Share

Cinta Dalam Kilauan Senja
Cinta Dalam Kilauan Senja
Author: Mr. Al

Bab 1: Rahasia yang Tersembunyi

Maya terbangun dengan jantung berdebar kencang, keringat dingin membasahi dahinya. Mimpi itu begitu nyata—seorang kakek tua dengan jubah putih berdiri di depannya, menunjuk ke arah rumah tua keluarganya sambil berkata, "Di rumah itulah terletak rahasia besar. Temukan peta harta karun yang tersembunyi."

Maya duduk di tepi tempat tidurnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. "Apa ini hanya mimpi biasa, atau ada sesuatu yang harus aku lakukan?" pikirnya. Mimpi itu terlalu nyata untuk diabaikan.

Dia memutuskan untuk mengikuti nalurinya. Siang itu, Maya berjalan menuju rumah tua keluarganya yang telah kosong sejak kepergian ayahnya yang tidak jauh dari desa yang dia tinggali yaitu desa Kertamukti. Rumah besar dengan cat yang mulai terkelupas itu selalu memberinya perasaan yang aneh, seolah-olah ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya.

Sesampainya di sana, Maya berdiri di depan pintu, memandangi bangunan yang penuh kenangan masa kecilnya. "Baiklah, ayo kita mulai," bisiknya pada diri sendiri. Dia mendorong pintu tua yang berderit itu dan masuk ke dalam, mengingat dengan jelas kata-kata kakek dalam mimpinya.

Dengan hati-hati, Maya menyisir setiap sudut rumah, mencari petunjuk. Setelah beberapa saat, dia sampai di ruang tamu yang dipenuhi perabotan tua yang berdebu. Di salah satu sudut, ada lemari besar yang tampak lebih kokoh dari yang lainnya. Maya teringat sesuatu yang selalu diceritakan ibunya tentang lemari itu—bahwa kakeknya sering menghabiskan waktu berjam-jam di dekatnya.

"Ini mungkin tempatnya," pikir Maya. Dengan penuh tekad, dia mulai menggeser lemari itu. Debu berhamburan dan membuatnya batuk. Ketika lemari bergeser sedikit, Maya melihat sesuatu yang mencuat dari dinding di belakangnya—sebuah kotak kayu kecil.

"Apa ini?" bisiknya. Dengan tangan gemetar, dia meraih kotak tersebut dan membuka tutupnya. Di dalamnya, dia menemukan sebuah peta tua yang sudah menguning. Mata Maya membelalak saat melihat garis-garis peta yang menggambarkan daerah sekitar desanya, dengan beberapa tanda misterius di berbagai tempat.

"Peta harta karun?" gumamnya, mengingat cerita masa kecil tentang harta yang tersembunyi di sekitar desa mereka. "Apakah ini yang dimaksud dalam mimpiku?"

Rasa penasaran yang besar membuat Maya memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia tahu ada satu orang yang bisa membantunya—Arif, sahabat karibnya yang selalu tertarik dengan petualangan.

Sore itu, Maya bergegas menuju rumah Arif. Jalan setapak menuju rumahnya penuh dengan kenangan masa kecil mereka bermain bersama. Ketika tiba di rumah Arif, Maya langsung mengetuk pintu dengan penuh semangat.

"Arif! Arif! Aku butuh bantuanmu!" serunya.

Pintu terbuka, menampilkan Arif yang terlihat bingung. "Maya? Ada apa? Kamu kelihatan panik," katanya.

"Arif, kamu tidak akan percaya ini. Aku menemukan peta kuno di rumah tua keluargaku. Aku pikir ini petunjuk menuju harta karun yang selalu diceritakan orang-orang tua desa," kata Maya dengan cepat, napasnya terengah-engah.

Arif mengangkat alis, lalu tersenyum. "Serius, Maya? Kau menemukan peta harta karun?" tanyanya dengan nada tak percaya namun penuh antusias.

"Ya, aku serius. Dan aku butuh bantuanmu untuk menyelidikinya. Aku tidak bisa melakukannya sendiri," jawab Maya.

Arif mengangguk, matanya bersinar dengan kegembiraan. "Baiklah, aku akan membantumu. Ayo kita lihat peta itu."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah Arif dan duduk di meja dapur. Maya mengeluarkan peta dari tasnya, dan mereka mulai memeriksanya bersama-sama.

"Ini luar biasa," kata Arif setelah beberapa saat. "Tapi kita harus hati-hati. Jika ini benar-benar petunjuk menuju harta karun, pasti ada orang lain yang juga mencarinya."

Maya mengangguk setuju. "Aku tahu, itulah mengapa kita harus lebih hati-hati. Tapi aku yakin kita bisa melakukannya bersama-sama."

Arif tersenyum dan meremas tangan Maya dengan lembut. "Kita pasti bisa, Maya. Kita sudah melewati banyak hal bersama, dan ini hanya akan menjadi petualangan lain yang akan kita hadapi bersama."

Dengan semangat baru, mereka berdua mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk menjelajahi lebih dalam dan menemukan harta karun tersebut. Namun, di balik semangat mereka, ada bayangan ancaman yang mengintai. Seseorang di desa telah mengetahui penemuan mereka dan memiliki rencana jahat untuk merebut harta karun itu.

Malam itu, Maya kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa bersemangat dan berani untuk memulai petualangan ini. Di sisi lain, ada rasa takut dan khawatir tentang apa yang mungkin terjadi. Tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan mundur.

Keesokan paginya, Maya dan Arif memutuskan untuk memulai petualangan mereka dengan menjelajahi daerah yang ditunjukkan oleh peta. Mereka berangkat pagi-pagi, membawa peralatan dasar seperti senter, tali, dan beberapa makanan ringan. Maya merasa gugup tetapi juga bersemangat. Ini adalah petualangan nyata pertamanya.

"Arif, apakah kamu pernah mendengar cerita tentang harta karun di sekitar desa kita?" tanya Maya saat mereka berjalan menuju hutan.

"Ya, beberapa kali. Tapi aku selalu menganggapnya sebagai cerita dongeng untuk menakuti anak-anak," jawab Arif sambil tersenyum.

"Begitu juga aku. Tapi setelah menemukan peta ini, aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar dongeng," kata Maya dengan mata bersinar.

Mereka terus berjalan, menyusuri jalan setapak yang semakin sempit dan penuh dengan tumbuhan liar. Akhirnya, mereka tiba di sebuah gua yang tersembunyi di balik semak-semak tebal. Gua itu tampak gelap dan menakutkan, tetapi Maya merasakan dorongan kuat untuk masuk.

"Ini dia, Arif. Ini guanya," kata Maya dengan suara gemetar.

Arif mengangguk, menyalakan senter dan melangkah masuk. "Ayo kita lihat apa yang ada di dalam," katanya.

Maya mengikutinya, merasakan dingin dan lembap di dalam gua. Setiap langkah mereka menggema di dinding batu yang kokoh. Stalaktit dan stalagmit menjulang di sekitar mereka, memberikan kesan magis pada gua tersebut.

Setelah beberapa saat, mereka menemukan sebuah pintu batu besar yang hampir tersembunyi oleh lumut dan kegelapan. Pintu itu memiliki celah kecil yang sepertinya cocok dengan bentuk kunci pada peta yang mereka temukan.

"Dengan hati-hati, Maya," kata Arif sambil mengeluarkan kunci dari tasnya.

Maya mengambil napas dalam-dalam dan memasukkan kunci tersebut ke dalam celah. Sebuah klik lembut terdengar, dan pintu batu itu perlahan terbuka, mengungkapkan sebuah ruangan rahasia di baliknya. Di dalam ruangan tersebut, mereka menemukan sebuah peti kayu yang terkunci rapat.

Saat Maya membuka peti tersebut, cahaya kuning keemasan menyebar dari dalamnya, mengungkapkan naskah kuno yang tertulis dalam bahasa yang tidak dikenalnya. Namun, ada sesuatu yang lebih besar menanti untuk diungkap. Perasaan penasaran dan ketakutan bercampur menjadi satu di dalam dirinya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" gumamnya, sambil memandangi naskah itu dengan mata berbinar. Maya tahu bahwa ini baru permulaan dari sebuah petualangan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

"Arif, lihat ini," kata Maya sambil menunjukkan naskah itu.

Arif mengamatinya dengan seksama. "Kita perlu menerjemahkan ini. Mungkin di perpustakaan desa ada buku yang bisa membantu," sarannya.

Maya mengangguk. "Kamu benar. Kita harus mencari tahu apa yang tertulis di sini."

Dengan hati-hati, mereka mengemas kembali naskah tersebut dan keluar dari gua. Langkah mereka terasa lebih ringan meskipun mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka berjalan kembali ke desa dengan semangat yang berkobar.

Setibanya di perpustakaan desa, mereka disambut oleh penjaga perpustakaan, Bu Sari. "Selamat siang, anak-anak. Apa yang bisa saya bantu hari ini?" tanyanya dengan ramah.

"Bu Sari, kami menemukan naskah kuno dan kami butuh bantuan untuk menerjemahkannya," kata Maya dengan antusias.

Bu Sari mengerutkan kening dan melihat naskah yang ditunjukkan oleh Maya. "Ini menarik. Mari kita lihat apakah kita bisa menemukan buku yang tepat untuk menerjemahkannya."

Mereka menghabiskan beberapa jam di perpustakaan, mencari buku-buku tentang bahasa kuno dan simbol-simbol misterius. Akhirnya, mereka menemukan sebuah buku yang berisi informasi tentang bahasa kuno yang mirip dengan yang ada di naskah tersebut.

"Ini dia," kata Arif dengan suara penuh kemenangan. "Kita bisa mulai menerjemahkan naskah ini sekarang."

Mereka bekerja sama, memecahkan kode demi kode, mengungkap rahasia yang tersembunyi dalam naskah tersebut. Setiap kali mereka berhasil menerjemahkan sebuah bagian, perasaan semangat dan penasaran semakin kuat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status