Share

Bab 20 Iparku Kembali Berulah

"Jadi istri itu seharusnya membantu tugas suami. Aku saja sedang hamil, masih bisa cari uang."

"Ssst.. nanti kedengaran Tazkiyah!"

"Biar saja, Bu. Dia gak bosan, di rumah terus? Kalau aku gak bisa loh, Bu. Berdiam diri hanya di rumah. Kegiatan tidak ada. Coba cari uang, bantu suami. Ini Hakim sudah kerja dari pagi sampai sore. Minggu saja, dia masih sempatkan privat."

Mbak Namira tak putus membicarakanku.

Kenapa dia serisih itu denganku?

Pertama soal aqidah, kini kerjaan. Sikapnya membuatku tambah tak nyaman disini.

"Orang kayak gitu pemalas." Ungkap Mbak Namira.

"Yah, sudah. Terpenting dia sudah bantu ibu di rumah."

"Lagian aku heran. Ngakunya sarjana, masih gak kerja juga."

Teramat sakit aku mendengar perkataan mbak Namira. Segitu bencinya ia padaku. Itulah yang membuat aku menutup diri. Aku segan berkumpul bersama mereka. Aku tak berani lagi bicara dengan mbak Namira.

Siang itu, mas Hakim pulang cepat. Aku merasa senang. Lalu kuhampiri ia dan kusalami tangannya.

"Tumben pulang cep
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status