Share

Bab 23.A

Semua orang nampak serius mengamati layar laptop dan kertas-kertas di hadapannya, tanpa kata aku lekas memasukkan kalung liontin jadul itu ke dalam tas kerja milikku, tak berselang lama pria blasteran Amerika itu kembali, dan kami langsung memulai acara meeting pagi ini.

*

Pulang dari kantor aku segera meluncur ke rumah mama mertua yang kini hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang tak lain adalah ART dan tukang kebun rumah itu.

"Adnan!" terdengar teriakkan Haris memanggil dari belakang.

"Ngopi dulu yuk," ujarnya saat kami sudah berjalan bersisian di parkiran.

Dua bulan terakhir, nongkrong di sebuah cafe dan menikmati secangkir sampai dua Cangkir kopi merupakan rutinitas baru bagiku dan Haris.

Sahabatku itu selalu menjadi pelipur lara kala diri ini kesepian dan tenggelam pada lautan derita masa lalu, terkadang ia juga membawaku ke sebuah pengajian di kala libur bekerja.

Namun, pria yang berpostur tubuh tak jauh berbeda denganku itu selalu membuat hati iri, bagaimana tak merasa iri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status