Share

04. Bertemu Mantan Suami

Beberapa bulan berlalu semenjak perkenalannya dengan Mario, Vena masih belum percaya sudah menikah lagi.

Kini, dua Minggu usia pernikahan mereka— dan, dia sering ikut sang suami untuk pergi urusan bisnis.

Iya, seperti sekarang.

Dia menunggu di restoran hotel, tangan sibuk memainkan ponsel. Namun, ketenangannya terganggu ketika suara langkah kaki mendekat.

"Kamu lagi?!" Suara wanita yang tak asing tengah menegur Vena.

Vena menoleh, dan dikejutkan dengan kehadiran Daniel dan Bianka. "Kalian?"

Sudah enam bulan sejak bercerai, luka pengkhianatan itu masih belum pulih. Sekarang, dia harus melihat wajah mantan suami lagi.

Bianka menuduh, "kamu diam-diam mengikuti kami sampai ke hotel ini!? Sudah aku duga dari dulu, kamu ini stalker!"

"Jangan sembarangan kalau ngomong!" Vena tersinggung. Dia berdiri dengan terus memandang tajam ke Bianka. Dia menegaskan, "mana mungkin aku mengikuti kalian ke sini? Buat apa juga?"

"Ya buat cari perhatian. Kamu selalu berusaha ketemu Mas Dani! Kamu nggak terima dicerai 'kan? Belum move on sampai sekarang? Tolong sadar, Mas Dani ini suamiku sekarang!"

"Kenapa kamu selalu menuduhku begitu setiap kita ketemu?"

"Akui saja kamu masih berharap rujuk. Kamu nggak terima soalnya aku sekarang yang jadi Nyonya Bianka Adinata 'kan?"

Vena mengalihkan pandangan ke mantan suami yang tampak acuh tak acuh. "Dani, bilang sama istri baru kamu yang posesif ini buat nggak bikin drama di tempat umum kayak gini."

Dengan sinis, Daniel merespon, "sebenarnya Bianka nggak salah, kamu memang mengikuti kami 'kan? Kamu mengikuti kami sampai ke restoran hotel ini. Minggu lalu, aku juga dapat kabar dari satpam rumahku kalau ada wanita gila yang suka keliling dekat pagar. Siapa lagi kalau bukan kamu?"

"Hah?!" Vena terkejut dituduh begitu. Dia menggeleng cepat, lalu membantah, "jangan ngawur! Buat apa aku buang-buang waktu buat mengintai kamu? Ini pertemuan pertama kita setelah enam bulan kita pisah."

"Jangan berharap apa-apa, Vena, kita sudah cerai, jangan ganggu aku lagi. Jangan jadi stalker."

"Aku bukan stalker!"

Bianka tertawa mengejek. Dia bicara ke suaminya, "jangan percaya, Mas. Dulu mantan istri kamu ini juga ke kafe tempat kamu biasa datangi, pasti berharap ketemu kamu."

"Bisa-bisanya kamu mikir sejauh itu? Apa seluruh kegiatanku harus dikaitkan dengan kalian?“

"Terus ngapain kamu ada di hotel ini kalau bukan mengikuti kami? Gimana ceritanya kamu bisa ada di hotel bintang lima?"

"Bukan kalian saja yang bisa ke hotel ini. Kebetulan saja kita ketemu."

"Ya dipikir, dong! Janda miskin mana mampu masuk ke hotel bintang lima? Meja kamu saja kosong, berarti nggak pesan makan apa-apa 'kan? Itu jelas, soalnya tujuan kamu cuma buat dekat-dekat sama kami."

"Cepat ngaku, Vena— kamu mengikuti kami sendiri atau dapat info dari orang lain kalau kami menginap di hotel ini?" Daniel ikut menyudutkan. Pandangan matanya begitu tajam nan angkuh. "Ayo ngaku!"

"Mana mungkin si janda miskin ini ngaku, Mas," sahut Bianka bernada sinis.

Vena mengepalkan kedua tangan. Dia terluka, marah, dan sangat ingin mencakar wajah Bianka. "Aku saja nggak tahu kalian ada di sini ... dan, tolong, Bianka, jangan menghinaku janda miskin terus!”

Bianka ingin tertawa. "Kenyataan 'kan memang janda? Oh atau jangan-jamgan kamu sudah nikah sama Mas-Mas pedagang asongan kerempeng dekil dulu itu, ya?“

"Diam kamu!”

“Aku tahu hidup jadi janda atau istri pria miskin itu sulit, Vena. Makanya kamu mau merebut suamiku, iya 'kan? Kamu nggak bisa hidup tanpa uangnya, tapi jangan jahat begini, sadar diri, dong— Mas Dani sudah nggak mau sama kamu!"

Bianka sengaja menaikkan suaranya agar diperhatikan beberapa tamu yang ada di restoran hotel. Dengan begitu, dia bisa mempermalukan Vena habis-habisan.

Terbakar emosi, Vena menuding wajah Bianka sambil menegaskan, "aku bukan pelakor nggak waras kayak kamu. Aku punya harga diri, nggak murahan sepertimu!"

"Hei!" Daniel menepis tangan Vena dari wajah Bianka. Otot-otot wajahnya menegang, pertanda mulai marah. Dia balik menuding wajah Vena. "Jangan seenaknya menghina Bianka. Dia ini istriku sekarang, istri Daniel Adinata! Jangan seenaknya menghina!"

"Dia duluan yang menghinaku!"

Bianka bersikap manja dengan melingkarkan tangan di lengan suaminya. Dia pura-pura ketakutan saat menghasut, "aku takut banget, Sayang. Apa kubilang— mantan istri kamu obsesi sama kamu. Dia mengikuti kita terus. Aku takut dia melukaiku nanti. Mending suruh satpam buat usir dia dari hotel ini."

Daniel masih memandang rendah Vena. "Kamu dengar 'kan istriku ngomong apa? Kamu mau pergi sendiri atau aku panggil satpam buat ngusir kamu?"

"Seenaknya saja kamu ngusir aku! Kamu nggak bisa ngusir aku begitu saja! Ini juga bukan hotel milik kamu. Kamu bukan siapa-siapa!"

"Justru aku yang harusnya bilang kalau kamu itu bukan siapa-siapa, Vena. Kalau aku suruh satpam ngusir kamu, jelas kamu diusir. Aku berhak ngusir stalker yang buat aku nggak nyaman."

Usai berkata demikian, tiba-tiba ada suara dari belakang mereka yang berseru, "siapa kalian berani ngusir istri saya dari sini?"

Daniel dan Bianka kompak menoleh, langsung dibuat penasaran dengan sosok pria tampan yang berpenampilan begitu parlente.

Ekspresi wajah pria itu kian dingin, sorot mata pun menajam kepada Daniel. Dengan suara angkuh, dia menantang lagi, "jangan malah diam saja, ayo bicara! Apa hak kalian berani ngusir istri saya dari sini?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status