공유

Bab 2: Ancaman yang mengintai

Maya terbangun dari tidurnya dengan perasaan gelisah. Dia khawatir akan ancaman yang akan datang namun rasa penasarannya membuat keteguhan hati untuk melanjutkan pencariannya, setelah sarapan, Maya segera menuju ke rumah Arif untuk membahas langkah selanjutnya. Dia tahu, waktu mereka semakin sempit, dan ancaman bisa datang kapan saja.

Setibanya di rumah Arif, Maya langsung mengetuk pintu dengan penuh semangat. "Tok...tok...tok..., Arif... Arif! Apakah kamu ada didalam?".

Seperti biasa Maya selalu mengetuk pintu dengan keras jika ingin bertemu Arif. Dan membuat Arif buru-buru membukanya

"Kamu kebiasaan, Maya, bisa gak kamu tuh kalau kesini ketuk pintunya pelan-pelan" ujar Arif karena kesal dengan kebiasaan Maya.

"Iya, maaf, abis aku terlalu semangat, udah jangan ngomel-ngomel nanti cepat tua loh. Kita harus segera pergi ke lokasi selanjutnya!" seru Maya dengan tersenyum.

"Kenapa buru-buru banget, Maya!" Kata Arif dengan nada cemberut.

"Kita harus cepat mencari harta Karun itu sebelum orang lain menemukan kita" jawab Maya dengan rasa khawatir.

"Kita harus mempersiapkan semuanya sebelum kita berangkat, emang kamu udah siap semuanya?" Tanya Arif dengan menatap tajam Maya.

Udah tenang aja. Aku sudah siapkan semuanya, perbekalan kita juga udah aku siapkan" jawab Maya dengan rasa percaya diri.

Tapi aku lapar, aku belum sarapan, apakah kamu bawa sarapan buat aku, sayang? Ucap Arif dengan genit kepada Maya.

"Sayang, sayang. Pala loh peyang, nih makan dulu Sanah, setelah itu siap-siap" jawab Maya dengan ketus kepada Arif dan sambil memberikan sarapan yang memang sudah disiapkan olehnya.

Arif lalu bergegas untuk sarapan sambil menggoda Maya, meskipun terkadang Maya pun tidak menghiraukan celotehan Arif. Setelah sarapan Arif bersiap-siap untuk berangkat, barang yang dibawa oleh Maya dalam renselnya dibagi dua dengan Arif agar Maya tidak terlalu berat meskipun yang sebenarnya Arif yang sedikit banyak membawa barang-barang perbekalan.

"Let's go.... Kita mulai berpetualang" kata maya dan Arif dengan penuh semangat.

Kemudian mereka berangkat menuju hutan di pinggiran desa. Jalan setapak yang mereka lalui dipenuhi semak belukar dan pepohonan yang rimbun. Suara-suara alam di sekitar mereka terasa menenangkan namun situasinya menyeramkan dari biasanya.

"Arif, Aku merasa ada yang mengikuti kita," bisik Maya sambil memandangi sekelilingnya.

Arif mengangguk setuju. "Aku juga merasakannya. Kita harus berhati-hati, tetap waspada."

Mereka terus berjalan tanpa menghiraukan suara itu hingga tiba di sebuah bukit yang ditandai dengan simbol aneh di peta. "Coba lihat kesanah, Maya" kata Arif sambil menunjuk ke arah sebuah gua yang tersembunyi di balik semak-semak tebal.

"Iya, itu guanya, Arif, kita menemukannya, ayo lebih cepat lagi" ucap Maya dengan rasa senang.

Dengan hati-hati, mereka masuk ke dalam gua. Suasana di dalam gua terasa dingin dan lembap menciptakan suasana yang menakutkan.

"Tunggu, aku mendengar sesuatu," bisik Maya, menghentikan langkahnya.

Arif mengerutkan kening, mencoba mendengar lebih jelas. "Hemmm.. Seperti suara langkah kaki, kita harus berhati-hati, Maya" katanya dengan suara pelan.

Dengan kewaspadaan mereka, tiba-tiba, sebuah suara keras terdengar dari belakang mereka.

"Hey bocah!, Kalian tidak akan bisa mengambil harta Karun itu, serahkan peta itu" teriak suara peria asing itu dengan penuh amarah.

Maya dan Arif berbalik dan melihat seorang pria dengan wajah penuh amarah seperti ingin menerkam mangsanya. Di tangannya, dia memegang sebuah pisau yang berkilauan dalam cahaya redup.

"Kau siapa? Apa mau mu?" tanya Maya dengan suara gemetar.

Pria itu tertawa sinis. "Aku sudah lama mencari harta karun itu. Dan kalian memudahkan pencarianku selama ini, hahaha!"

Arif berdiri di depan Maya, melindunginya. "Apa maksud anda tuan?, Saya tidak paham apa yang tuan bicarakan" ucap Arif berpura-pura dan dengan nada tenang namun tegas.

Pria itu langsung marah kepada Arif "dasar bocah ingusan, mau main-main kalian!" Ucap pria asing itu sambil melangkah maju dengan pisau teracung.

Maya merasa ketakutan, namun dia tahu mereka harus bertindak cepat. "Arif, sepertinya orang itu tidak main-main, kita harus keluar dari sini!" bisiknya kepada Arif.

Arif mengangguk dan mengajak Maya pergi. "Ayo kita lari dari sini, Maya!"

Mereka berdua berlari menuju lorong lain di dalam gua, mencoba menghindari pria tersebut. Namun, lorong-lorong di dalam gua itu sempit dan berliku, membuat pelarian mereka semakin sulit. Maya merasakan napasnya mulai tersengal-sengal, tetapi dia terus berlari dengan sekuat tenaga, menggenggam tangan Arif dengan erat.

Setelah beberapa menit berlari tanpa henti, mereka menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang ditandai dengan simbol yang sama seperti di peta. "Lewat sini! Cepat masuk!" kata Arif sambil menarik Maya masuk ke dalam ruangan itu.

Mereka segera menutup pintu batu di belakang mereka, berharap pria itu tidak bisa mengikuti.

"Hufftt... Akhirnya kita bisa lolos dari pria asing itu, Arif" dengan napas yang terengah-engah.

"Iya, Maya, tapi jangan senang dulu pasti dia mencari kita" jawab Arif sambil memegang dada dan bersandar di bebatuan

Tiba-tiba Maya melihat sesuatu dalam ruangan tersebut, mereka melihat sebuah peti besar yang nampak tergembok. Dengan rasa penasarannya, dia mendekati peti itu, diikuti oleh Arif juga.

"Wow, Ini pasti harta karunnya," kata Maya dengan suara bergetar.

Arif mengangguk. "Mungkin saja, Maya, tapi kita harus menemukan cara untuk membuka peti ini."

Maya memeriksa peti tersebut dan sekitar tempat itu juga untuk menemukan kunci, setelah mencari akhirnya dia menemukan sebuah kunci yang sesuai dengan simbol di peta. "Ini dia, akhirnya ketemu juga" katanya sambil memasukkan kunci tersebut ke dalam lubang kunci dan memutarnya. Dengan suara berderak, peti itu terbuka, "kenapa terlihat kosong, Arif, coba kita lihat lebih dekat" seru Maya yang nampak penasaran.

Mereka berdua berjalan mendekati peti itu an akhirnya mereka melihat ada sesuatu yang nampak seperti gulungan kain kecil seperti surat jaman dahulu.

"Apa itu Maya, seperti gulungan" Ucap Arif sambil mengambil gulungan itu.

"coba buka, Arif siapa tau itu petunjuk peta harta Karun yang sebenarnya" Maya dengan penasarannya.

"Apa ini, hanya tulisan Jawa kuno, bukan peta harta Karun, Maya" kata Arif sambil melebarkan gulungan itu diatas peti.

"Apa kamu, bisa membacanya, Arif?" Tanya Maya sambil melirik Arif yang nampak fokus dengan tulisan itu.

"Tentu, Maya, aku sedang mencoba mengartikannya, disini tertulis, Harta Karun berada di puncak gunung Senja, pintu harta Karun hanya terbuka sebelum bulan purnama tiba ketika matahari terbenam" kata Arif dengan nada serius.

"Hemm.. gimana caranya kita bisa kesana, jika kita belum menemukan petanya?" Tanya Maya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Disini juga tertulis hanya dengan kesetiaan dan ketulusan cintalah yang dapat memasuki pintu itu" tambah Arif dengan rasa bingung dengan maksud tulisan itu.

"Nampaknya ini akan sulit untuk didapatkan, Arif" kata Maya dengan lesu.

Tiba-tiba Arif berjalan mundur tiga langkah dan menginjak sebuah simbol dan kemudian dudukan peti itu bergeser secara tiba-tiba.

Dengan cepat Maya langsung mendekatinya, dan mengambil gulungan kain dan membukanya.

"Arif, lihat ini, ini adalah peta menuju pintu harta Karun itu, akhirnya kita mendapatkan peta baru" dengan nada semangat Maya mengatakan itu.

"Iya, Maya, akhirnya kita bisa mendapatkan harta Karun itu, kita akan coba berpetualang kesanah" ucap Arif sambil memegang kedua tangan Maya.

"Tapi kita, harus lebih berhati-hati lagi nampaknya akan sangat sulit petualangan kita kali ini, tap....

"Ssttt, diam seperti ada orang yang hendak masuk" kata Arif, sambil menutup mulutnya Maya dan menarik tangannya.

"Cepat kita pergi dari sini" seru Arif sambil menggenggam erat tangan Maya dan berlari.

Mereka berlari menuju pintu keluar lain yang ada di ruangan itu, berharap bisa lolos dari pria yang mengejar mereka. Suara langkah kaki pria itu semakin dekat, membuat jantung Maya berdegup kencang.

Ketika mereka hampir mencapai pintu keluar, pria itu tiba-tiba muncul di depan mereka. "Kalian tidak akan bisa lari!" teriaknya dengan mata penuh amarah.

Arif berdiri tegak, melindungi Maya. "Jangan ganggu kami!" Kata Arif dengan nada tenang.

Pria itu tertawa sinis. "Hahaha... Serahkan harta itu padaku, atau nyawa kalian taruhannya" katanya sambil melangkah maju dengan pisau teracung.

Maya merasa ketakutan, namun dia tahu mereka harus bertindak cepat. "Arif, kita harus menemukan cara untuk keluar dari sini," bisiknya.

Arif mengangguk. "Kita harus mencoba mengalihkan perhatiannya. Aku akan mencoba berbicara dengannya, dan kau cari jalan keluar lain."

Maya setuju dengan rencana itu. Sambil Arif berbicara dengan pria tersebut, Maya mencoba mencari jalan keluar lain di dalam ruangan itu. Setelah beberapa saat, dia menemukan sebuah pintu kecil yang tersembunyi di balik tumpukan batu. Kemudian Maya memberikan kode kepada Arif.

Arif melirik ke arah Maya dan kemudian kembali menghadapi pria tersebut. "Kita tidak perlu berkelahi. Mari kita selesaikan ini dengan cara baik-baik," katanya dengan nada menenangkan.

Namun, pria itu tidak mau mendengarkan. Dia melangkah maju dengan cepat, menyerang Arif dengan pisau. Arif berhasil menghindar dan menendang Paria itu, kemudian berlari menuju pintu kecil yang ditemukan oleh Maya.

ketegangan semakin terjadi diantara mereka...

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status