Share

Candu Cinta Bos Mafia
Candu Cinta Bos Mafia
Penulis: Sayap Ikarus

1. Joanna dalam Kotak Pandora

"Ini deh kayaknya ruang ganti model," Ann menguak daun pintu ruangan besar di depannya. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai model di acara sekelas Victoria Secret di negaranya bernama Queen's Diary. Ann bertugas untuk memperagakan gaun tidur dan pakaian dalam di depan para member eksklusif setiap minggunya dan kini ia tengah kebingungan mencari ruang ganti.

"Who are you?" tegur sebuah suara dingin sekali, membuat Ann membeku sementara di tempatnya berdiri.

Ann menoleh arah sumber suara dan ditemukannya wajah garang setampan dewa menatap tak berkedip padanya. Sejenak Ann tertegun, kediaman merebak. Sosok lelaki yang tengah duduk itu tak melepas Ann dari pantauan matanya yang tajam. Ia menatap curiga pada Ann, menelitinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Hingga kedua sorot mata indah itu bertemu, untuk pertama kalinya.

"Ah, sorry, sini bukannya ruang ganti model ya? Tadi aku dikasih tau staf kalau katanya ada di lantai 7," jawab Ann meringis cantik.

"Bukan," jawab sosok tampan ini ketus, masa bodoh.

"Terus di mana dong? Demi apa aku udah muter-muter belom ketemu juga nih," keluh Ann main ngeloyor masuk tanpa meminta ijin pada si tampan. Ia itarkan pandangannya ke seisi ruangan.

"Ini ruanganku, silakan kamu tanya ke staf di luar," usir si tampan masih dengan kata yang wajar, tidak menghardik atau berteriak meski ekspresi wajahnya sangat tidak bersahabat.

Ann terdiam sejenak. Ia amati lagi sekeliling ruangan. Untuk bisa dikatakan sebagai ruang ganti model, ruangan ini memang tidak cocok sama sekali. Tidak ada cermin besar ataupun lemari pakaian untuk baju ganti para model.

"Jadi beneran aku yang salah ruangan ya Mas?" tukas Ann sok akrab.

Si tampan menggedikkan bahunya tak acuh. Ia justru sibuk meneguk minuman sodanya lagi, lantas menyilangkan kedua kakinya sangat santai, seperti tak ada Ann di sana. Benar-benar tak acuh meski beberapa kali ia terlihat melirik Ann diam-diam.

"Boleh numpang ganti baju di sini nggak?" tanya Ann berani.

Si tampan menoleh cepat, matanya sedikit membulat. Sedangkan Ann meringis lagi-lagi, langkah yang cukup berani dan nekad untuk meminta ijin pada lelaki asing yang belum ia kenal seperti ini.

"Di sini bukan ruang ganti baju," gumam si tampan sedingin salju di kutub utara.

"Iya, tapi aku udah hampir telat nih Mas. Nggak pa-pa ya. Itu kamar mandi kan?" Ann menunjuk satu ruangan kecil di sudut kanan ruangan. "Numpang ya Mas ya," katanya ngeloyor masuk tanpa menunggu jawaban lelaki tampan yang seperti tak memiliki urat senyum di wajahnya itu.

Terdengar si tampan menghela napas panjang, tapi Ann tak peduli dan ngeloyor masuk ke dalam kamar mandi seenaknya. Ia sudah sangat terlambat dan tidak mungkin ia pergi mencari ruangan lain dan nyasar lagi.

"Ganteng banget sih, tapi kayak nyimpen emas di mulutnya, nggak bisa senyum takut emasnya tumpah!" gumam Ann bermonolog, sambil sibuk memperbaiki riasannya. "Semangat Ann! Ini hari pertama dan nggak boleh gagal!" ujarnya menyemangati diri sendiri.

Usai memastikan semuanya siap, Ann keluar dari kamar mandi. Si tampan masih duduk tenang di sofanya, meneguk minuman bersodanya, tak peduli jika di ruangan itu ada sosok cantik menggoda yang asing.

"Makasih ya Mas," ucap Ann tulus.

Si tampan tampak melirik sebentar, mencuri pandang pada tubuh Ann yang seksi berbalut jas sepahanya. Ann sengaja membiarkan perutnya terbuka, menggoda. Meski begitu, si tampan bertahan dalam keangkuhannya, tak mau terlihat tertarik dan peduli.

"Nanti kalau aku terima gaji, aku traktir atas bantuan Mas hari ini," pamit Ann kemudian berjalan cepat ke arah pintu, menghilang dari pandangan. "Dingiin," katanya bergidik ngeri, kharisma si tampan dalam ruangan memang tidak terelakkan.

Ann, perempuan muda berwajah sangat cantik dan bertubuh indah ini datang ke Jakarta dengan membawa mimpinya. Ia tidak sadar bahwa mimpi itu menyeretnya masuk dalam sebuah lingkaran bisnis undercover yang berbahaya. Pameran gaun tidur dan pakaian dalam kelas premium ini memang diadakan satu minggu sekali dengan tema yang terus berganti. Ann tidak menyadari bahwa tidak hanya pakaiannya saja yang dipamerkan, tapi modelnya juga bisa ditawar.

Ann menghela napas panjang beberapa kali, ia langkahkan kakinya naik ke atas tangga. Suara musik sudah menggema, menandakan gilirannya untuk tampil tak lama lagi. Dua orang di depannya sudah keluar lebih dulu, kini gilirannya untuk maju.

"Berjuang, Ann!" bisik Ann memantapkan hati, melangkah dengan berani di atas catwalk dengan percaya diri.

Semua mata tertuju pada tubuh seksi sintal Ann yang mulus itu. Seorang gadis yatim piatu yang menebar mimpinya untuk bisa berkuliah dan berkarier di ibukota. Berjuta harapannya membias dalam gemerlap lampu ruangan yang menyoroti langkah gemulainya. Pandangan Ann mengitar, senyumnya terkembang sempurna, menyisir deretan sofa member premium yang diisi para lelaki hidung belang.

"Namanya Ann, Bos. Joanna Diajeng Arumndalu," bisik sang asisten yang menyadari pandangan mata bosnya tertuju pada si cantik yang berada di barisan paling depan.

Si tampan mendengus lemah, ia hanya mengedikkan bahunya sekali.

"Tertarik, Bos?" tawar sang asisten langsung paham.

Sebuah senyum miring tersungging. "Buat kontrak seumur hidup," balas si tampan singkat, padat dan jelas sekali.

Sang Asisten terlihat terkejut. Matanya membola. "Risikonya besar, Bos. Ibaratnya, bagai membuka kotak pandora," kiasnya.

"Pandora ngebuka kotak karena dia nggak tau isinya kan?" desis si tampan tak melepas pandangannya dari lenggak-lenggok seksi gadis muda pilihannya di catwalk.

Tepat saat itu Ann juga menatap ke arah si tampan dengan sorot yang cukup bingung dan terkejut.

Senyum licik si tampan terkembang, seringainya begitu menggetarkan, “Selamat datang, di kehidupanku, Joanna Diajeng Arumdalu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status