Di tengah pikiran yang kalut, Darren memutuskan untuk pergi ke masjid menunaikan shalat isya karena malam telah larut. Dia telah menghabiskan waktu di jalan, mengantar sang ayah ke rumah sakit lalu kembali menemui adiknya.Usai shalat dia merapalkan doa-doa pendek dan zikir yang dia hafal. Lalu seketika dia mengumpulkan sejumput ingatannya. Akhir-akhir ini dia diuji oleh masalah yang bertubi-tubi. Namun dia percaya bahwa tak semata-mata Allah mengujinya. Ujian yang diberikan oleh allah adalah untuk menaikkan derajatnya. Begitulah yang Darren ingat saat ikut kajian bersama sesama mualaf.Darren mengusap wajahnya dan berucap amin. Kemudian dia beranjak dari masjid untuk pulang. Rasanya seharian ini dia begitu disibukan urusan dunia.Tatkala mobilnya tiba di depan rumah, pintu garasi otomatis terbuka sehingga Darren bisa langsung memarkirkan mobilnya. Seorang security yang bertugas langsung menghampiri Darren dan menyapanya.Darren hanya tersenyum tipis memperoleh sambutan dari pekerjany
Lisna mengetuk pintu yang membuat Darren mendengus kasar. Dia telah mengusik waktunya bersama Nuha. Padahal, harapan Darren ialah bisa bermesraan dengan sang istri lebih lama, meski dia tak berniat melakukan hal yang lebih. Hanya memeluk dan menciumnya saja sudah cukup baginya. Dia seperti menang lotre. “Apa?” tanya Darren dengan seraut wajah yang tak ramah. Tangannya bahkan masih memegang knop pintu kamar. “Maaf, Mas Darren mengganggu waktunya. Saya mau meminta ijin untuk pulang karena ibu saya sakit,” ucapnya dengan suara yang terdengar sendu. “Saya ingin meminta ijin pada Nyonya tetapi Nyonya tidak ada, jadi ya … saya meminta ijin pada Mas Darren,” Lisna menundukan pandangannya dengan meremat salah satu ujung kemeja yang dipakainya, merasa gugup, tak berani menatap majikannya. Mendengar penuturan Lisna membuat Darren merasa iba padanya. Dia pun masuk kembali ke kamarnya dan mengambil dompetnya lalu mengeluarkan uang cash berwarna merah beberapa lembar. Mungkin uang setidaknya a
Ternyata pengacara yang ditunjuk oleh Darren untuk adiknya ialah sahabat Tania, mantan kekasihnya yang juga merupakan rivalnya sebab dia menyukai Tania melebih rasa suka pada seorang sahabat. Hanya saja Tania jatuh hati pada Darren hingga memutuskan untuk menjalin kisah dengannya. Ksatria Bentala Lubis terhenyak saat mendengar Darren telah menikah. Dia mengira jika Darren menikah dengan Tania, pujaan hatinya. Rupanya dugaannya keliru, Darren menikahi gadis lain. “Selamat atas pernikahanmu! Sayang, aku tidak diundang,” cibir Ksatria setelah melihat Darren pergi menjauh darinya untuk menerima telepon dari Nuha yang dia kira dari Tania. “Aku belum mengadakan resepsi, Bro,” timpal Darren dengan memasukan kembali ponselnya. “Terasa aneh aja. Kalian hanya menikah di catatan sipil. Um, mungkin ini ide darimu, bukan dari Tania. Rasanya tak mungkin seorang Tania tak memiliki keinginan resepsi yang mewah dan megah dalam pernikahan. Secara dia seorang gadis yang selalu tampil glamor,” Ksat
Pak Li mempercepat laju kendaraannya. Hal tersebut tentu membuat Nuha terkejut dan merasa penasaran dengan apa yang terjadi. Didorong rasa penasaran, Nuha menggerakan bibirnya hendak bertanya. Namun Pak Li lebih dulu mengumpat.“Sial,”Pak Li memukul stir dengan keras. Melihat ekspresi Pak Li, membuat Nuha menduga pasti telah terjadi sesuatu.“Pak Li, ada apa? Kok bawa mobilnya ngebut, kayak lagi ikut tanding sirkuit F1?” tanya Nuha dengan memegangi sabuk pengaman dengan erat.“Mbak Nuha, sepertinya kita telah dibuntuti. Dua orang pengendara motor mengikuti mobil kita,” papar Pak Li dengan gelisah. Sudah lama dia tidak membawa mobil ugal-ugalan. Rasanya jantungnya berdetak tak karuan, antara takut dan gugup. Namun karena kondisi keterpaksaan, demi menyelamatkan majikannya, dia harus menjauhi dua pengendara tersebut.Mendengar penjelasan Pak Li, Nuha langsung menoleh ke arah kaca spion depan, sementara itu dia duduk di belakang.“Pak Li benar. Kita diikuti begal. Padahal aku hanya ta
Aruni mengepalkan ke dua tangannya kesal. Seharusnya yang tengah bernostalgia dengan Nuha ialah dirinya, sang ibu karena tak lama tak bersua dengan putrinya. Namun justru yang terlihat saat ini ialah Nuha tengah asik bercengkrama di halaman depan rumah dengan pria yang menolongnya.“Wah, dunia itu sempit, Pak, eh … Om Naufal. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya. Kalau tidak ada Om, aku … “Nuha menunduk, dia trauma mengalami kekerasan seksual.Mereka kini duduk di atas kursi besi yang berjarak kurang lebih satu meter di halaman rumah yang luas. Nuha duduk sendiri sedangkan Naufal duduk bersebelahan dengan Pak Li.“Sudah jangan dibahas lagi. Lagipula secara tak sengaja saya berada di sana. Saya sedang melakukan survey untuk bahan baku di restoran,” jawab Naufal dengan sumringah.Tak ada angin dan tak ada hujan, akhirnya takdir mempertemukan mereka meski Naufal babak belur akibat terkena pukulan dan tendangan ke dua begal tadi. Sama seperti halnya Pak Lie, Naufal menola
Hari ini Darren disibukan tak hanya urusan kantor tetapi urusan adiknya sekaligus. Dia bolak balik mendatangi kantor kepolisian.Di sana dia bertemu dengan Huda karena sengaja ingin mengorek informasi sesungguhnya yang terjadi di lapangan.“Mas Darren, tolong keluarkan aku! Papaku bahkan tak datang kemari, sepertinya dia murka karena kenakalanku,” ucap Huda yang tiba-tiba langsung memelas dengan mata yang berkaca-kaca. Penampilannya yang rapi kini berubah menjadi berantakkan, rambut acak-acakan dan wajah yang pucat pasi.“Mas, tolong bujuk Mama dan Papaku agar turun tangan. Khususnya Mama ‘kan seorang pejabat, pasti bisa membebaskan semua termasuk Daniel.”Darren menghela nafas panjang dan menatap intens Huda yang terlihat rapuh di hadapannya.“Aku ingin pilih rehab saja, Mas. Daniel sudah mengajakku mengonsumsi obat-obatan. Tapi … sungguh kami tidak melakukan aksi kriminal, pembunuhan. Itu semua fitnah. Apalagi menjual organ manusia, rasanya tak mungkin,”Darren menyimak dengan hati-
Di sebuah masjid megah nan mewah, seorang pemuda keturunan Mesir tengah melantunkan ayat suci alquran dengan begitu merdu sehingga membuat para jamaah yang menghadiri acara tausiyah di masjid tersebut merasa terbawa emosi. Tangis haru menggema menyatu dengan kalam ilahi yang terpantul sangat indah.Hingga tanpa sadar saat bacaaan ayat berakhir, para jamaah masih terdiam menghayati bacaan yang telah tiba pada surat-surat pendek.“Masyaallah, sungguh indah sekali bacaanmu, Mas Attar,” seru salah satu pemuda yang merupakan seorang pengajar di pesantren.“Alhamdulillah,” jawabnya singkat. Dia memang tidak suka dipuji meski memiliki kemampuan yang mumpuni dalam suatu bidang. Merasa telah selesai menjalankan kewajibannya untuk mengisi bagian qiroat atau membaca Alquran, Attar menoleh dan memberi isyarat pada ustaz lain untuk meneruskan kegiatan tausiyah tersebut tanpa dirinya. Cukuplah Attar yang memiliki peran sebagai seorang qori.Attar mempercepat langkahnya keluar dari masjid tanpa men
“Honey, apa kau merasa haus?” tawar Kinan pada Jonathan yang kini tengah berbaring di ruang pemulihan.“Boleh, Sayang. Aku haus sekali,” jawab Jonathan dengan suara yang berat.Dengan sigap, Kinan langsung membuka tutup botol mineral dan menuangkannya pada gelas yang sudah diberi sedotan terlebih dahulu.Meskipun letih, Kinan adalah seorang istri yang begitu menyayangi suaminya. Dia rela terjaga saat malam demi baktinya merawat sang suami yang tengah sakit.Lukisan dua lingkaran hitam terlihat jelas di bawah matanya.Jonathan bangun dan bersandar. Dia langsung menerima segelas air minum dan menenggak nya perlahan. Sesaat kemudian, dia meraih tangan istrinya yang memegangi gelas bekas dirinya minum.“Sayang, maafkan aku yang selalu membuatmu kesusahan untuk merawatku,” lirih Jonathan dengan mata berkaca-kaca. Jonathan merasa bersalah, penyakitnya membuat istrinya menderita. “It’s okay, Honey,” jawab Kinan dengan melengkungkan senyum tipis. Dia terlihat kurang tidur.“Terima kasih suda