All Chapters of Jerat Pemikat: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
bab 31
..Samar samar aku merasa tubuh ini melayang. Tak melihat apapun, hanya merasa terbang lalu seperti ada sorot cahaya menembus indra penglihatan. Perlahan suara suara lantunan zikir dan doa berkumandang, terdengar sangat menyejukan.Apakah aku sudah di alam barzah. Apakah aku sudah menjadi budak setan dan iblis? Apakah aku diselamatkan oleh Allah dan kini sedang menunggu di alam lain.Banyak sekali pertanyaan yang bercokol dalam otakku. Tak bisa aku melihat apapun selain sorot cahaya yang akhirnya membuatku merasa silau. Berusaha, aku pun perlahan mencoba membuka mata. Berjalan dan mengikuti cahaya akhirnya menuntun kepada jalan yang terang. Aku terus berjalan dan Mencari hal yang mungkin saja bisa aku lihat dengan mataku.“Sudah bangun, Tadz. Sudah bangun,” teriak seseorang yang aku dengar suaranya. Aku melihat seluruhnya. Aku paham tempat ini. Aku pun mengerjap, lalu wajah Nona Lisa terlihat di depanku. “Nona? Inikah kamu?” Aku langsung bangkit dan memeluknya. Rasanya sangat kaget
Read more
bab 32
"Hah?""Non mau nggak jadi istri saya?" tanyaku saat melihat wajah Nona Lisa mendadak kaget."Serius?" tanya Nona Lisa."Nggak ding, bercanda. Saya sadar diri non kalau saya memang tidak mungkin mendapatkan nona Lisa yang lebih kaya dari saya. Dari reaksi Nona Lisa saja saya sudah tahu jika tidak mungkin seorang random mendapatkan berlian seperti Nona Lisa. Pak Ustad, tolong kasih tahu sama santriwatinya untuk berlomba-lomba mendapatkan hati saya yang wajib kawin ini. Siapa tahu nanti ada yang bener-bener suka sama jomblo karatan yang nggak laku-laku dan kasihan ini, Pak Ustad," ucapku melirik pada Syarifah. "Papa saya akan datang ke sini untuk menjemput saya. Nanti Ustad Husni dan Randu silakan berembuk dan tanyakan tentang keinginan memiliki saya. Saya tidak menolak jika memang papa saya mengizinkan saya menikah," ucap Nona Lisa membuat kami semua tentu kaget mendengarnya."Nggak usah repot-repot non. Saya nggak punya keberanian untuk melamar Nona Lisa pada papanya Nona Lisa. Say
Read more
bab 33
Pagi hari aku dibangunkan suara murottal anak anak santri. Aku diminta untuk ikut berjamaah karena kata Abah dan Ustad semakin aku menebalkan ketakwaan maka Allah akan selalu melindungiku setiap saat. Malaikat subuh yang namanya sering jadi aroma parfum nampaknya bagian dari keistimewaan orang yang suka bangun lebih awal sepertiku saat ini.“Nggak denger apa apa lagi?” Sebuah tepukan di pundak membuatku menengok dan akhirnya tersenyum.“Nggak, aman udah kayaknya demitnya lagi semedi dulu.” Ujarku saat melihat Hamzah yang ternyata sudah lebih dulu bangun dariku.“Bray, gimana rasanya di detox dengan ruqyah? Aura auranya, lo ngebet kawin juga?” tanyaku. “Siapa sih yang nggak mau melakukan hal lumrah itu? Kita udah dewasa, kalau misal mau halal ya memang harus nikah,” jawab Hamzah.Selepas shalat tadinya aku mau ke rumah Pak Ustad. Beliau tadi tidak kelihatan, mungkin sedang beristirahat di rumah sederhananya. “Kalau lo jadi gue, lo milih Ipeh atau Nona Lisa?” tanyaku yang juga san
Read more
bab 34
..“Apa maksudnya, Bah?” tanyaku.Abah hanya tersenyum dan mengangguk saja. Lah, dikira indra keenam aku bisa menembus kata hatinya apa. Ada ada saja Abah. Semoga ini bukan sebuah doorpresie harus menikahi anak si Abah yang kini sudah jadi Hafidzah di usia 18 tahunnya.Semua memandang dengan serius kedatangan tamu kali ini. Kedua orangtua Nona Lisa juga terlihat sangat marah satu sama lain. Aku memasang wajah lugu, berharap tidak disalahkan atas insiden yang tentu saja di luar kuasaku. Aku sudah mewanti-wanti Nona Lisa, semoga dia bisa ikut menjelaskan."Kedatangan kami ke sini tentu untuk menjemput anak saya yang sudah diculik oleh Randu, karyawan yang mungkin saja sakit hati karena baru saja kemarin saya pecat. Meskipun anak saya menjelaskan jika bukan seperti itu kronologinya tetapi saya kecewa karena dia membawa anak saya tanpa izin dan tentu saja tanpa sepengetahuan kami," Ucap pak bos yang sudah mulai mengutarakan isi hatinya itu. Aku memilih menyimaknya saja dan tidak ingin me
Read more
bab 35
"Jadi menurut bapak bagaimana? Apa kiranya setuju jika anak bapak itu langsung menikah saja dengan Randu?" tanya Ustad Husni pada Pak Bos.Prank!Kami menengok ke arah suara di mana terdengar benda jatuh dari belakang. Aku melihat dan mendengar suara Syarifah yang meminta maaf. Apa mungkin dia kaget dengan pertanyaan dari Abah mengenai lamaranku atau sengaja mengalihkan suasana agar tidak tegang. Temanku yang satu itu sangat pengertian sekali dan mungkin saja Dia sedang mengalihkan suasana biar nggak begitu canggung saat ini. Mungkin sih."Kami belum kepikiran untuk hal itu tetapi kalau memang jalan keluarnya menikah tentu akan saya pertimbangkan mencari calon jodoh untuk dia yang lebih baik. Sekiranya Randu bisa memperbaiki sikapnya dan tentu saja bisa menunjukkan dedikasinya sebagai calon menantu di perusahaan tentu itu bukanlah hal yang buruk. Yang penting untuk sekarang ini kami bisa membawa Lisa pulang dan kondisinya memang sudah baik-baik saja," ucap Bu Bos."Ma! Jangan menyela
Read more
bab 36
"Cie, yang langsung didukung melamar kan jodohnya sama Pak Ustad dan Abah kyai. Gimana rasanya?" ledek Hamzah begitu mobil Nona Lisa sudah pergi. Dia menepuk pundak ku hingga aku sadar, aku melamun di pinggir jalan."Apapun hasil keputusan tadi ustadz harap kamu bisa semakin mawas diri dan mengencangkan doa, semoga memang ada jodoh yang siap untuk kamu nikahi lahir dan batin," Ucap pak ustad yang juga ikut memberikan semangat saat aku ditolak mentah-mentah oleh pak bos."Sebenarnya, ada jodoh cuman kayaknya si Randu ini nggak ngeuh pak ustad," ucap Hamzah."Iyakah? Emangnya selama ini dia dekat dengan siapa? Kalau memang ada dilamar saja. Laki-laki harus gentle apalagi ini terkait dengan kesehatan jasmani dan rohani sebagai orang yang punya kelebihan seperti kamu, Ran," ucap Ustad Husni."Ngawur nih Hamzah. Mana ada wanita yang mau nemplek sama laki-laki miskin seperti saya. Jangankan wanita, lalat saja insecure deket sama saya saking sama-sama jeleknya. Kalaupun ada, paling makhluk a
Read more
bab 37
Kali ini aku pulang sendiri menaiki sepeda motor menuju ke rumah emak Dan Bapak. Sebenarnya bisa saja nggak mampir tetapi sepertinya aku memang harus bertemu dengan mereka untuk meminta doa restu dan kemudahan agar setiap urusanku di tempat kerja maupun di manapun selalu dimudahkan. Aku memang jarang ke rumah karena tentu saja sadar diri bahwa gajiku minim dan seluruhnya aku kirimkan ke rumah sisanya. Tidak pernah menyisakan banyak karena gaji yang aku dapatkan UMR dan selalu sisa sedikit. Rasanya malu jika pulang tapi tidak membawa apa-apa dan untuk kali ini aku memberikan oleh-oleh yang dibeli di pinggir jalan.Aku merasa kali ini tubuhku begitu ringan Bahkan aku tidak melihat penampakan yang biasanya aku lihat. Sementara ini aku aman dari hal-hal yang berbau mistis karena sepertinya ustaz sedang berusaha untuk membuatku tenang sementara. Aku sudah meminta izin pada ustadz untuk pulang terlebih dahulu ke rumah kedua orang tuaku dan tentu diizinkan asal besok harus kembali ke pesantr
Read more
bab 38
Aku diperlakukan bak raja di rumah Emak. Mandi dibuatkan air hangat, makan diambilkan bahkan disuapi, malam juga ditemani tidur. Sampai sampai Bapak cemburu dan harus memanggil Emak agar menyusul ke kamar. Sebenarnya aku sedih kalau teringat tentang kenyataan aku yang kembali pengangguran, tapi kalau jujur sekarang takutnya Emak sedih dan kepikiran, lalu ngadain sayembara untuk anaknya yang mendadak kembali jadi ketep mata katanya. Nggak laku laku, nggak punya duit juga.Malam ini terasa sangat dingin udaranya, aku berharap tak ada yang hinggap dan mampir menggangguku. Suara jangkrik dan hewan hewan di sawah saling bersahutan. Aku pun membuka ponsel dan menyibukkan diri mencari lowongan pekerjaan. Sambil ikhtiar, siapa tahu skilku sebagai karyawan kembali diterima.Ting!“Besok ke kantor, saya terima kamu sebagai karyawan saya lagi.”Pesan Pak Bos spontan membuatku membelalak. Namun, rasanya gengsi jika langsung mengatakan siap. Aku dibuat sakit wajah karena ditamp4r, sudah begitu di
Read more
bab 39
Pagi ini aku dibangunkan oleh suara jago yang berkokok di samping rumah. Semalam aku bisa tidur dengan nyenyak setelah bergabung dengan emak di kamarnya. Meskipun Bapak sempat kesal tetapi tidak mungkin memarahiku yang memang kadang aneh mengatakan bertemu hantu.Saat aku bangun Emak Dan Bapak sudah tidak ada di kamarnya. Aku duduk sebentar di sisi ranjang lalu membaca doa setelah tidur Sebelum mengambil air wudhu di sumur. Di sini tidak ada kamar mandi di dalam rumah karena masih menggunakan air sumur sebagai sumber mata air.Kret!Suara tali pengerek yang biasa di atas sumur terdengar. Aku pikir Emak ada di sumur sehingga aku pun memanggil Emak Dan langsung berjongkok di sana menunggu Emak selesai mengambil air."Sudah belum mak? Randu kebelet nih," teriakku saat menunggu Emak lama sekali keluar dari area sumur. Terlalu lama, akupun memilih buang air kecil terlebih dahulu di sisi tempat wudu.Lagi-lagi suara pengerek ember tidak berhenti mengambil air membuatku menjadi curiga. Langi
Read more
bab 40
"Jadi ini mau di bawa sekarang atau gimana Randu-nya?" Tanya Abah kyai."Iya, Pak Ustad. Saya sudah menunggu berjam-jam dan tidak bisa menunggu semakin lama lagi. Ayo, Randu! Kita harus berangkat sekarang," ajak Pak Bos."Ke mana?" tanyaku. "Duh, saya belum siapkan mahar Pak.""Kembali bekerja, bukan yang lain!""Oh," jawabku merenges. "Sayang saya tidak akan kembali sebelum saya mendapatkan jodoh untuk keselamatan saya di sana.""Kita perbincangkan nanti di rumah. Sekarang ikut saya dan jangan lagi banyak alasan!""Saya direstui, Pak?" Tanyaku kaget sekaligus bahagia."Kamu tetap karyawan di kantor saya dan kamu harus tahu diri tentang hal itu," jawabnya."Tapi kalau saya belum ada kepastian untuk jodoh saya, saya belum bisa untuk kembali ke sana. Takutnya saya maupun Nona Lisa tidak akan baik-baik saja," ucapku."Ikut saja siapa tahu nanti keputusan saya berubah di sana setelah melihat sikap kamu yang tidak ngeyel lagi," jawab Pak Bos Yang sepertinya sudah lelah berdebat denganku.A
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status