All Chapters of Pendekar Pusaka Gurun Gobi: Chapter 21 - Chapter 30
69 Chapters
Gadis Bercadar Hijau
“Tidak, aku bukan pelakunya!” Long Wan terbata-bata. Sebagai lelaki dewasa, ia sudah bisa menduga apa yang terjadi kepada sumoinya. Akan tetapi, sedikitpun Long Wan tidak pernah menyangka bahwa tuduhan keji itu akan diarahkan terhadapnya.“Long Wan, aku akan memaafkanmu, asalkan kamu mengakui semuanya. Percayalah aku juga mencintaimu!” dengan berlinangan air mata Lin Lin memelas di kaki Long Wan. “Biadab, jahanam, aku akan membunuhmu!” Tianba berusaha bangkit, hatinya benar-benar dilanda api cemburu.Mengetahui Lin Lin sudah dinodai saja ia benar-benar merasa gila, apalagi sekarang dia mendengar sendiri dari mulut Lin Lin bahwa tunangannya itu mencintai Long Wan, lelaki yang sudah dituduh telah melakukan perbuatan terkutuk kepada Lin Lin.“Long Wan, kamu harus dibawa kepengadilan untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatanmu!” Dewa Pedang menodongkan senjatanya kepada Long wan. “Tapi aku tidak melakukannya!” kilah Long Wan.Lin Lin mendekati Long Wan, wajahnya terlihat semakin puca
Read more
Ternyata Dia!
“Siapa kamu?” kedua mata Lin Lin mendelik tajam. “Yang jelas, aku bukan wanita bodoh seperti dirimu!” jawab gadis bercadar tadi, tanpa menghiraukan Lin Lin ia menghampiri Long Wan dan memeriksa semua luka di tubuh pemuda itu.“Kamu lebih bodoh, menyerahkan nyawa kepada wanita seperti dia!” bisiknya. Long Wan mengangkat wajahnya, pandangan keduanya beradu. “Kamu ..” rintih Long Wan, namun ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya sebab tubuhnya ambruk, lemas karena kehilangan banyak darah.Melihat kemesraan keduanya, amarah Lin Lin tidak terbendung lagi. “Wanita iblis, aku akan membunuhmu!” emosi Lin Lin tersulut karena hatinya terbakar oleh api cemburu. Tadi matanya melihat Long Wan terpesona menatap gadis misterius itu, padahal wajahnya ditutup cadar.“Wut!” Lin Lin menerjang, serangannya sangat ganas karena dilapisi oleh amarah. Dua gadis itu bertempur dengan sangat hebat, akan tetapi terlihat jelas perbedaannya. Si gadis bercadar hijau tampak lebih lihai. Dia dengan mudah menghindari
Read more
Gadis Malang
Li Mei memapah Long Wan, mereka berdua berjalan meninggalkan kuil tua di ujung desa. Kepergian mereka diiringi tatapan kebencian Lin Lin. “Kalian berdua harus mati di tanganku!” ucap Lin Lin sambil mengepalkan tinjunya.“Nak, mari kita pulang!” ajak Dewa Pedang, namun Lin Lin mengacuhkannya. Ia tidak bergeming seperti batu karang yang tetap berdiri kokoh walaupun dihantam gelombang ombak. Dewa Pedang melirik ke arah Tianba, dia berharap muridnya mau menenangkan amarah tunangannya.Akan tetapi sayang, Tianba berpaling begitu saja dan meninggalkan kuil dengan wajah yang penuh amarah dan kekecewaan. Bagi dirinya, sekarang Lin Lin sudah tidak berarti lagi, mana mungkin ia melanjutkan rencana perjodohan sedangkan kesucian Lin Lin yang selama ini ia idam-idamkan sudah direnggut oleh orang lain.Dewa Pedang menarik napas panjang, ia mengerti akan kekecewaan muridnya. “Kalian awasi nona Kwe Lin, jika amarahnya reda segera ajak pulang ke rumah!” titah Dewa Pedang kepada para pengawal setia Tua
Read more
Penasaran
Kedua mata Li Mei terbelalak saat melihat kalung giok naga hijau yang dipakai Long Wan “Dari mana kamu mendapatkan kalung itu?” tanya Li Mei “Entahlah, aku sudah memakainya sejak masih kecil!” jawab Long Wan, ia cukup terkejut karena ketahuan memakai kalung naga hijau padahal sesuai perintah Tabib Lo dirinya harus merahasiakan kalung misterius tersebut.“Aduh!” Long Wan memegangi perutnya yang tersu mengeluarkan darah akibat ditusuk pedang Lin Lin, dengan cekatan Li Mei memeriksa luka di perut Long Wan. “Aih geli!” Long Wan menggelinjang saat tangan halus Li Mei menyentuh perutnya.“Diam, kalau tidak segera diobati kamu akan kehabisan darah!” kata Li Mei sambil mengeluarkan serbuk obat dan menaburkannya pada luka Long Wan. Dengan sekuat tenaga Long Wan menahan rasa perih akibat reaksi obat Li Mei. “Kaya anak kecil saja!” Li Mei menyentil luka Long Wan, sontak saja pemuda itu berteriak kesakitan.“Cengeng kaya anak kecil saja!” Li Mei tertawa renyah dan memperlihatkan deretan giginya y
Read more
Hati Yang Terusik
“Apapun yang terjadi hari ini, kita tetaplah musuh. Aku akan sangat membencimu jika kamu melupakan dendam tentang kematiangurumu!” mendengar ucapan Li Mei, pemuda itu menarik napas panjang. Tentu saja ia masih menaruh dendam terhadap Mo Ong dan kawan-kawannya, akan tetapi kepada Li Mei? Sejak pertemuan pertama gadis itu sudah membuatnya terpana.“Kenapa diam?” tanya Li Mei “Entahlah, aku masih bingung bagaimana caranya agar sumoi percaya!” Long Wan berusaha mengalihkan pembicaraan. “Menurutku, untuk sementara ini kamu jangan dulu menemuinya. Biarkan amarah dan dendam memicunya untuk berlatih ilmu silat yang lebih baik lagi, tadi aku melihatmu melemparkan sebuah kitab. Kalau boleh tahu, apa isinya?”“Isinya sebuah jurus yang diwariskan oleh mendiang guruku!” jawab Long Wan singkat, kalaulah bukan kepada Li Mei tentu ia tidak akan mengatakannya. “Hmm, pantas saja kamu juga memiliki perkembangan. Namun sayang tadi hampir mati konyol di tangan adik seperguruanmu!” Li Mei tersenyum kecil,
Read more
Berpisah
“JIka orang dinamakan Zhi Rui itu berkhianat dan lari ke dunia hitam, tentu aku mengenalnya!” ucap Li Mei, ia mengesampingkan rasa penasaran terhadap Long Wan. “Entahlah, suhu sendiri tidak menceritakan lebih jauh kemana perginya dia setelah berkhianat.“Begini saja, tunjukan padaku bagaimana kehebatan Jurus Menghalau Badai!. Jika suatu hari aku bertemu dengan orang yang menggunakan jurus tersebut, maka aku akan menyelidikinya siapa tahu dia adalah pelaku yang sudah membuat kehidupan adik seperguruanmu hancur. Dengan begitu namamu akan bersih kembali!”Long Wan tersenyum, gadis bengal yang seharusnya menjadi musuhnya itu ternyata memiliki perasaan yang lembut. Terbukti ia sudah menolongnya, rela terlibat difitnah dan sekarang dengan tangan terbuka ingin membantu memecahkan masalahnya.“Kenapa malah senyam-senyum sendiri?” Li Mei mengerutkan keningnya. “Mm, anu tidak. Cuma dalam kondisi seperti ini mana mungkin aku dapat memainkan jurus tersebut” Long Wan sedikit gelagapan. “Ya sudah,
Read more
Nenek Tua di Dasar Jurang
“Wush!” tubuh Lin Lin meluncur dengan kecepatan tinggi. Siapapun akan menyangka gadis itu pasti tewas, sebab jurang tersebut sangat dalam dan curam. Saking dalamnya, dasar jurang tidak kelihatan karena tertutup kabut tipis yang sangat dingin.Dalam keadaan setengah sadar, satu-persatu wajah yang sangat ia kenal berkelebat dalam benaknya. Mula-mula wajah kedua orang tuanya yang terlihat sedih, kemudian wajah mendiang gurunya yaitu Pendeta To, kemudian wajah calon tunangannya, dan yang terakhir bayangan Long Wan dan Li Mei.Ketika membayangkan wajah Long Wan dan Limei, entah mengapa mereka berdua seperti menertawakan dirinya. “Kalian berdua harus mati di tanganku!” guman Lin Lin, amarah dan dendam terasa menyesakkan dadanya. “Jika aku yang mati, maka rohku akan terus menghantui kalian berdua!” air mata Lin Lin menetes, seperti cairan embun yang turun di saat pagi hari. Tidak lama kemudian pandangan mata Lin Lin terasa gelap, ia tidak sadar tubuhnya menembus kabut tebal di dasar jurang.
Read more
Menjadi Murid Dewi Maut
“Anakku, selama demam kamu mengigau dan menyebut-nyebut nama Long Wan, siapakah dia?” tanya si nenek sambil menatap tajam ke arah Lin Lin. Mendengar nama suhengnya disebut, kontan saja Lin Lin menangis tersedu-sedu. Bayangan kejadian terkutuk itu berkelebat lagi dalam benaknya. Bagimana hatinya tidak merasa sakit, malam itu Long Wan bergitu bergairah mempermainkannya hingga ia kehilangan mahkota yang paling berharga dalam hidupnya.Akan tetapi sungguh disesalkan, paginya pemuda itu menghilang dan ketika muncul lagi tidak mau mengakui perbuatannya. Dan yang paling membuatnya benar-benar kecewa, tiba-tiba datang Li Mei membantu Long Wan, bahkan di hadapan semua orang gadis itu mengaku telah hamil oleh bekas suhengnya itu.“Dia harus mati di tanganku!” suara Lin Lin terdengar menyeramkan “Hmm, katakan apa yang sebenarnya terjadi sehingga kamu nekad ingin bunuh diri?” tanya si nenek lagi, dia semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh keadaan Lin Lin.Dengan terisak, Lin Lin mencer
Read more
Perkumpulan Jiang Shi
Walaupun hari masih siang, namun langit terlihat gelap. Berkali-kali kilat menyambar diikuti oleh suara guntur yang memekakan telinga. “Wush!” angin berhembus dengan kencang menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di atas tanah.“Anak-anak ayo pulang, sebentar lagi akan turun hujan!” teriak seorang petani, ia segera meletakan gagang cangkul di pundaknya kemudian berlari ke arah anak-anaknya yang sedang mencari ikan di pinggir kali. Kedua anaknya saling pandang “Bagaimana kak, kita baru mendapatkan satu ekor?” “Tidak apa-apa, daripada dimarahin bapak!” jawab kakaknya, baru saja ia mengucapkan kata-kata barusan kilat kembali menyambar dan membuat keduanya berteriak ketakutan lalu berhamburan ke arah ayahnya.Dengan tergesa-gesa mereka bertiga segera pergi meninggalkan tempat itu. Di bawah pohon yang cukup rindang, Long Wan hanya tersenyum menyaksikan adegan ayah dan kedua anaknya tadi. batinnya tersenyuh, sebab ia sendiri tidak banyak merasakan kasih sayang dari orang tua. Mereka b
Read more
Tiga Bayangan
“Maaf paman, sebenarnya apa yang terjadi di kampung ini?” tanya Long Wan sambil menyerahkan beberapa keping uang perak untuk membayar makanannya. Si pelayan tadi mengerutkan keningnya, kemudian memperhatikan Long Wan dari ujung kepala hingga kaki. “Sepertinya tuan muda berasal dari tempat yang jauh” kata si pelayan, kemudian ia mendekati Long Wan. “Betul paman, saya sedang dalam perjalanan menuju utara. Siang ini sengaja mampir ke kampung ini untuk beristirahat serta mencari makan siang!” kata Long Wan sambil menunjukan buntalan berisi pakaian kotor, hal itu sengaja ia lakukan agar pelayan tadi mempercayainya. “Begini nak!” kata si pelayan, wajahnya menoleh ke arah kiri-kanan seperti takut ketahuan. “Kampung ini sedang diteror oleh perkumpulan Jiang Shi. Setiap bulan purnama mereka meminta tumbal gadis cantik. Kalau permintaannya ditolak, maka Jiang Shi akan membunuh kami dengan cara yang sangat kejam!” si pelayan tadi menarik napas panjang. “Konon, pemimpin mereka adalah iblis pen
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status