Semua Bab Jerat Pemikat: Bab 41 - Bab 50
57 Bab
bab 41
"Jawab saja Randu, katakan semua yang ingin kamu katakan agar kita bisa mendiskusikannya dengan baik di sini," ucap Bu Bos yang sepertinya tahu jika Aku gugup ingin menjawab keberatan atas permintaan Pak Bos. "Maaf sebelumnya jika perkataan saya menyinggung atau menyakiti hati semua orang yang ada di sini. Saya berniat menikah untuk ibadah dan pantang bagi saya mempermainkan sebuah pernikahan. Saya memang orang miskin tetapi saya tidak ingin menyakiti hati orang tua saya jika tahu anaknya hanya menikah di atas kertas. Mereka sudah tua dan tentu menginginkan keturunan dari istri saya dan tentu saja, saya keberatan untuk hal ini. "Jika memang Nona Lisa belum siap untuk menikah lantaran masih ingin membahagiakan orang tuanya saya tidak masalah. Saya juga tidak akan memaksa karena sebenarnya dia bukan memiliki indra keenam seperti saya yang mengharuskan untuk segera menikah. Dia hanya wanita biasa yang hanya bisa dikirimi guna-guna ataupun kiriman-kiriman gaib yang tentu bisa dicegah de
Baca selengkapnya
bab 42
“Kok Lo di sini?” tanya Syarifah yang terlihat kaget melihatku ada di kantor dengan pakaian santai, kaos oblong.“Iya dong, calon kesayangan Pak Bos gitu loh. Bebas dong,” jawabku yang memutuskan mampir ke kantor selepas dari rumah Nona Lisa siang ini.“Oh.”Syarifah hanya membulatkan mimik suara, lalu duduk kembali sambil menatap layar monitor. “Hamzah gak balik sama elo?” tanyaku yang masih melihat kursi Hamzah kosong.“Tau, memang gue bodyguardnya?” ketus Syarifah.“Yaelah, jutek banget calon istrinya Hamzah. Jangan judes judes lah, nanti kalah saing sama si Munaroh yang punya pesona meluber sampe antartika itu,” ledeku mencolek dagu Syarifah.“Nggak usah pegang pegang dan nggak usah ganggu! Gue lagi kerja tahu!” sembur Syarifah menggeplak lenganku.Dua spesies wanita unik ini memang sangat hobi menganiayanya ku. Kalau nggak digetok kepalanya, dicubit pula. Duh, lama lama ginjal kayaknya kena cubit. “Nanti kita pulang bareng yuk? Siapa tahu yang terakhir,” ucapku.“Lo mau mati?
Baca selengkapnya
bab 43
“Dimakan dong. Makanan dilihatin doang nggak bakalan kenyang, Beb,” ucapku.“Muka lo tuh bikin kenyang!” ketus Syarifah.“Hehehe, kalau begitu biar Gue suapin. Aaaa…”Aku menyodorkan sendok ke depan wajah Syarifah yang membuang muka. Namun, dia kekeh tidak mau memakan makanan yang sudah aku pesan. Aku berusaha untuk mencerna alasan Syarifah kesal meskipun sangat tidak masuk akal jika dia kesal hanya karena aku pernah mengajak Nona Lisa makan di sini."Cemburuu?" tanyaku asal."Apa itu cembru? Nggak level cemburu sama laki-laki kayak lo. Emangnya lo siapa?"Ah, ribet amat jadi perempuan. Banyak ngambeknya daripada senyumnya. Hadeh.“Baiklah, denger ceritanya baik baik. Jadi itu ceritanya, saat Nona Lisa minta ditemani jalan-jalan, dia minta buat makan di restoran. Cuma saat baru masuk ternyata banyak makhluk-makhluk yang sedang bekerja menjilati makanan yang ada di sana. Spontan gue nggak mau dong makan di tempat itu dan memilih untuk mengajak ke tempat yang bebas dari hal-hal mistis k
Baca selengkapnya
bab 44
Bab 44Tok Tok Tok’Aku melirik pada jam yang menunjukan pukul 12. 05. Jam tengah malam begini aku terbangun dikarenakan angin berhembus ditemani suara suara. Kali ini suara pintu diketuk berkali kali juga suara aneh yang membuatku akhirnya tidak bisa kembali memejamkan mata. Siapa sih mahluk tak bermoral yang mau bertamu malam malam begini? Bahkan di jam semua orang lelap dia malah ingin bertamu.Awalnya ku abaikan. Tapi lama kelamaan jadi sebuah suara yang menyerupai benda tajam yang sedang diasah. Mendadak meremang sekaligus ngeri juga. Jam tengah malam sendirian di kosan, dengan tetangga yang pastinya sudah tidur semua.Kret!Aku kaget saat melihat pintu kamar kosan tiba tiba terbuka. Seorang nenek tua terlihat berjalan dengan terseok bahkan terkesan menyeret kakinya. Aku mengucek mataku, memperjelas apakah itu adalah nenek Munaroh atau bukan. Namun, aku pun melihat nenek itu tiba tiba menghilang. Saat aku tengok kembali, pintu kamar masih tertutup. Sebenarnya, ini halusinasi atau
Baca selengkapnya
bab 45
..Bab 45Aku menunggu Syarifah di depan ruang HRD. Aku tidak ingin mati penasaran karena alasan terakhir yang Syarifah katakan. Tentu sebagai teman dekat aku tidak paham kesalahanku dan dia harus menjelaskan semuanya.“Randu, sedang apa kamu berdiri di situ?” Tanya Bu bos yang baru berangkat sepertinya.“Saya sedang menunggu Syarifah di dalam.”“Nunggu Syarifah? Ada apa?” tanya nya.“Dia mengundurkan diri, Bu,” jawabku lesu.“Oh, jadi tenyata. Ya udah sih, emangnya kenapa kalau dia keluar? Kamu ke ruangan saya. Saya ada perlu dengan kamu.”“Baik, Bu.”Aku pun mengikuti langkah Bu bos untuk masuk ke dalam ruangannya. Dengan wajah lesu Aku duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.“Kamu sudah bersiap untuk pengangkatan jabatan kamu di kantor ini? Sebenarnya jabatan yang hendak kamu duduki itu adalah jabatan Syarifah yang sekarang dia kosongkan. Dia sudah mengundurkan diri saat baru sampai di kantor ini kemarin dan baru saya setujui tadi malam. Kenapa? Apakah kamu keberatan dengan jab
Baca selengkapnya
bab 46
“Alasannya kenapa, Bu? Saya tidak menuntut uang pesangon. Saya tak harus diberi gaji sebulan ini. Saya nggak akan ngerepotin Ibu kok,” ucapku yang tak percaya dengan keputusan Bu Bos ini.“Ya karena saya belum lihat apakah anak saya akan normal dan baik baik saja atau tidak setelah kamu pergi. Setelah aman, barulah akan saya biarkan kamu keluar dari sini. Lagian, siapa juga yang mau kasih kamu uang pesangon kalau kamu keluar dari sini?” “Ya siapa tahu kan, Ibu lagi baek sama saya. Kemarin saya udah seneng banget Ibu baek baekin saya, eh malah sekarang nggak boleh resign.”“Sebagai gantinya, kamu tinggal di rumah saya. Kamu jadi jaminan aman dan nggak bahaya, dampingi dan bantu anak saya kerja dengan sebaik baiknya. Paham?”“Lah, kok jadi saya sama anak Ibu? Apa nggak bahaya, Bu? Ntar ular kobra saya minta jatah gimana? Saya laki laki normal, Bu.”“Berani sentuh anak saya, punyamu saya potong!”Aduh! Repot juga kalau Bu Bos sudah senggol b4cok gini. Berasa ada yang bikin lier dan nger
Baca selengkapnya
bab 47
Tak mau ambil resiko, aku hanya mengungkapkan pada Pak RT kalau tempat itu perlu di refresh alias dialih fungsikan sebagai sarana ibadah. Selain pemiliknya adalah pemuja setan, penghuni yang ada di sana pasti tak akan betah jika tetap dijadikan kontrakan. Setelah aku memindahkan barang barangku ke dalam mobil pengangkat barang untuk dibawa pulang, aku pun mengikuti laju mobil itu.Waktu keberangkatan sengaja habis maghrib agar aku menunaikan sholat terlebih dahulu. Selepas kewajiban sudah ditunaikan, barulah aku naik sepeda motorku untuk mengikutinya dari belakang. Meski kemarin sudah disesatkan ke dunia lain saat sedang pulang, kali ini aku tak takut sama sekali dan malah seperti santai saja ketika mobil sudah memasuki kawasan desaku sendiri.Angin malam ini bahkan berhembus sangat dingin, hingga dari kaca spion aku melirik pada sosok putih berambut panjang yang membonceng di belakangku. Aku sengaja memantaunya sejak tadi, dia terus saja membonceng seolah olah aku tukang ojeknya. Di
Baca selengkapnya
bab 48
AKu memang merasa aneh dengan diriku sendiri. Seharusnya aku bisa legowo dan ikut bahagia dengan pernikahan Hamzah dan Syarifah. Tapi nyatanya, ini semua tak semudah kata yang diminta Emak untuk diucapkan. “Kenapa wajah lo lesu banget gitu?” tanya Lili.“Bete!” jawabku malas.“Hm, mulai deh jomblo galau lagi. Eh, lo nggak diundang ke pernikahannya Hamzah?” tanya Lili.“Kenapa memang? Mau ajak gue?”“Ya gue sama suami gue lah, kalau elo … mungkin ada Syarifah di sana.”“Ck, dia kan jadi mantennya. Ya jelas ada di sana,” jawabku.“Menten? Oh, pagar ayu maksudnya?”“Pagar ayu atau pengantin ayu, apalah itu. Gue nggak paham, intinya gue males datang. Mendadak mules,” jawabku.“Aneh, bisanya elo apa apa bersama bertiga. Si Ipeh ngurusin nikahannya Hamzah sama istrinya, elu malah kerja sendiri. Aneh,” ucap Lili.“Maksudnya?” Aku tentu ambigu dengan ucapan Lili.“Ya kan Hamzah nikah sama anaknya ustad di sana ‘kan? Emangnya lo nggak tahu?” “Ah, nggak usah bercanda deh! GUe tahu, lo hanya h
Baca selengkapnya
bab 49
"Keluarga Siapa yang ingin lo temui?" tanyaku ulang."Keluarga ku, kamu pasti tidak mengenal mereka. Aku akan mengenalkannya kepadamu setelah ini."Sebelum aku menjawabnya dia sudah lebih dulu menarik tanganku dan membawaku berjalan setengah berlari. Aku ikut saja karena merasa penasaran, Syarifah memang sepertinya mempunyai keluarga baru setelah beberapa minggu berada di kampung halaman. Mungkin ada keluarganya yang merasa pernah atau kenal dengan keluarga Syarifah yang dulu sehingga memperkenalkan diri dan mengakui sebagai keluarga.Langkah Syarifah begitu cepat sampai aku kewalahan untuk mengikutinya. Nafasku ngos-ngosan bahkan aku sampai berhenti sambil memegangi dadaku."Peh, Kenapa larinya cepet banget sih? Gue capek tahu! Memangnya keluarga lo tinggal di mana?" tanyaku sambil berjongkok dan kini aku merasa kelelahan."Tuh," ucap Syarifah menunjuk sebuah rumah yang cukup mencengangkan bagiku. Aku baru tahu jika ada rumah sebagus itu di tengah-tengah sawah yang ada di desa ini."
Baca selengkapnya
bab 50
Sebuah air terasa menetesi wajahku. Aku merasakan dinginnya air itu hingga perlahan sebuah hembusan terasa begitu segar di telinga. Aku pun tak tahu apa yang sudah tejradi padaku setelah diri ini dibawa ke istana mahluk gaib yang sungguh sangat mengerikan itu. Aku tahu, ini tak seperti yang aku bayangkan dengan indahnya. Hanya saja, aku mencoba untuk menyadarkan bahwa ini semua tidak nyata dan aku harus mencoba untuk tetap ingat terhadap sang pencipta.Semua tempat tempat aneh itu membuatku semakin yakin, perjalanan kali ini bukan berada di alam dunia. Bahkan aku tak tahu saat tangan ini seperti ditarik oleh wanita tanpa wajah yang jelas menuju ke suatu tempat saat itu. Aku pikir itu Syarifah, nyatanya bukan wanita itu. Wajahnya rupa-rupa bahkan kadang menyerupai orang yang aku kenal dan aku sayang. “Randu!”Suara Emak?“Randu?”Kalau ini … Bapak kayaknya.“Randu…”Hamzah? Inikah mereka?“Randu, jangan tinggalin gue. Gue belum nikah, Hamzah juga mau nikah. Malah lo mati duluan. Ndu!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status