All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 31 - Chapter 40
41 Chapters
Chapter 31
Hari-hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa kandungan Tania sudah menginjak usia empat bulan. Semalam Darren sudah berkonsultasi dengan dokter Raisa, dan pagi ini dia pulang ke kota tempat istrinya tinggal. "Aku harus meninggalkan Nadia lagi. Tapi nggak papa, ada banyak bodyguardku di sini. Lagi pula ... sekarang Renaldy sudah taubat, dia sudah punya pacar dan tidak lagi mengganggu Nadia, malah aku sering minta tolong agar dia menjaga Nadia saat aku sibuk. Huh ... baguslah, aku tidak sekhawatir dulu. Nadia pasti baik-baik, dia juga sudah bisa beladiri," gumam Darren sambil mengetuk-ngetukka jemarinya di meja kerjanya.Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi netranya belum bisa terpejam. Mengecek pekerjaan sudah selesai dari jam sembilan, kini pikirannya malah tidak tenang karena akan meninggalkan Nadia.Tatapan elang itu menyorot jauh ke depan, selalu ada banyak pertimbangan saat akan meninggakan Nadia. Apalagi kali ini dia harus menginap di ru
Read more
Chapter 32
Siang ini Darren terbangun dan langsung menuju rumah sakit bersama Tania. Dokter Raisa sengaja menyiapkan waktu khusus untuk Darren setelah pasien-pasiennya pulang."Maaf sudah merepotkan, Dok," kata Darren yang saat ini duduk di ruangan Dokter Raisa."Tidak, Pak Darren. Sudah tugas saya selaku dokter kandungan Ibu Tania.""Baik, Dok," jawab Darren sambil mengangguk ramah, tidak sabar rasanya mendapatkan hasil tes DNA-nya.Kemarin dia dan Dokter Raisa sudah berkonsultasi lewat telepon, Dokter Raisa sudah menjelaskan prosedur dan resikonya. Namun, karena sudah diambang batas kesabaran, Darren langsung mengiyakan dan mau memberikan persetujuan tertulis yang dia bawa hari ini.Dokter Raisa memandu Tania ke ranjang untuk dilakukan USG guna mengetahui posisi cairan amnion atau air ketuban dan posisi janin. "Untung aku masih berbaik hati memikirkan kandunganmu, Tan. Saat Dokter Raisa menawarkan pakai metode CVS atau Amniocen
Read more
Chapter 33
Malam ini Darren masih asyik dengan secangkir kopinya di teras, pria itu menatap lurus ke halaman luas tanpa peduli udara dingin yang terus menusuk kulitnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi dirinya masih enggan beranjak masuk.Sebelum memastikan Tania benar-benar tidur, dia tidak akan masuk kamar. "Kenapa belum tidur, Kak? Memangnya Kak Tania nggak cerewet kamu masih di luar?" tanya Nadia dari seberang telepon. Darren menekan earphone agar suara adik iparnya terdengar jelas. Setelah berkali-kali memaksa Nadia untuk bertelepon, akhirnya gadis itu setuju. Darren takut mengantuk meskipun sudah meminum kopi. Ayah mertuanya sedang masuk angin dan tidak bisa mengobrol di teras. Jadi, pria itu berinisiatif menghubungi Nadia. "Nggak, tenang saja," jawab Darren singkat.Hanya sepenggal kata yang dia ucapkan dari tadi, khawatir ada seseorang yang mendengar suaranya. Dia berhati-hati dalam memilih kalimat, janga
Read more
Chapter 34
"Jangan dekat-dekat, Mas. A-aku benar-benar nggak nyaman saat ini. Eum ... aku minta tolong buatkan jahe hangat saja," kata Tania dengan suara bergetar.Darren mengangguk, mengalah meskipun ingin sekali menangkap basah wanita itu. Langkahnya menuju dapur dan membuat secangkir teh hangat, kemudian segera membawa ke kamar.Di sana pria itu mendapati Tania sudah duduk bersandar di dipan dengan mengenakan pakaian lengkap, Darren segera mengangsurkan cangkir yang dibawanya kemudian langsung berbaring."Makasih, Mas," ucap Tania.Darren melirik sekilas, bibirnya mengulas senyum tipis dan lantas mengangguk."Aku tidur duluan, Tan. Besok pagi aku harus balik ke Jakarta, Jacob bilang investor dari Singapura mau datang.""Besok jam berapa, Mas? Biar aku siapkan bekal dan sarapannya," sahut Tania dengan enteng.Pria dalam balutan kaos oblong itu tertawa dalam hatinya. Kini Tania sudah tidak menahan kepergiannya, padahal biasanya se
Read more
Chapter 35
Darren menarik tangan Tania untuk masuk ke dalam unitnya, ia lantas menutup pintu dengan kencang. "Ada apa, Mas? Kamu terpaksa, ya? Kok kasar?" tanya Tania dengan raut bingung. "Eum, enggak." Darren melirik ke arah pintu, sambil berpikir keras bagaimana caranya agar Tania tidak curiga. "Kamu istirahat dulu, Tan, di kamar. Pasti capek habis perjalanan jauh." Wanita itu mengangguk. "Iya, sih, Mas. Aku capek banget. Ya sudah, aku mau tidur saja. Nanti tolong bangunkan jam empat, ya." Darren hanya mengangguk melihat Tania berjalan menuju kamar, detik berikutnya terdengar suara ketukan pintu yang sontak membuat Tania kembali membalik badan. "Ada tamu, Mas?" tanya wanita itu. "Mungkin staf. Biasanya 'kan memang ada pengecekan rutin. Kamu langsung masuk kamar saja, biar aku yang urus," jawab Darren, degup jantungnya berdebar tidak karuan. "Baiklah." Pria itu masih tidak bergeming, berdiri terpaku memastikan Tania benar-benar masuk kamar. Hingga suara ketukan kembali terdengar, memb
Read more
Chapter 36
"Bu, sudahlah. Yang penting ayah sudah ada ada di sini, aku malu sama Mas Darren kalau kalian bertengkar," bisik Tania.Mella mengangguk dan lantas melenggang pergi masuk ke dalam kamar tamu, meninggalkan tiga orang itu yang masih berdiri di sana."Masuklah, Ayah. Istirahat dulu saja di kamar tamu, atau mau minum kopi?" tawar Darren."Tidak perlu, Nak Darren. Ayah sudah ngopi, sekarang mau tidur saja biar nanti malam nggak capek," sahut Toni yang sontak membuat Kening Tania mengernyit."Ayah nanti malam mau ke mana?""Ada pertemuan dengan Pak Arif, sekalian mengajak Ibumu biar nggak curiga terus."Tania mengulum senyum sambil menggigit bibir bawahnya. Itu artinya, nanti malam ia punya waktu berdua bersama Darren."Syukurlah, aku nggak kesepian. Malam nanti Raka lembur sama Kakeknya, jadi aku bisa sama Mas Darren," batin wanita dalam balutan baju tidur itu.Tania memutuskan masuk kamar Darren, ia ingin mengistirahatkan tubuhnya. Mungkin saja nanti malam ia akan melayani suaminya, tentu
Read more
Chapter 37
"Ada apa, ya? Kalian nggak sopan banget gedor-gedor pintu!" "Arabella? Ngapain kamu di sini?" tanya Tania pada wanita pemilik wajah mungil itu, yang tak lain adalah kekasih Renaldy.Tania mengenal Arabella dengan baik karena Renaldy sempat menjalin hubungan lama dengan wanita itu, tetapi sempat putus selama beberapa bulan. Ara pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi sebagai desainer, keduanya terpaksa putus karena tidak kuat harus menjalani LDR.Kini keduanya kembali menjalin kasih setelah Arabella selesai dengan pendidikannya dan Renaldy juga sudah dipercaya untuk meneruskan perusahaan keluarganya."Saya menyewa apartemen Pak Darren, kebetulan saya sudah dua bulan ini pulang ke Indonesia. Sambil mengurus pernikahan, saya sementara tinggal di sini," jelas Ara.Netra coklatnya menatap bergantian Mella dan Tania, detik berikutnya Renaldy muncul dari belakang tubuhnya dan langsung memeluk pinggang mungil itu."Siapa tamunya?" bisik Renaldy."Istrinya Pak Darren, Sayang. Aku kira si
Read more
Chapter 38
"Kami pulang dulu, Nad," ucap Ara sambil tersenyum manis.Renaldy sudah keluar unit sedari tadi setelah kepergian Mella dan Tania, sementara Ara masih harus mengajari Nadia beberapa pola baju."Terima kasih banyak, Bu." Nadia setengah membungkukkan badan, merasa berhutang budi karena Renaldy dan Ara telah menyelamatkannya."Sudah tugas kami untuk memastikanmu baik-baik saja, Nad. Darren sudah meminta kepada kami untuk menjagamu, jadi ini memang sudah kewajiban kami," jelas Ara yang membuat Nadia mengerutkan kening bingung.Gadis itu hendak meminta penjelasan, tetapi tidak jadi lantaran merasa segan. Ara harus segera pergi, ia tidak enak kalau terlalu banyak tanya.Setelah kepergian Ara, Nadia kembali masuk kamar. Pikirannya berisik sekali, berusaha mencerna ucapan Ara barusan."Kenapa sikap Kak Darren padaku terkesan berlebihan, ya? Padahal dulu dia nggak seperti ini, tapi sekarang posesif banget," gumam Nadia.Layaknya perhatian yang ditujukan kepada seorang kekasih, seperti itulah y
Read more
Chapter 39
Hari demi hari berlalu, tetapi hubungan Darren dan Nadia semakin menjauh. Nadia berangkat pagi-pagi ke butik, sore hari gadis itu akan langsung ke kelas bela diri. Malam hari ia tidak pernah keluar, ia sibuk mengurusi pesanan online-nya.Darren sudah mengirimkan pesan untuk makan bersama, atau sekadar mampir ke unitnya. Namun, Nadia tidak merespon sama sekali. Bahkan sudah dua minggu pesannya tidak dibalas oleh Nadia."Dia ini sebenarnya kenapa? Nggak mungkin PMS lama banget sampai dua minggu, kalaupun marah ... sebelumnya juga tetep kirim makanan. Ini malah mengurung diri terus, aku sampai nggak tahu keadaannya gimana!" desis Darren.Pria itu tidak bisa fokus, bahkan ia meminta Jacob untuk mengubah jadwal meetingnya. Memikirkan Nadia sangat memeras otak.Netranya melirik jam yang terpajang di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Darren segera meraih kunci mobil dan beranjak keluar, makan siang bersama Nadia harus berhasil kali ini!"Apa mungkin dia bad mood karena
Read more
Chapter 40 || Hanya Manusia Biasa
Kedua tangannya terkepal erat, ponsel canggih itu sudah terlepas dari genggaman dan jatuh ke lantai."Bukan anakku," bisik Darren.Degup jantungnya berdetak lebih kencang, tangannya segera meraih kunci mobil dan melaju menuju salah satu club. Hari masih terang, tetapi di dalam club itu sudah banyak menawarkan kesenangan.Dua botol kaca datang beserta camilan, tetapi Darren hanya fokus pada cairan wine mahal yang ada di dalam botol tersebut.Salah satu staf membukakan botol, tanpa menuangkan ke dalam gelas, Darren langsung meminumnya."Aaargh ...!" teriaknya seraya melempar botol wine yang sudah kosong.Kelopak matanya terpejam, ia tak lagi peduli dengan penampilannya yang sudah berantakan. Yang penting sakit hatinya dapat dikeluarkan.Darren mengingat baik-baik wajah Tania, wajah polos yang telah mengkhianatinya bersama pria lain.Tubuh yang dulu selalu ia jaga, kini malah mengandung janin dari pria lain. Siapa yang tidak sakit hati?"Tambah lagi," bisik Darren.Deru napasnya naik tur
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status