Share

61. Pucat Seperti Mayat

'Gimana kalau aku mau lebih? Ya, lebih dari sekedar seorang Kakak bagi Cia! Apa bisa?!'

Otak Kevan berkelana memikirkan Ciara. Dia terpaku menatap Felicia.

"Kamu kenapa, Van? Kamu nggak suka?"

Kevan segera mengubah ekspresi wajah. "Bukan itu, Nyonya," sanggah Kevan. " Saya kaget. Makasih udah percaya saya, Nyonya, Tuan."

Felicia membalas Kevan dengan senyum. Mereka kembali diam.

Percakapan singkat itu berkesan hangat di hati Kevan. Dia kembali berjongkok tidak jauh dari kedua majikannya.

Hening. Waktu berlalu dan tidak satupun dari mereka yang bicara. Sesekali, mereka menoleh ke pintu ruang operasi. Semua orang berharap pintu itu terbuka dan memberikan mereka kabar baik.

Bima datang seorang diri. Dia membawa beberapa kantung dari kertas yang berisi beberapa roti.

"Van!" panggil Bima sembari berjongkok. "Pegang, nih!"

"Ini apaan?" tanya Kevan.

"Di dalamnya roti isi daging buat kita berdua." Bima kembali menyodorkan kantong lainnya. "Ini kopi kita. Pegang juga! Aku mau kasih sandwich
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status