Share

Bab 19 Tak Dianggap

Aku masih tak kunjung mendapat pekerjaan. Di rumah mertuaku, aku dipandang layaknya benalu. Padahal aku tak mengganggu siapapun. Sengaja aku tak banyak bicara di rumah. Itu agar aku tak serba salah. Namun, aku diam nyatanya masih membuat serba salah.

"Zulfi, ini bajumu dicuci!"

"Nanti, capek aku baru pulang kerja."

Mertuaku siang itu mengingatkan Zulfi. Ia menyuruhnya untuk mencuci bajunya. Zulfi memang belum belum menikah. Sehingga tak ada istri yang mengurus keperluannya.

"Carikan istri buat Zulfi, Bu!" Ujar Mbak Namira.

"Susah mau carikan dia yang kayak gimana."

"Jodohkan sama anak pak RT saja. Dia santri loh. Kayaknya mau sama Zulfi. Santri loh!"

Suara mbak Namira seakan lantang menyebut santri. Aku juga ikut mendengarnya. Maklum, aku tengah mencuci piring kala itu. Dia memang menyukai santri. Mas Hakim memang latar belakangnya dari keluarga kyai. Terlebih lagi aku bukanlah seorang santri. Namun sayangnya, mereka kurang suka dengan cadar. Terlebih yang berpenampilan sunnah. Di m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status