?” tanyanya dengan nafas memburu.“Bukannya kau lebih betah tinggal
Read more
Bab 16
“Apa maksudmu, Azzam?!” tanya Risa dengan nada penuh penekanan, tatapannya tajam ke arah pria yang masih berstatus suaminya itu.“Ini bukan ideku, tapi ibu.” Jawab Azzam benar-benar tidak gentle sama sekali, tangannya menunjuk Hafsah.“Kenapa? Mau marah, lagian rumah ini milik Azzam juga.” Sahut Hafsah.“Benar, mas Azzam memiliki hak atas rumah ini. Jadi perempuan jangan serakahlah, mbak.” Sambar Imas tidak tahu malu, ia menatap sinis ke arah Risa yang terlihat tenang, meskipun di dalam hatinya sedang berkobar api amarah.“Diam! Kau tahu apa tentang rumah ini. Aku memiliki hak untuk menerima siapa tamu yang boleh masuk dan tinggal di rumah ini.” Tunjuk Risa pada Imas dengan kedua mata mendelik dan memerah.“Ayah, aku sama Ita mah kamar yang itu ya, yang kasurnya ada dua atas bawah. Terus ada sprei barbienya.” Tiba-tiba saja Lina datang memegang lengan Azzam, sambil menunjuk ke arah kamar Melisa dan Azkira. Padahal Azki dan Meli ada di dalam sana, bisa-bisanya anak dari Imas tidak tahu
Read more
Bab 17
Risa menatap datar ke arah Azzam yang kini juga sudah berdiri menatapnya dengan lekat, wajahnya memerah karena menahan amarah. Sengaja Azzam menahannya, karena melihat kedua putrinya ada disana.“Azzam, apa yang ucapkan? Jangan main-main dengan kata talak.” Tegur pak Harjo dengan nada tinggi dan kedua netra yang melotot ke arah putra sulungnya tersebut, dadanya kembang kempis mengikuti ritme nafasnya yang tidak beraturan.“Kenapa bapak menyalahkan Azzam, itu kemauan Risa sendiri. Dan Azzam berhak memberi sebuah pilihan, pak. Sebenarnya Azzam atau Risa sih yang anak kandung bapak?” tanya Hafsah dengan wajah bengis.“Ini bukan tentang siapa anak kandung, bu. Tapi tentang siapa yang memiliki hati nurani dan mata hati.” Sahut Nuri dengan suara bergetar, Risa yang diperlakukan buruk oleh sang ibu dan kakak, tetapi ia juga merasakan betapa sakitnya apa yang dirasakan oleh Risa.“Sudah ibu bilang, kau tidak usah ikut campur. Kau tidak akan tahu masalah rumah tangga.” Tegas Hafsah sambil menu
Read more
Bab 18
Risa lalu menepiskan tangan Azzam dari tangan Meli yang sudah membiru dengan tatapan begitu bengis sekali. Nafasnya terdengar kasar, lalu ia meminta Azki dan Meli segera berkemas.“Risa, tolong jangan ikuti amarahmu. Kasihan anak-anak,” ucap Azzam berusaha mencegah Risa agar tidak pergi dari rumah ini, jujur ia berat jika harus ditinggalkan oleh Risa dan kedua putrinya. Namun Azzam gengsi untuk mengakui dan terus menyalahkan Risa yang bersalah dalam hal ini.“Andai saja kau tidak menyebarkan video itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku masih bekerja, dan rumah tangga kita akan baik-baik saja.” Sambungnya lagi sambil mengikuti langkah Risa yang mondar mandir mengemas barang-barang penting milik Meli dan Azki.“Tolong. Aku tidak mau mental kedua putriku terganggu hanya karena kita ribut, tolong pergi dari sini.” Lirih Risa namun tegas. Azzam mendengus kesal, geram menahan amarah.“Kau akan menyesal dengan keputusanmu ini, Risa.” Tuturnya seolah Risa tidak akan pernah bisa lepas
Read more
Bab 19
Drrt!Baru saja Risa sampai dikontrakan mereka yang sudah selesai, disana sudah ada Atikah dan Damian pacarnya Atikah yang memborong pekerjaan membangun kontrakan milik Risa ini. Atikah menatap kesal pada Risa yang menurutnya mengambil tindakan bod-oh.Risa masih mengabaikan beberapa notif pesan yang masuk pada ponselnya, ia masih fokus pada pindahan sementaranya ini. Nuri memarkirkan motor di teras, lalu menyalami Atikah dan Damian bergantian.“Adik yang baik, mbak sudah membersihkan semuanya, kalian tinggal masuk saja.”Ucap Atikah sambil membuka pintu. Meli dan Azki memeluk boneka kesayangan mereka dengan tatapan sendu dan hembusan nafas yang berat. Atikah segera menghampiri kedua putri Risa.“Wah keponakan bibi yang cantik-cantik, kamar kalian sudah bibi bersihkan dan atur semuanya sesuai yang kalian inginkan, sprei barbie, gorden barbie dan berwarna pink yang pastinya.” Ucap Atikah untuk mengalihkan kesedihan yang saat ini dirasakan Meli dan Azki.“Beneran, bi?” tanya Meli dengan
Read more
Bab 20
Lina dan Ita berjalan mengendap mendekati ibunya, namun sial bagi keduanya, mereka justru menyenggol vas bunga yang terbuat dari keramik.Prang!Imas segera mematikan sambungan telepon secara sepihak, dan mengecek apa yang terjadi di belakang sana. Sementara Ita dan Lina sudah berlari kembali ke kamarnya dengan nafas terengah, mereka mengunci pintu dengan rapat. Sementara Imas masih celingukan mencari-cari siapa gerangan yang telah memecahkan vas bunga tersebut.“Apa mungkin kucing?” Gumamnya lirih, bertanya pada diri sendiri.“Atau…, mas Azzam?! Aduh, kalau sampai dia, mampus aku, kami bakal diusir dari rumah mewah ini.” Bergumam hampir berbisik, Imas menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu ia mengirimkan pesan pada pria yang bicara dengannya tadi.[Jangan pernah menghubungiku terlebih dahulu sebelum aku duluan yang menghubungimu. Besok aku akan kirimkan uangnya, malam ini kau pinjam saja dulu dengan temanmu. Untuk sementara nomormu kublokir.] Tulis Imas lalu mengirimkannya pada n
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status