All Chapters of Jerat Pemikat: Chapter 21 - Chapter 30
57 Chapters
bab 21
Aku mengetuk pintu sebelum masuk setelah itu membuka pintu perlahan dan melihat Bu Bos yang sedang duduk d i depan meja kerjanya. Aku melirik pada Nona Lisa yang sedang bermain ponsel di sofa sudut ruangan ini. Aku mengangguk sopan kepada Nona Lisa dan tersenyum semanis madu meskipun balasan dia Justru malah melengos dan membuang muka.Nggak apa-apa, nggak apa-apa. Mungkin awalnya benci. Siapa tahu besoknya Jadi cinta. Ea…"Sudah dikerjakan semua?" Tanya Bu Bos."Sudah, Bu. Semalam saya begadang sampai jam 01.00 buat garap ini. Silakan dicek dulu dan kalau memang ada yang salah biar saya koreksi Sebelum saya pergi mengantar anak ibu yang sepertinya sudah nggak sabar pengen saya antar jalan-jalan," ucapku sambil tersenyum dan melempar lirikan kepada Nona Lisa yang tampak berdecih mendengarkan ucapan ku.Bu Bos seperti sedang memeriksa pekerjaanku dan aku pun harap-harap cemas karena semalam mengerjakannya dengan banyak sekali drama yang sudah terjadi. Dari suara-suara aneh hingga dima
Read more
bab 22
Setelah selesai perawatan aku merasa wajah ini begitu segar. Tidak pernah aku merasakan wajah se enteng ini bahkan minyak-minyak yang biasanya hampir bisa dibuat untuk menggoreng telur kini sudah keset seperti lantai baru dipel. Aku bercermin dan melihat wajahku sendiri. Ternyata gantengku maksimal setelah masuk ke salon perawatan. Kayaknya kalau sering-sering begini sudah pasti Jimin atau Jungkook bakal insecure dan sungkeman sama aku karena kalah ganteng denganku. Dan yang pasti semua ciwi-ciwi akan klepek-klepek melihat wajah ini."Udah?" Suara Nona Lisa mengagetkanku yang sedang bercermin di ruang tunggu. Aku pun berbalik dan melihat dia yang juga sudah terlihat sangat cantik dan fresh. "Aduh mamae, Apakah saya sedang berada di surga?" Aku menepuk nepuk kedua pipiku berkali-kali untuk meyakinkan bahwa wanita yang ada di depanku ini adalah manusia bukan makhluk jadi-jadian. Aku disentil hidungnya oleh Nona Lisa, lalu ditarik dari ruang tunggu."Bikin malu!" Gumamnya. Aku merenge
Read more
bab 23
“Hus! Pergi sana,” usirku pada sosok usil di belakangku. “Kamu ngusir aku?” omel Nona Lisa yang ternyata salah paham dengan maksudku.Aku pun merenges dan menggeleng. “Bukan Nona, tapi penghuni jok belakang. Tuh!” tunjukku dengan dagu yang ternyata sudah menghilang. Syukurlah makhluk itu tahu diri. "Emang stres kamu!" umpat Nona Lisa yang hanya aku tanggapi dengan senyuman.Aku pun kembali melajukan mobil, hendak menuju ke pantai yang ada di kota ini. Seperti janjiku pada Nona Lisa, melihat matahari tenggelam dengan pemandangan yang indah indah tentunya. Membayangkan saja, aku sudah merasa bahagia karena baru kali ini jalan berdua dengan cewek cantik. Meskipun dia berstatus anak bos, bagiku tak masalah. Yang penting layak digandeng. Selain itu, Nona Lisa juga seperti nggak keberatan aku ajak ke mana mana. Meski protes, sikapnya cukup menghormati aku yang hanya jadi jongosnya itu.Ponselku berdering berulang kali. Aku yang sedang menyetir pun tak bisa mengangkatnya karena ada di dal
Read more
bab 24
Perjalanan kali ini benar-benar sangat menyenangkan karena Nona Lisa ternyata orang yang sangat asik dan menyenangkan. Di pantai kami hanya duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sambil menyeruput nikmatnya kelapa muda dicampur susu. Seumur-umur baru merasakan bagaimana nikmatnya plesiran ala-ala orang kaya."Kayaknya udah malam, pulang aja yuk!' ajak Nona Lisa saat matahari tenggelam sudah habis dari peraduan."Hayuk! Pulangnya ke mana nih?""Ya ke rumah aku lah, masa rumah kamu. Memang kamu punya rumah?" Ejeknya."Ya nanti kalau nona Lisa jadi istrinya saya, pasti saya punya rumah karena rumah Nona pasti jadi rumah saya. Ya nggak?""Dih, niat Mau numpang hidup? Nggak punya harga diri blast!" Dia jalan mendahuluiku sambil memakai topi dan juga kacamatanya. Padahal hari juga sudah lumayan gelap dan aku pun memutuskan untuk mengantar Nona Lisa kembali ke rumah. Hal yang paling aku syukuri pada perjalanan hari ini adalah aku yang bisa menikmati kemewahan ala-ala orang ka
Read more
bab 25
..Bab 25"Untung suami saya sedang dinas malam kerjanya kalau nggak bisa jadi salah paham masnya numpang mandi di rumah saya," ucap si Ibu setelah aku selesai mandi dan berterima kasih atas kebaikannya."Sekali lagi saya minta maaf ya Bu karena saya juga tidak menyangka kalau keran di kamar mandi saya macet sendiri. Besok deh saya protes sama Bu kosnya, Semoga ibu bisa dikasih keringanan karena sudah bantu saya." Aku pun tersenyum dan memasang wajah lugu agar tidak kembali dimarahi oleh si Ibu."Lain kali mending ke WC umum saja di depan sana daripada ke sini, takutnya suami saya salah paham.""Siap Ibu, Semoga rumah tangganya selalu rukun, harmonis dan rezekinya dilipat gandakan sama Allah karena kebaikan ibu ini. Saya permisi assalamualaikum," pamitku.Meskipun terlihat galak tetapi ibu-ibu itu baik juga. Mungkin karena dia ketakutan dan khawatir jika sampai ada yang lihat aku masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan tidak memakai baju yang lengkap. Masyarakat zaman sekarang suka seka
Read more
bab 26
"Pak, saya pun bingung kenapa saya dipecat, saya hanya menerima tawaran dari Nona Lisa. Dia sendiri yang meminta saya menemani jalan-jalan. Bapak bisa tanyakan langsung dengan Bu Bos, Bu Bos sendiri yang meminta saya untuk menuruti semua keinginan Nona Lisa," ucapku tak terima.Tentu saja Ini hal yang mengejutkanlah dan aku tidak terima dipecat begitu saja setelah bertahun-tahun mengabdikan diri di perusahaan ini. Mungkin Jika aku dipecat karena kesalahan fatal dan merugikan perusahaan aku terima tetapi aku dipecat gara-gara melakukan perintah dari anak Bu Bos dan Pak Bos sendiri. Kan aneh."Saya tidak perlu menjelaskan kenapa kamu harus dipecat dari sini dan intinya saya sudah tidak bisa lagi menerima karyawan yang tidak bisa fokus dengan pekerjaan dan malah tergiur dengan ajakan nggak penting seperti itu. Saya tahu, kamu pasti memanfaatkan anak saya untuk mau membiayai dan memfasilitasi kamu selama ikut dengannya kan. Buktinya, istri saya sampai membuatkan ATM khusus untuk kam
Read more
bab 27
.."Tunggu saja … giliranmu!""Tunggu saja ….""Tunggu saja!"Aku pun mencoba untuk abai dengan bisikan-bisikan itu dan tidak menengok ke arah suara itu berasal. Pastinya makhluk ini sangat kuat hingga doa penangkal yang biasanya aku bacakan pun seperti tidak lagi berfungsi mengusirnya. Entah itu makhluk kiriman Munaroh atau memang penunggu tubuhku yang tidak mau pergi sendiri. Apalagi saat melihat Miss kunkun yang ada di balkon kamar atas yang mungkin itu balkon kamar milik Nona Lisa."Ini kamarnya, saya akan berjaga di sini dan Kalau ada apa-apa biar saya yang bertanggung jawab. Silakan masuk," ucapnya.Aku pun mengangguk dan berterima kasih setelah di ketukan pintu dan dibukakan. Aku melihat nona Lisa yang sedang terbaring lemah di atas kasur dan tampak menengok ke arahku sambil tersenyum."Anak Momy bisa sakit juga ternyata," ucapku membuat dia tersenyum dan membiarkan ku duduk di sampingnya. "Sakit apa?""Kok tahu kalau aku lagi sakit?" tanyanya lemah."Tahu dong, saya kan calon
Read more
bab 28
“Bergetar sih enggak, tapi cuma takut aja bakalan keulang hal serupa."Aku pun mencoba untuk memperhatikan seluruh ruangan di kamar ini dan memang nyatanya semalam mereka datang dan mengganggu Nona Lisa. Terlihat dari aroma yang tercium menyerupai aroma kembang kantil dan melati."Seandainya saja Nona Lisa boleh saya ajak pergi ke rumah teman saya yang bisa mengobati hal aneh ini, jelas akan saya ajak Nona ke sana.""Mau mau mau, ajak aku ke sana. Aku ingin tidur dengan nyenyak seperti kemarin-kemarin. Temanmu itu paranormal?""Bukan, tapi Ustad. Biasanya bantu orang yang suka keganggu mahluk mahluk astral gitu.""Please, antar aku ke sana," bujuk Nona Lisa."Papanya Nona Lisa pasti keberatan Kalau saya ajak Nona Lisa menuju ke sana. Tempatnya jauh dan satu jam perjalanan kalau dari sini. Takutnya nggak keburu Kalau pulangnya malam atau besoknya," ucapku."Nanti aku bilang sama mamang, kalau aku pergi sama temen."Sebenarnya aku ragu untuk mengajak Nona Lisa untuk ikut bersamaku tet
Read more
bab 29
Kobaran api terlihat semakin membesar dan bahkan terdapat api yang berbentuk bulat-bulat menggelinding ke arah kami. Aku menarik Nona Lisa untuk menjauh dari sana, tentu saja karena api yang berjalan ke arah kami bukanlah api sembarangan. Mungkin itu api yang sengaja dibuat oleh bangsa lembut atas utusan dari manusia jahat agar mencelakai kami berdua.“Randu, aku takut!” Nona Lisa langsung memelukku erat. Kilat itu seketika membuat warung mendadak terbakar dan seperti ada yang tidak biasa. Asap kabut mengepul memenuhi area yang kami jadikan tempat berlindung dan api-api yang tadi menggelinding pun berubah menjadi makhluk-makhluk yang mengerikan dengan taring yang tajam dan kuku yang terlihat hitam. “Ran, aku takut,” ucap Nona Lisa. Aku berusaha berlari menuju ke sepeda motor ku hingga baru aku sadari, motorku mendadak tak ada.“Motornya mana, Ran?” tanya Nona Lisa kaget dan ketakutan. “Ini kita juga sepertinya bukan berada di tempat yang tadi. Lalu di mana kita berada?”Kikiki …Raug
Read more
bab 30
Rasanya bumiku berputar. Entah di mana sekarang aku berada. Yang jelas, gelap dan bahkan aku tak bisa melihat apa apa. Suara suara pengganggu dari alam lain pun sudah tak lagi aku dengarkan selain gelap dan sunyi.Apakah aku sudah mati? Apa aku sudah pindah alam?Rasanya masih tidak percaya jika aku kini terjebak di dunia lain. Aku tak bisa kembali dan aku tak tahu harus bagaimana. Aku mencoba bangkit meski meraba raba di mana aku berada. Aku berjalan dan berusaha melangkah untuk mencari titik jalan keluar dari kegelapan ini. Sembari membaca doa dan terus melangkah, aku putuskan ikhtiar. Berharap Allah melindungiku.“Randu,” panggil seseorang. “Randu.”Suaranya sangat mendayu, membuatku bertanya tanya, siapa yang sedang memanggilku. Aku tak kenal, aku sama sekali tak tahu suara siapa itu. Aku mengucek mataku yang terasa gatal, mendadak seperti ada serangga yang masuk ke dalam mataku. Begitu aku mengucek mata, mendadak aku kaget saat diri ini sudah berada di kamar yang sudah dihias s
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status