All Chapters of Hot Night with Berondong: Chapter 31 - Chapter 40
71 Chapters
Bab 31 - Cemburu? Menyatakan Perasaan
Menyadari kalau Theo mengikutinya, Felicia pun menghentikan langkah lalu berbalik menghadap Theo.“Jangan ikuti saya atau saya marah!” ancam Felicia.Ternyata berhasil, Theo langsung berhenti melangkah. Tapi, Theo menatap Felicia dengan sorot mata yang terlihat sedih. Dan, Felicia menyadari itu.Jangan goyah!Felicia berlanjut melangkah ke toilet. Sesampainya di toilet, Felicia terdiam. Apakah yang tadi itu tidak masalah? Ia baru saja mengancam anak bosnya!Namun, Felicia yakin Theo bukanlah anak pengadu. Tak mungkin Theo mengadu kepada Papanya tentang perlakuan Felicia ‘kan?Kembali ke kursinya, Felicia bersiap mengobrol lagi dengan teman-temannya. Namun, sosok Theo lewat. Ah, sial! Felicia langsung menunduk dan pura-pura sibuk sambil mengaduk minumannya.“Eh, ada Theo!” seru Diana. “Theo! Sini!”Felicia harap Theo tak kemari. Sayangnya, ia bisa mendengar suara langkah kaki yang mendek
Read more
Bab 32 - Benci!
Felicia tak bisa berkata-kata. Pengakuan Theo yang terlalu mendadak dan tak terduga tentu saja membuatnya terkejut.“Bagaimana bisa kamu … ke saya …” Felicia tak melanjutkan ucapannya.Apa benar perkataan Theo tadi? Pria itu menyukainya?“Apa kamu nggak peka?!” seru Theo, terlihata agak kesal. “Apa nggak tahu kalau perhatian yang selama ini saya tunjukkan itu bukti kalau saya suka sama kamu?”“Saya pikir kamu cuma tertarik sama tubuh saya,” ucap Felicia dengan suara pelan.Theo terlihat kaget dengan ucapan Felicia, setelah itu ia menghela napas.Theo mendekat pada Felicia, memeluk Felicia dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Felicia.Entah apa yang Theo lakukan, cukup lama Theo tidak mengangkat kepalanya, dan tiba-tiba Felicia merasakan pundaknya basah serta mendengar suara isak tangis.Astaga, jangan bilang Theo menangis?!Duh, kenapa ini? Apa gara-gara
Read more
Bab 33 - Trip to Bali
Sekitar delapan orang, termasuk anak magang, turut serta dalam liburan ke Bali. Selama dalam perjalanan, Felicia terus menatap Theo, tapi tak sekalipun Theo balas menatapnya.Sore ini matahari bersinar dengan indah. Sunset yang hangat menyelimuti pantai.Sekarang mereka semua sudah tiba di pantai dan bersiap untuk bermain. Felicia diam mengamati sambil menikmati angin laut yang berhembus dan menerbangkan helaian rambut panjangnya.“Kamu nggak bawa topi, Fel?”Suara berat terdengar. Tapi, bukan Theo, itu suara Marcell. Ya, manajer mereka ikut ketika mendengar kabar para karyawan dan anak magang akan liburan.“Bawa sih, tapi saya taruh di sana,” tunjuk Felicia ke sebuah meja.Posisi Felicia sedang berdiri di dekat bibir pantai. Ia ingin mencelupkan kakinya ke air pantai, tapi mungkin nanti. Sekarang masih ingin menikmati pemandangan.Felicia menatap Marcell yang berjalan menjauh darinya. Ia pikir Marcell hendak k
Read more
Bab 34 - ToD (Truth or Dare)
Felicia gugup untuk sesaat. Angin malam yang berhembus di pantai seketika menyadarkannya.Tidak langsung menjawab, Felicia berpikir sambil menunduk. Ditatapnya pasir pantai yang terhampar di bawah alas kaki.Jantung Felicia berdegup kencang, masih bingung bagaimana harus bicara. Terutama memikirkan kata-kata yang disusun untuk meminta maaf kepada Theo.Sepertinya kalau to the point alias langsung pada intinya tak apa ‘kan?Felicia mendongak, menatap dengan berani tepat ke mata Theo yang sedetikpun belum berpaling darinya.“Theo, saya minta maaf.” Felicia bicara dengan suara yang lembut, tapi ada nada penyesalan di sana.Theo memasang wajah datar, ia mengangkat alisnya tanpa berkata apa-apa, menunggu Felicia melanjutkan perkataannya.“Maaf kalau kamu sakit hati karena saya nggak bisa memberi kepastian setelah kamu mengungkapkan perasaan ke saya.”Felicia menunduk lagi, memainkan pasir pantai dengan
Read more
Bab 35 - Ciumanmu
Permainan berlanjut, dan Felicia merasa lega karena Theo tak lagi menatapnya.Namun, hati Felicia terasa berat karena kini melihat Sophia dan Theo semakin dekat. Felicia tak tahu ada apa dengan dirinya?Sophia tertawa lalu Theo tersenyum, para anak magang asyik mengobrol. Hati Felicia terusik melihat interaksi Theo dan Sophia. Mengapa Theo mau tersenyum saat bersama Sophia, tapi tidak saat bersamanya?‘Kenapa aku merasa begini?’ pikir Felicia.Suasana malam di villa terasa lebih hangat dari biasanya, meski angin pantai sesekali berhembus masuk melalui jendela yang terbuka. Namun, Felicia tidak merasa gembira.Di saat yang lain tertawa dan mengobrol, perhatian Felicia terus terfokus pada Theo dan Sophia.Sophia semakin dekat dengan Theo. Felicia memperhatikan bagaimana Sophia tertawa renyah, meletakkan tangan di lengan Theo dengan cara yang terlalu akrab untuk sekadar teman.Felicia merasa tidak nyaman, namun tak mampu mele
Read more
Bab 36 - Malam Panas Kedua
Felicia dan Theo masih berciuman, suhu tubuh mereka meningkat. Ciuman yang penuh emosi terjadi.Bibir mereka masih saling bertaut. Hembusan napas menderu. Dan, bisa Felicia rasakan kalau tangan Theo mengusap pinggangnya.Ketika mendengar suara lenguhan Felicia, Theo menarik diri dengan napas terengah."Bu Feli, kita nggak bisa begini," ucap Theo pelan tapi tegas. Meskipun suaranya terdengar aneh setelah ciuman tadi.Felicia mengerjap, seolah baru tersadar dari mimpi. Wajahnya memerah antara mabuk, malu, dan bingung.“M-maaf, The.” Felicia bicara lirih.Lalu, dengan tergesa Felicia bangkit dari tempat tidur. Ia berlari keluar dari kamar Theo.Felicia tiba di kamarnya, ia menutup pintu rapat-rapat dan merebahkan tubuh di atas kasur. Ia berusaha memejamkan mata, namun sulit.Sial! Malam ini Felicia yakin kalau ia akan sulit tidur. Bayangan ciuman tadi terus menghantui pikirannya. Hatinya mulai diliputi rasa bersalah da
Read more
Bab 37 - Setelah Malam Panas
Malam yang panas dan penuh gairah itu berlanjut.Di dalam kamar yang remang-remang, tubuh Theo dan Felicia bergerak seirama, mengikuti hasrat mereka yang tak tertahankan.“Feli …” bisik Theo dikuti erangan seksinya.“Theo …” Felicia menyahut dengan suara yang tak kalah seksi didengar oleh Theo.Nafas mereka saling bersahutan. Bibir mereka kembali bertemu untuk kesekian kalinya. Suara desahan dan erangan memenuhi ruangan, menambah intim suasana di antara mereka.Setiap sentuhan meninggalkan jejak panas seperti percikan api, mampu membakar gairah mereka.Felicia tak dapat mengendalikan dirinya lagi, setiap gerakan Theo seolah menambah percikan api dalam tubuhnya.Saat Theo menatapnya dalam-dalam dengan sorot mata yang dipenuhi kabut gairah, Felicia merasa berdebar sekaligus tak dapat menjuhkan pandangannya dari Theo.Hingga akhirnya, mereka mencapai puncak kenikmatan bersama, menahan teriakan
Read more
Bab 38 - Perhatiannya Membuat Bimbang
Felicia berdiri di pinggir sungai dengan jaket Theo yang melindungi tubuhnya dari pandangan orang lain. Hatinya berdebar tak karuan melihat perhatian yang diberikan oleh Theo.Ketika pandangan mereka bertemu, Felicia gugup ditatap intens oleh berondong itu. Tatapan Theo terasa menusuk hingga ke dalam hati."Makasih, Theo," ucap Felicia dengan suara lirih, mencoba menenangkan diri.Theo hanya tersenyum, lalu berkata, "Sama-sama, Feli. Nanti ganti baju jangan yang warna putih lagi.”“Uhm … oke.”Felicia mengangguk.“Theo!”Felicia dan Theo menoleh, datang sosok Sophia dengan baju yang juga basah.“Aku kedinginan, The. Kamu nggak mau pakaikan aku jaket juga?” tanya Sophia dengan ekspresi sok imut.“Jaket yang aku bawa cuma satu,” kata Theo, tak lagi tersenyum.Sophia cemberut lalu melirik ke jaket Theo yang Felicia kenakan. Hal itu membuat Felicia canggung,
Read more
Bab 39 - Sosok Ibu Tiri?
Felicia masih tertegun dengan hangatnya genggaman tangan besar Theo, melingkupi tangannya yang lebih kecil.Saat sesi foto berakhir, Felicia perlahan melepaskan genggamannya dan menarik napas dalam-dalam.“Mau lihat hasilnya!” seru Sophia.Semua orang mulai bergerak mendekati sang fotografer untuk melihat hasil foto mereka, termasuk Felicia. Dan, Felicia cemberut melihat hasilnya.Bagaimana tidak? Di hasil foto, wajah Felicia menampakkan raut kaget. Ini gara-gara Theo yang membuatnya terkejut dengan menggenggam tangannya! Tapi, untungnya tak terlihat di kamera kalau tangannya sedang digenggam oleh Theo, terhalang tubuh yang lain.“Haha, Fel! Mukamu kenapa begitu? Seperti terkejut melihat hantu,” tawa Diana.Felicia makin cemberut, ia pun menatap tajam ke arah Theo. Tapi, Theo malah tampak menahan tawa.Setelahnya, mereka kembali ke vila untuk bersiap-siap pergi belanja oleh-oleh. Malam ini adalah malam terakhir
Read more
Bab 40 - Diikuti?
Tatapan dingin Theo menusuk ibu tirinya yang berdiri di depannya. Felicia bisa merasakan ketegangan yang membesar di antara mereka.“Nggak perlu menyapa Papa juga bakal ketemu lagi,” kata Theo dengan suara tajam, tidak bisa menyembunyikan ketidaknyamanannya.Theo kembali menarik tangan Felicia. Baru saja hendak melangkah, tapi suara ibu tirinya kembali terdengar.“Kamu mau langsung pergi? Nggak sopan sekali sama Mamamu,” ujar ibu tiri Theo.Felicia menatap ibu tiri Theo yang tersenyum sinis. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres di antara Theo dan wanita itu.Theo terdiam sejenak, tak merespon wanita itu. Setelahnya, dengan wajah tegang ia menarik Felicia menjauh. Mereka berjalan cepat meninggalkan tempat itu, menyusuri keramaian pasar. Felicia bisa merasakan betapa kuatnya genggaman tangan Theo.Tanpa mereka sadari, ibu tiri Theo menyuruh salah satu bawahannya,“Selidiki wanita itu,” tunju
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status