Semua Bab Belahan Jiwa: Bab 31 - Bab 40
49 Bab
31. Undying Love (2)
Tiara mengedarkan pandang, memperhatikan semua perabot yang telah ia obrak-abrik. Hanya tempat tidur yang masih belum disentuh. Ia menghampiri tumpukan bantal, membaliknya satu demi satu. Dan ia menemukan satu kertas baru. Sepertinya itu surat terakhir yang ditulis Bapak. Kertasnya bahkan belum terlipat. Berbeda dengan surat-surat lain yang pendek, Tiara melihat surat yang panjang.Atik,Ternyata aku tidak sekuat yang kukira.Entah kenapa aku sakit-sakitan terus. Mungkin aku sudah tua.Atau mungkin aku lelah. Lelah menghitung setiap bangun di pagi hari adalah satu hari lagi yang harus aku lewati tanpa kamu.Aku berusaha tidak mengeluh.
Baca selengkapnya
32. Sepupu Jauh
Bapak disemayamkan di rumah duka. Tubuhnya telah selesai dimandikan. Dia mengenakan jas, terbaring damai di dalam peti dengan bibir tersenyum.Surat-surat Bapak, seluruh surat yang tak pernah dikirimnya, disertakan ke dalam peti matinya. “Berikanlah pada Ibu, Pak. Biarkan Ibu membacanya. Atau bacakan padanya di sana, agar Ibu bisa bercerita dengan bangga pada teman-temannya, bahwa cinta Bapak tidak mati walau dipisahkan maut.” Tiara memandang wajah Bapak untuk terakhir kali, lalu menutup wajah Bapak dengan sapu tangan renda.Malam kembang atau upacara penutupan peti akan dilaksanakan malam ini. Dalam tiga hari ini kenalan dan kerabat telah banyak yang datang melayat. Ruby dan Nikos telah menyatakan belasungkawa lewat panggilan video."Maaf gua gak bisa mendampingi
Baca selengkapnya
33. Intuisi Seorang Istri
Di perjalanan pulang, setelah menurunkan sang ibu mertua di rumahnya, Tristan mengemudi dengan Tantri di sampingnya. Keduanya tidak berbicara.Malam telah tua, langit hitam pekat.Tantri melongok ke luar jendela, menengadahkan kepala ke langit.“Menurut Ayah, malam ini akan hujan atau tidak?” Tantri memecah keheningan yang sejak tadi menyelubungi mereka.Pertanyaan itu, membuat Tristan seketika teringat ‘tebakan taruhan’ dengan Tiara, sehingga tanpa sadar ia menghela napas.Helaan napas itu halus, tetapi Tantri menangkapnya.“Kok sepertinya berat banget? Padahal cuma hujan, asal gak banjir gak apa-apa kan Yah?” Tantri menoleh padanya.
Baca selengkapnya
34. Pernikahan Adem Ayem
Tristan berbaring nyalang di tempat tidur. Tantri telah pulas di sampingnya. Ia bukan tidak merasakan tingkah aneh istrinya. Sepertinya dia mencurigai sesuatu. Tristan menelaah kembali pertemuan mereka dengan Tiara di rumah duka tadi siang. Ia merasa yakin tidak menunjukkan apa-apa yang patut dicurigai. Mungkin memang benar bahwa firasat seorang istri itu tajam. Mereka selalu tahu kalau suaminya menyembunyikan sesuatu, terutama jika sesuatu itu adalah wanita lain.Untungnya, besok ia tidak ada janji makan siang dengan Tiara. Jadi ia telah mengiyakan usulan Tantri, dan besok mereka akan makan siang bersama di kantin rumah sakit. Di kantin rumah sakit! Padahal biasanya ia selalu makan siang dengan Tiara di tempat-tempat berbeda, di resto atau cafe yang suasananya tenang.Ia memang telah tidak berkomunikasi denga
Baca selengkapnya
35. Inikah Bahagia?
Pertama kali bertemu Tantri dua puluh tahun yang lalu, Tristan juga sedang antre tiket nonton. Waktu itu belum ada order tiket online, jadi ketika sebuah film bagus diputar, penonton harus rela antre di bioskop. Kadang begitu sampai di hadapan petugas tiket, bangku di jam pertunjukkan yang diincar sudah habis sehingga harus memilih jam pertunjukkan berikutnya.Tristan melihat antrean panjang itu. Ia paling malas antre. Ia kesal, gara-gara Andri si tukang ngaret, mereka berangkat mepet. Padahal Jakarta di Jumat malam itu macetnya tobat, apalagi dibarengi gerimis. Sudah sampai sini setelah berjam-jam macet, ia tak mau sampai batal. Apalagi ini film box office.“Kita titip a
Baca selengkapnya
36. Hong Kong International Exhibition
Tidak ada waktu bagi Tiara untuk berlarut-larut dalam kesedihan karena kepergian Bapak. Hong Kong International Exhibition yang telah ia persiapkan sejak delapan bulan yang lalu tinggal seminggu lagi. Ini sebuah keuntungan, karena membuat fokusnya teralihkan, dan tidak memikirkan hal lain.  Perusahaan mereka akan mengirim tim yang terdiri dari lima belas orang, termasuk dirinya. Tim kreatif yang terdiri dari dua desainer, satu humas, manajer pemasaran dan empat orang tim operasional yang akan mengatur kurang lebih segala hal. Serta enam model, yang akan memeragakan dua puluh empat sepatu rancangan terbarunya untuk musim gugur tahun depan di catwalk. Tiara memiliki dua merek sepatu. Kira, adalah
Baca selengkapnya
37. Menyentuhmu
Pantai itu sangat sunyi. Hanya ada suara deburan ombak yang pecah, kemudian menjilat kaki telanjang mereka yang menapak di pasir putih halus, menghapus jejak-jejak panjang yang tertinggal.Hanya ada mereka berdua di situ. Matahari tidak terlalu terik, sehingga meskipun di udara terbuka, mereka tidak merasa panas. Sebaliknya, angin berembus sepoi-sepoi, membawa kesejukan. Pakaian mereka diterbangkan angin. Tristan mengenakan kemeja putih yang tidak sepenuhnya dikancingkan. Perutnya yang masih kencang dan rata mengintip dari kelepak kerah yang terbuka. Celana khakinya digulung hingga lutut, sehingga air yang menyapa pantai tidak membasahinya.Tiara juga mengenakan gaun putih dari bahan tipis, sehingga angin meniup gaunnya, membuatnya tampak bagai karakter sebuah dongeng. Rambutnya yang panjang tergerai, dan angi
Baca selengkapnya
38. Birthday Dinner
Makan malam ulang tahun Tiara akan ‘dirayakan’ di Blue Elephant, sebuah resto makanan Thai di mal paling megah di Jakarta Pusat. Selama lima belas tahun terakhir, baru kali ini Tiara merayakan ulang tahun dengan seorang laki-laki, hanya berdua.Meskipun hanya pernah satu kali jatuh cinta, ia bukan gadis ingusan yang tidak mengerti apa-apa.Tiara tidak pernah merasa dirinya cantik, tetapi ia yakin, Tristan juga tertarik padanya. Manusia mana yang akan bersedia menemuinya di resto-resto yang jauh. Di antara waktu praktik di dua rumah sakit, dengan kemacetan Jakarta di jam makan siang, jika dia tidak merasakan apa-apa. Untungnya pertemuan mereka selalu di tempat umum. Itu menjadi rem yang kuat. Nalar mereka masih berfungsi, sehingga mereka tidak terlena dan menyerah pada keinginan egois. 
Baca selengkapnya
39. Mengintai
Telah dua minggu Tantri melancarkan strategi untuk ‘mempertahankan’ suaminya dari godaan orang ketiga. Dimulai dengan meminta makan siang bersama yang diiyakan Tristan, mereka makan bersama di kantin rumah sakit. Hari berikutnya, ia membekali Tristan dengan ‘masakan yang dicoba dari resep baru’.“Yah, aku kemarin nemu resep yang kayaknya enak, jadi tadi pagi aku masak. Ini kamu bawa untuk bekal makan siang ya, nanti kamu nilai apakah masih enak kalau sudah dingin, atau harus disajikan panas-panas.” Ia menyodorkan serangkaian kotak makanan, yang diterima Tristan tanpa mengatakan apa-apa.Esok harinya lagi, “Yah, besok aku mau belanja bulanan. Kebetulan mau ke mal di daerah dekat rumah sakit. Nanti Ayah temani aku ya?&r
Baca selengkapnya
40. Meeting Online Tiga Sahabat
Malam setelah makan malam ulang tahun itu, Tiara tak bisa terpicing. Berjalan mondar-mandir di kamar, ia memikirkan  telepon Tantri waktu makan malam tadi. Apakah dia curiga? Kepala dan hatinya bertentangan. Kepalanya terus memerintah untuk melupakan. Sementara hatinya berbisik cinta tidaklah salah.Kalau sudah begini, yang bisa dijadikan tempat memuntahkan segalanya adalah grup "Ajang Curhat".Segera ia mengetik di grup.[Mayday. Mayday. Gawat. @Alana kita harus ketemu. Segera. ASAP.]Tiara terpaksa hanya mencolek Alana, karena hanya dia yang ada di Jakarta dan bisa diajak bertemu langsung. Sementara Ruby berjarak lima belas jam penerbangan di Yunani sana, sejak menikah dan mengi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status