Share

Bab 2 - Bertemu Lagi!

Felicia memekik kaget dan refleks menjatuhkan dompet Theo. Ia pun menutup mulutnya sambil melirik ke arah Theo yang masih terlelap.

‘I-ini… tidak mungkin kan?’

Dengan panik Felicia mengambil KTM itu sambil berharap kalau Theo adalah mahasiswa S2, bukan S1 yang masih bocah. Namun, saat Felicia melihat keterangan di KTM itu …

“Theodorus Leonell Wijaya, mahasiswa S1, jurusan Manajemen!” pekik Felicia tertahan,.

Felicia menatap tanggal lahir yang tertera di kartu tanda mahasiswa milik Theo. Astaga, ternyata umur Theo baru dua puluh satu tahun! Theo enam tahun lebih muda dari Felicia!

“A-aku tidur dengan berodong?!”

Felicia seketika merasa tertipu. Kakinya langsung lemas, dan hampir terjatuh kalau tangannya tidak memegang tangan sofa lebih dulu. Ini gila!

‘Aku merelakan keperawananku untuk bocah 21 tahun?! Gila kamu, Feli!’ 

Tidak, hubungan ini harus segera diselesaikan. Felicia tidak mau bermain-main cinta dengan bocah ingusan yang 6 tahun lebih muda darinya. Ia mencari suami, bukan berondong!

Felicia bergegas mengambil barang-barangnya tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Ia harus kabur dari hotel itu sebelum Theo bangun. 

“Ternyata aku korban penipuan bocah kuliah! Sialan!” Felicia berseru kesal dalam perjalanan pulang ke rumah usai kabur dari hotel.

Pantas saja Felicia merasa aneh. Tadi malam sebelum berakhir di hotel, Felicia sempat mengajak Theo mengobrol tentang pekerjaan. Namun, jawaban Theo terdengar seperti orang bingung.

Felicia kira itu karena Theo gugup, tapi memang ilmunya belum sampai sana. Mana ada bocah kuliahan yang paham dunia orang kerja?

Begitu sampai di rumah, Felicia langsung mendapat sambutan sinis dari adiknya, William. Pria itu meliriknya dari sofa, dengan TV menyala di depannya.

“Dari mana aja kamu, Kak? Tadi malam nggak pulang,” tanya William.

Felicia tidak langsung menjawab adiknya yang sekarang genap berusia 25 tahun itu. Ia hanya diam menatapnya. Kira-kira bagaimana kalau adiknya tahu apa yang terjadi tadi malam? 

William itu pasti akan menertawakannya jika mengetahui dia menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda dari dirinya, apalagi menjadi korban penipuan sampai berakhir di ranjang!

“Dari rumah Diana,” bohong Felicia, menyebut nama salah satu temannya.

William tampak tidak curiga, dan hanya melengos untuk kembali menonton TV. Ya, untung saja Felicia memang sering menginap di rumah teman-temannya, termasuk Diana. 

Melihat dirinya lolos dari interogasi adik bawelnya itu, Felicia langsung melesat ke kamar. Namun, baru saja hendak rebahan, tiba-tiba terdengar dering dari ponselnya pertanda ada panggilan masuk. 

Theo memanggil….

Ketika melihat nama yang tertera di layar, Felicia sontak melotot.

“Aku harus blokir nomornya!”

Panik, Felicia bergegas menolak panggilan yang masuk dari Theo. Dia pun memblokir nomor Theo kemudian.

“Gila! Berondong!” pekik Felicia ketika teringat umur Theo.

Tipe idaman Felicia adalah pria yang lebih tua darinya. Jika tidak ada, yang seumuran pun tidak masalah. Karena itulah dia ingin berkencan dengan Theo, bahkan sampai membawanya ke hadapan sang ibu. 

Namun, siapa sangka, dunia begitu lucu sekarang.

Say no to berondong! Felicia tidak suka dengan pria yang masih bocah!

*

“Kenapa bengong?”

Felicia terlonjak kaget saat mendengar pertanyaan dari teman kerjanya sekaligus sahabatnya, Diana. 

Dua hari lalu merupakan hari terburuk sepanjang hidupnya. Ia tidak bisa tidur, dan Theo tetap berusaha menghubunginya melalui semua media sosial. 

Saking stresnya memblokir akun-akun Theo, Felicia sampai berangkat kerja satu jam lebih awal. Bukan untuk mulai bekerja, tapi hanya diam di depan komputer.

“Siapa yang bengong? Enggak tuh!” sangkal Felicia.

Diana menyipit curiga. “Lagi mikirin apa, hayo? Jangan-jangan … kamu udah punya pacar baru, ya?”

“E-enggak!”

Felicia diam. Kalau teman-temannya tahu dia menjadi korban penipuan bocah kuliah di aplikasi kencan, pasti dia akan ditertawakan. Saking sayangnya mereka dengan Felicia, bukannya menenangkan, mereka pasti mengumpat.

“Mampus! Nggak denger kata orang tua, sih!” Felicia sudah membayangkan suara Diana yang mengatakan itu di kepalanya.

Ah, sial. Felicia malah teringat lagi dengan malam panas bersama Theo.

Felicia ingat dengan jelas ukuran tubuh Theo. Gila! Bagaimana bisa bocah seperti Theo memiliki ukuran sebesar itu? Walaupun ini pertama kalinya untuk Felicia juga, setidaknya ia sudah beberapa kali menonton film dewasa, kan.

Memang Theo sangat menarik dari segi fisik, kepribadiannya dan suaranya juga oke. Namun, ketika mengingat bagaimana pria itu menipunya, Felicia kembali kesal dan marah.

“Hari ini katanya mau kedatangan anak magang,” suara Diana membuat Felicia membuyarkan lamunan mesumnya. “Ada yang ganteng nggak, ya?” 

Diana tertawa cekikikan setelahnya.

Felicia berdecak, sambil memutar bola matanya. “Ingat! Kamu udah punya suami!”

“Iyalah, aku tahu. Cuma butuh cuci mata, barangkali ada yang ganteng.”

Felicia tidak peduli ada yang tampan atau tidak. Dia tidak tertarik dengan anak magang, karena mereka pasti bocah-bocah ribet yang selalu tanya ini-itu. Jadi daripada bergosip tentang hal yang tidak penting, lebih baik dia mengurus pekerjaannya.

Tak lama, manajer Felicia datang diikuti oleh beberapa anak muda di belakangnya. Para karyawan yang penasaran pun menoleh, sepertinya itu para anak magang.

“Fel, lihat tuh. Ada yang ganteng, woi! Badannya juga bagus,” bisik Diana di sebelahnya.

“Nggak tertarik,” ucap Felicia sambil menatap layar komputer, tidak menoleh sama sekali.

Sang manajer menyuruh para anak magang itu untuk berkenalan. Mau tak mau, Felicia juga berdiri di mejanya, siap menyambut anak-anak magang itu.

“Halo, Bu.”

Deg!

Suara berat itu mengingatkan Felicia dengan desahan rendah di hotel malam itu. Tubuh Felicia langsung menegang. Perlahan, Felicia pun mengangkat pandangannya.

“Saya Theodorus, mohon bimbingannya untuk ke depan.” Benar, itu Theo, pria berondong yang tidur dengannya malam itu. 

Theo melempar senyum yang tidak Felicia ketahui maksudnya, tetapi senyum itu mampu membuat Felicia merinding dan teringat dengan kejadian malam panas waktu itu.

“Sa-saya Felicia.”

Felicia membalas jabat tangan Theo dengan dada berdebar hebat. Bagaimana bisa dia bertemu lagi dengan Theo?! Takdir macam apa ini?! Ingin rasanya Felicia menjerit lalu kabur dari sini secepatnya.

Namun, keterkejutan Felicia teralihkan saat menatap tangannya yang berjabatan dengan Theo. Dia terpana, otot tangan Theo terlihat seksi, tangannya pun kekar saat menggenggamnya.

Grep!

Felicia tersentak kaget saat Theo tiba-tiba meremas tangannya. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status