Semua Bab Melawan Suamiku dan Selingkuhannya: Bab 21 - Bab 30
39 Bab
Milikku atau Miliknya?
Siella nyaris saja ambigu mengartikan ucapan dari Devan tersebut. Tanpa sadar, plakhhh. Siella menampar wajahnya untuk menyadarkan diri.Tamparan untuk dirinya sendiri tersebut membuat orang-orang yang ada di dekatnya tersebut kaget karena apa yang dilakukan oleh dirinya tersebut.“Siella? Kamu…, kenapa?” Devan bertanya karena merasa bingung dengan sikap dari Siella yang terbilang mendadak cukup aneh bagi dirinya tersebut.Langsung benar-benar salah tingkah Siella setelah Devan bertanya kepadanya. Jantungnya sama sekali tidak kompromi di saat seperti ini. Orang-orang yang bersama dengan Devan pun langsung mencoba menenangkan Siella.“Ma- Maafkan saya. Karena ini kali pertama saya datang ke sini langsung, rasanya sedikit takjub, dan juga kagum dalam satu waktu,” Siella berusaha tidak membuat dirinya menjadi kelihatan norak.“Ahahaha, santai saja. Kamu bisa bicara santai kalau di sini. Bicaralah secara formal saat kamu melakukan penawaran soal kerja,” ujar dari salah satu orang yang ber
Baca selengkapnya
Mempersempitnya Ruang Gerak
Siella merasa tidak bisa menyangkal ucapan dari Devan tersebut. Dan Siella memilih diam tidak menanggapinya, sebagai bentuk pembenaran saja atas sikapnya tersebut.Baik Devan atau Siella sekali pun, cukup menikmati bagaimana acara tersebut sedang berjalan. Tetapi, berbeda dengan Rifia dan juga Vano, acara ini berjalan tidak seperti yang mereka inginkan.Mereka berjalan berdua dengan perasaan campur aduk, menujuk ke belakang dari tempat tersebut sedang diadakan acaranya. Rasanya benar-benar tidak bisa dibayangkan kenapa bisa ada Siella di sana.“Apa kamu tidak bertanya kegiatannya hari ini?!” Rifia meninggikan suara, setelah memastikan tidak ada satu orang pun selain mereka berdua di sana.Rifia bahkan berbalik badan dengan kasar dan wajah yang masam sekali. Begitu kelihatan marah sampai Vano ikut kesal karena ekspresi wajah Rifia tersebut.“Ya mana aku tahu! Kamu yang memintaku tidak memanggilnya! Kalau saja aku memanggilnya tadi pagi untuk datang ke perusahaan, dia tidak mungkin bert
Baca selengkapnya
Tidak Bisa, Rifia
Papanya merespon dengan santai sekali ucapan dari Rifia. Dan itu membuat Rifia merasa tidak senang mendengarnya. Ia akhirnya kembali meyakinkan papanya mengenai keinginannya.“Aku ingin papa membuat bisnisnya hancur! Aku tidak suka dengannya!” pekiknya.Kedua alis papanya mengkerut mendengar ucapan dari Rifia. “Lho? Kenapa? Apa kamu kenal juga dengannya? Kamu diapakan?” tanya dari papanya.Kembali rasanya pikiran Rifia dibuat membeku seketika. Bagaimana dia akan menjelaskan kepada sang papa, bahwa dirinya meminta ini demi supaya Vano bisa maju lebih kedepan dari Devan sendiri.“Po- Pokoknya aku tidak mau dia berkembang begitu! Aku tidak suka papa!” Rifia berusaha memberikan alasan yang sekiranya tidak mencurigakan.Papanya terdiam mendengar ucapan dari Rifia. Sebagai seorang pengusaha, tentu saja papanya punya insting tersendiri atas apa yang harus dilakukan bila ada permintaan yang berkaitan dengan ini.&
Baca selengkapnya
Permintaan Tolong
Mendengar ucapan Rifia yang langsung muncul dari ponsel tersebut, membuat Devan dan Siella sama-sama saling tatap. Seperti mengerti maksud dari kedatangan seseorang yang tidak seharusnya tersebut.“Ya? Kenapa?” Siella berpura-pura dahulu.Tidak ada niatan benar-benar menolong dari diri Siella ini. ia hanya ingin tahu, apa keinginan dari Rifia yang mendadak sekali menghubunginya pada saat itu.(“Aku diminta membuat proposal, tapi aku tidak mengerti cara buatnya.”) Ucapan tersebut benar-benar kedengaran mengemis.“Proposal? Buat apa?” Siella memancing.(“Ya- Ya, untuk mengajukan permohonan kerjasama. Ada perusahaan yang ingin aku targetkan sebagai tujuanku,”) Rifia menghindari mengatakannya.Siella sudah merasa curiga. Sepertinya ada gerak-gerik yang ingin dilakukan Rifia di belakang Siella. Entah itu akan merugikannya atau tidak, Siella tidak akan ambil risiko, terlebih ia tidak tahu seberapa be
Baca selengkapnya
Keluar dari Pembahasan
Siella yang mendengarnya cukup kaget. Rifia membuat proposan untuk ke perusahaan papanya? Kenapa? Kan dia anaknya, seharusnya jalur orang dalam pun bisa dia lakukan dengan mudah kalau memang dia adalah anaknya.Emosi Siella mendadak mereda, tetapi berubah menjadi kebingungan yang berlebih, karena tidak paham, kenapa Rifia harus sampai seperti itu hanya untuk bisa bekerja sama dengan papa sendiri.“Ya sudah, kalau memang begitu, setor langsung saja,” Siella seketika merubah ekspresi wajahnya, menjadi tidak peduli sama sekali.Rifia yang sudah blak-blakan tersebut malah kaget mendengar respon dari Siella yang terkesan tidak peduli sama sekali. Bahkan seperti membiarkan saja dirinya lepas tanpa memberikan bantuan.Baru saja Siella beranjak dari tempatnya berdiri, hendak meninggalkan Rifia karena merasa tugasnya sudah cukup, dan tidak perlu di perpanjang lagi, Rifia mendadak meraih tangannya, menghentikan langkah dari Siella.“Tu- Tun
Baca selengkapnya
Membela Istri Sah
Siella sedikit mundur dari posisinya tersebut. Sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit, Siella merasa hampir seluruh rambutnya hilang dari atas sana.Benar-benar gila, ada wanita yang bahkan terobsesi dengan cara mengerikan seperti ini. Kalau Rifia benar-benar menganggap Siella tidak tahu, seharusnya dia bersikap lebih tenang dan biasa saja.Siella menoleh ke samping. Ia melihat Vano datang dengan napas terengah memandangi Rifia yang barusan melakukan sesuatu yang terbilang cukup tidak menyenangkan.“Apa yang kamu lakukan pada istriku?!” Vano membentak Rifia.Rifia yang semula emosi berat tersebut terkaget dengan Vano yang mendadak membentaknya tersebut. Ia pastinya tidak menyangka bahwa Vano akan meninggikan suara, dan tidak berusaha menenangkannya.Siella yang semula kesakitan pasca rambutnya ditarik tersebut, kini bisa menyeringai puas atas apa yang barusaja terjadi. Vano lebih memihaknya ketimbang Rifia.“Va- Vano?!” Rifia agak terkejut.Vano langsung mendekati Siella da
Baca selengkapnya
Bekerja Secara Profesional
Rasanya syok melihat kemunculan dari Devan yang ada di luar dari rencana Siella. Tidak sedikit pun Siella diberitahu bahwa Devan nantinya akan datang atau tidak.Devan melirik ke arah Siella. Bahkan dia memasang senyuman ramah tamah yang tidak muncul apabila hanya berdua saja dengan Siella. Dia kembali menjadi orang yang berbeda, dari yang dikenal oleh Siella sendiri.“Kamu tidak boleh begitu Vano. Siella sudah bekerja denganku sekarang,” ujar Devan, sambil tangannya memegang pundak Siella, menunjukkan ketegasannya.Siella melotot matanya melihat tindakan Devan. Matanya berpindah dari tangan Devan, lalu melihat wajahnya yang tanpa dosa tersebut melakukan hal tersebut.Vano yang melihat Devan dengan sembarangan menyentuh Siella tersebut, terasa terbakat oleh api cemburu. Rasanya isi pikirannya meronta ingin melawannya.“Tenang saja. Dia bekerja denganku secara profesional. Jadi, bukankah kamu harus begitu juga?” tanya dari De
Baca selengkapnya
Masih Tetap Menyebalkan
Degup jantung Siella terasa mau berhenti setelah mendengar ucapan dari Devan barusan. Kenapa dan ada apa? Aneh sekali respon dari Devan yang membuat Siella jadi merasa salah paham dengan cara bicaranya.“Kenapa? Bersikap ramah itu kan bagus,” Siella memberikan pembelaannya.Pintu lift terbuka, sampai di lantai tempat mereka akan turun. Devan memberikan jawabannya, sembari keluar dari dalam lift tersebut.“Kamu jadi kelihatan ganjen dan tepar pesona.”Singkat, padat, jelas, dan membuat Siella merasa tersinggung. Siella sampai tidak berpindah dari posisinya karena merasa kaget dengan apa yang barusan dikatakan oleh Devan.“A- Ap, Tunggu!” Siella merasa kesal.Ia keluar mengikuti kemana perginya Devan dengan langkah yang terasa tidak menyenangkan tersebut. Orang ini benar-benar pintar membuat orang lain tersinggung dan pastinya sakit hati dengan cara bicaranya.Siella mengejar Devan yang berjalan cukup
Baca selengkapnya
Ide Usil Mereka
Seperti yang Siella duga lagi, bahkan, Pak Romi tidak berusaha untuk menyembunyikan keinginannya itu. Yang berarti, Rifia membicarakan perihal keinginannya untuk melawan perusahaan Devan.“Tidak masalah. Selama hasilnya itu tetap dinilai dari apa yang kami bawa, dan bukan karena hubungan keluarga.”Siella sedikit menyindiri apabila ayah Rifia ini berusaha memilih sang anak dengan keadaan karena statusnya saja. Mendengar itu membuat pak Romi sedikit kaget. Ia menyadari maksud dari Siella.“Hahaha. Kamu benar-benar sangat teliti, ya,” pujinya.“Tentu saja. Saya meyakini bahwa bisnis tidak ada hubungannya dengan keluarga. Berkeluarga dalam bisnis tidak selamanya menguntungkan. Bahkan, bisa merugikan ke titik yang paling besar sekalipun,” ujar Siella.Pak Romi yang mendengar bagaimana prinsip Siella merasa sedikit takjub pastinya. Karena jelas tidak ada orang yang bisa bekerja seperti itu.Biasanya perusahaan
Baca selengkapnya
Di Bawah Ranjang
Siella panik seketika setelah membaca pesan dari Devan tersebut. Rasanya sekujur tubuhnya sempat berhenti karena dia sama sekali tidak memikirkan bahwa mereka akan benar-benar datang sekarang ini.Panik! Siella yang kebingungan hanya melangkah ke segala arah, memikirkan dimana sekiranya ia bisa bersembunyi saat ini. Hingga akhirnya dia merasa tidak dapat menemukan apa pun, dan memilih segera masuk ke dalam kolong kasur Vano pada saat itu.Ia segera mensenyapkan ponselnya, tetapi masih terhubung dengan Devan yang ada di seberang telpon tersebut. Mulutnya benar-benar ia tutup rapat-rapat. Tidak boleh sedikit pun dirinya bersuara.“Kamu jangan begitu lagi. Aku tidak suka kamu lebih membela Siella daripada aku,” Suara dari Rifia yang merengek tersebut benar-benar membuat Siella tidak senang.“Tentu saja sayang. Maaf ya. Aku tidak berpikir jernih pada saat itu. Karena di depan umum, aku masih harus menjaga citra diriku. Apalagi Siella masih i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status