Share

kami tidak bertengkar hanya saja Nathan marah.

Pukul setengah lima sore, saat terdengar pintu apartemen terbuka. Kawan satu atapku pulang. Telat dua jam dari biasanya. Aku yang berbaring di atas tempat tidur tak berniat beranjak menyambut. Rasa malas mendominasi otakku saat ini.

Selang beberapa menit pintu kamarku diketuk dan detik berikut terbuka dari luar. Miranda berjalan masuk dengan Ardi menyusul dibelakangnya.

"Masih pusing" Tangan Miranda terulur menyentuh dahiku.

"Nggak," kataku masih dengan rebahan. Malas sekali bangun.

"Tadi aku sudah beli bakso kesukaan kamu di warung Indonesia, buat kita buka nanti. Di luar sedang turun salju, pasti enak makan bakso dengan sambal yang banyak." Ujarnya dengan senyum lebar.

Kutarik sudut bibirku membentuk senyuman, "Makasih,"

Suasana hening sejenak.

"Kamu bertengkar dengan Nathan?" tanyanya tiba-tiba dan aku diam saja, bingung mau jawab apa. Menurutku kami tidak bertengkar hanya saja Nathan marah.

"Apa kamu merasa tak nyaman dengan sikap kami?" tanyanya lagi.

Kualihkan pandanganku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status