All Chapters of Hot Night with Berondong: Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
Bab 21 - Sweet Moment
“Eunghh … Theo …”Felicia mengerang di sela-sela ciumannya dengan Theo. Gerakan bibir Theo yang lembut begitu membuainya. Ia merasakan jemari Theo yang berada di punggungnya mulai bergerak, mengusap lembut, meninggalkan jejak hangat.Hembusan napas hangat saling menerpa, bersatu, terasa intim.Perlahan, Felicia membalas ciuman Theo. Dan, ketika mendapat balasan, bisa ia rasakan Theo semakin intens menciumnya.Tak mau kalah dengan tangan Theo, kini tangan Felicia hinggap di dada bidang Theo yang keras, Felicia mengelus lembut di sana. Giliran Theo yang terdengar mengerang.Felicia butuh mengambil napas, begitu juga dengan Theo. Terpaksa, mereka memutus ciuman.Kedua mata Felicia terbuka perlahan dan langsung bertubrukan dengan netra kecokelatan milik Theo yang sedang menatapnya lekat.“Maaf,” bisik Theo, suaranya terdengar serak, tak dapat ia sembunyikan.Felicia gugup menatap Theo dalam jar
Read more
Bab 22 - Cerita Tentang Theo
“Ka-kamu ‘kan udah sembuh. Makan sendiri lah!” seru Felicia, suaranya dibuat tegas agar tak terlihat jelas kalau sedang gugup.Felicia mengernyit ketika melihat Theo beranjak dari duduk. Setelahnya, ia dibuat terbelalak karena Theo berpindah duduk di sebelahnya.“Saya sedang nggak nafsu makan. Suapin dong, kalau enggak, nanti sakit lagi gimana?”“Tapi—"“Ayo, suapin! Aaaa …” Theo membuka mulutnya.Felicia tercengang melihat tingkah Theo.Kalau sudah begini, Felicia tak sanggup menolak. Akhirnya ia menyendok bubur, memasukkan ke mulut Theo.Theo menelannya lalu tersenyum dan kembali membuka mulutnya. Tanpa sadar, Felicia tersenyum melihat tingkah Theo, apakah rasa bubur buatannya enak di mulut Theo?Entah berapa suapan sudah masuk ke mulut Theo, dan Theo tampak menikmatinya.Felicia sampai menggeleng heran. Rasanya ia seperti sedang menyuapi bayi besar.&
Read more
Bab 23 - Masih Tentang Theo
“Loh, apa kamu belum tahu tentang itu?” tanya Rini.Felicia menetralkan keterkejutannya lantas menggeleng. “Belum, Bu.”Felicia memperhatikan lamat-lamat mantan pengasuh Theo yang kini tampak kaget.“Apa seharusnya saya nggak memberi tahu kamu tentang itu?” gumam Rini, tapi masih bisa didengar oleh Felicia.“Kalau itu hal yang seharusnya nggak boleh saya ketahui, maka saya nggak akan ngomong ke Theo. Bu Rini tenang aja.” Felicia tersenyum, menenangkan wanita paruh baya itu.“Terima kasih, ya.” Rini bisa lebih tenang. “Ngomong-ngomong, saya pikir kalian sudah dekat, jadi kamu pasti tahu banyak hal tentang Theo.”Felicia menggeleng. Ia menghela napas tiba-tiba, menatap lurus ke depan.“Saya memang dekat sama Theo.” Felicia mengakui itu. “Tapi, Theo nggak mau terbuka sama saya.”“Mungkin sulit buat Theo bercerita ke orang baru. Kalau saya bukan pengasuhnya sejak bayi, saya yakin dia nggak akan memberi tahu saya apa pun.”“Boleh saya tahu kelanjutannya, Bu? Saya mau dengar cerita lebih ban
Read more
Bab 24 - Kedatangan Marcell
Doni dan Theo tampaknya sudah lelah, mereka berhenti saling meledek. Setelah itu, mereka bergurau dan saling melempar tawa.Tanpa sadar, Felicia tersenyum melihat Theo tertawa. Ia baru menyadarinya ketika Theo menatap ke arahnya. Ia pun buru-buru membuang pandangan ke arah lain.“Capek,” keluh Theo.Tanpa mempedulikan sekitar, Theo yang duduk di sebelah Felicia menyandarkan kepalanya ke pundak Felicia.Felicia terkesiap kaget. “The, masih ada Bu Rini sama Doni,” bisiknya.Felicia tersenyum malu ketika menyadari Doni dan Rini menatapnya serta Theo bergantian.“Biarkan aja.” Theo tampak tak peduli, malah semakin merapat pada Felicia. Ia melirik Felicia sejenak. “Kenapa tadi senyum-senyum sambil natap saya? Kamu jatuh cinta sama saya, ya?”“E-enggaklah! Percaya diri banget kamu!” sangkal Felicia, suaranya terdengar gugup.Enggan mengganggu Felicia dan Theo yang seperti be
Read more
Bab 25 - Kesepakatan
“Kata siapa kencan? Anda salah paham, Pak Marcell.” Theo bicara dengan nada tegas, ia tampak lebih tenang dari sebelumnya.Felicia melirik Theo sejenak. Ia merasa lega setidaknya ada Theo yang membantu bicara.“Lalu kalau bukan kencan, bagaimana bisa kalian bersama?” tanya Marcell.Marcell masih tampak tak percaya. Ia yakin ada sesuatu di antara Felicia dan Theo, mereka sudah terlihat dekat sejak awal.“Ini tempat umum, bukankah wajar bertemu di sini?” Masih Theo yang membalas.Felicia menatap Theo dan Marcell bergantian. Dari raut wajah kedua pria itu, mereka terlihat seperti hendak adu mulut.“Wajar saja kalau itu orang lain, tapi enggak kalau kalian berdua. Jujur saja sama saya kalau kalian punya hubungan mendalam,” ucap Marcell.Felicia hendak maju berbicara, tapi Theo menahannya.“Saya sama Bu Feli bertemu di dalam kereta, kami satu gerbong, dan duduk bersebelahan. Bu F
Read more
Bab 26 - Pak CEO & Theo?
“Uhm … saya …”Felicia menatap ke sana kemari, ke manapun asalkan tak menatap netra kecokelatan milik Theo yang sedang memancarkan sorot serius.‘Ayo, berpikir! Kasih jawaban ke Theo!’ batin Felicia, bingung.“Sebenarnya gosip apa pun itu, saya nggak suka,” ucap Felicia akhirnya dapat ide untuk menjawab. “Karena saya mau suasana yang damai di tempat kerja, dan bisa mendukung saya untuk naik jabatan.”Barulah setelah mendengar jawaban Felicia, Theo menjauhkan tubuhnya.“Ternyata begitu.” Theo mengangguk paham.“Y-ya, intinya begitu.” Felicia merasa lega, untungnya Theo percaya. Padahal ia bingung untuk mengarang jawaban.Gosip pacaran dengan Theo? Itu buruk!Jawaban sejujurnya, Felicia tidak mau digosipkan kencan dengan siapapun di tempat kerja, termasuk dengan Theo, apalagi status Theo hanyalah anak magang. Ditambah lagi, Theo jauh lebih muda
Read more
Bab 27 - Kecurigaan Felicia
Felicia panik bukan main. Ia bergegas menolak panggilan yang masuk dari Marcell.Sebelum Marcell kembali menelepon, Felicia mengirim chat kepada Marcell untuk jangan meneleponnya dulu.Masuk balasan dari Marcell yang menanyakan keberadaan Felicia dan meminta Felicia menunggu sebentar lagi.“Aku selamat …” gumam Felicia ketika melihat Martin dan sekretarisnya pergi dari sana.Felicia pikir ia akan ketahuan, lalu dimarahi, dan paling parah dipecat! Oh, tidak! Jangan sampai hal itu terjadi.Selepas kepergian Martin dan sekretarisnya, Theo masih diam di tempat. Felicia mengamati Theo sejenak sebelum menghampiri pria itu.“Theo!” panggil Felicia.Theo sampai terkesiap. “Bu Feli?”Felicia mendekat pada Theo lalu bicara dengan suara pelan, “Kamu … siapanya Pak Martin?”Bola mata Theo membesar. “A-apa Bu Feli melihat saya tadi sama …”“
Read more
Bab 28 - Identitas Theo yang Sebenarnya
Tak ingin membuat Marcell terlalu lama menunggu, Felicia pun bergegas pergi dari sana. Ia juga khawatir ketahuan oleh mereka.Bisa gawat kalau sampai ketahuan dua kali, apa nantinya ia tidak dipecat?!Felicia batal pergi ke toilet, ia kembali ke mejanya dan duduk berhadapan dengan Marcell.“Maaf kalau lama,” kata Felicia.“Nggak lama kok. Tenang aja.” Marcell tersenyum sekilas.Felicia turut tersenyum lalu melanjutkan makannya.Sambil makan, Felicia teringat dengan kejadian tadi saat ia melihat Theo. Lalu, pandangan Felicia tertuju ke Marcell. Apa mungkin Marcell tahu sesuatu? Tak ada salahnya jika ia bertanya ‘kan?“Marcell, saya mau tanya sesuatu.”Marcell meletakkan alat makannya, fokus menatap Felicia. “Tanya aja.”“Kamu tahu gosip kalau di divisi kita, ada anak magang yang katanya anaknya Pak Martin?”Kening Marcell berkerut. “Saya nggak
Read more
Bab 29 - Menghindar
Terkejut? Tentu saja! Bahkan, pikiran Felicia terasa kosong untuk sesaat. Felicia sampai tak bisa berpikir.‘Apakah yang aku dengar itu benar?’ batin Felicia.Felicia gemetar memikirkan beberapa hal. Rasanya panik sekali! Dengan terburu-buru Felicia mencengkeram kuat berkas di tangan lalu berlari ke lift.Tiba di dalam lift, bisa Felicia rasakan dadanya berdebar begitu cepat.“Ini gila!” seru Felicia, untungnya sedang tak ada orang lain di lift.Felicia memutuskan untuk kembali ke lantai tempat divisinya berada. Sambil berjalan, Felicia berdoa semoga tadi aksinya yang sedang menguping dan mengintip tak ketahuan.Felicia buru-buru duduk ketika sampai di kursinya.“Kenapa kamu balik lagi?” tanya Diana.“Uhm … Pak Martin lagi ada tamu.”Diana tak bertanya lagi, ia kembali terlihat fokus pada pekerjaannya. Namun, tidak dengan Felicia. Bagaimana bisa Felicia fokus di saat
Read more
Bab 30 - Merasa Dibohongi
Suara langkah kaki seseorang yang terdengar membuat Felicia bergegas menyingkirkan tangan Theo. Felicia juga menjauh dari Theo.Muncul sosok Marcell. Ia menatap Felicia dan Theo bergantian lalu mendekat pada Felicia.“Saya pikir kamu di sini sendirian, Fel. Jadi saya kembali dengan cepat,” ucap Marcell.Felicia tersenyum canggung. “Enggak kok, Pak. Ada Theo nih.”Felicia berusaha bersikap santai, ia melirik Theo sekilas. Tapi, Theo tak tersenyum sepertinya, raut wajah Theo menunjukkan keseriusan, dan Theo pun terang-terangan memandangnya.“Iya, ternyata ada Theo.” Marcell berkata sambil melirik Theo.Bingung hendak merespon bagaimana, Felicia hanya mengangguk.Kini Felicia duduk di tempatnya. Namun, ia merasa tak nyaman. Sebab, Marcell malah duduk di sebelahnya, dan Theo masih memperhatikannya dari tempat duduk Theo.“Katanya kamu mau traktir saya atau masak sesuatu buat saya. Jadi ngga
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status