Kekasih Gelap Istriku Ternyata?

Kekasih Gelap Istriku Ternyata?

By:  Ina Qirana  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
56Chapters
17.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Adnan divonis mandul oleh dokter sementara ia memiliki seorang putri dari pernikahannya dengan Melta, tak hanya itu di pernikahan yang ke delapan tahun ini Melta juga sedang mengandung anak kedua, Adnan terkejut bagaimana mungkin istrinya hamil sementara ia divonis mandul oleh dokter, lalu siapa yang menghamili istrinya?

View More
Kekasih Gelap Istriku Ternyata? Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Irvan Hutajulu
cerita yang bagus
2023-11-03 07:09:01
0
56 Chapters
Bab 1
"Mel, lehermu kenapa itu merah-merah begitu?" tanyaku sambil menatap batang leher Melta dan wajahnya bergantian."Emmm, anu, Mas aku juga ga tahu, gatal lho ini," jawabnya sedikit gelagapan sambil menggaruk-garuk perlahan, dari gestur tubuh dapat kubaca jika yang ia lakukan memang sebuah kedustaan.Tanda merah itu kecil dan sedikit memanjang, untuk orang dewasa dan sudah menikah, tentu semua akan menilai jika tanda itu buatan suaminya.Namun, aku sama sekali tak pernah merasa membuatnya, fikiran buruk tiba-tiba berkecamuk memenuhi isi kepalaku, benarkah tanda merah itu pertanda jika ada lelaki lain yang bisa memuaskan dahaganya?"Coba sini aku lihat," ucapku sambil menyibak rambutnya."Ini digigit serangga kali, Mas, bentar lagi juga ilang." Ia berkilah, menepis pelan tanganku yang hendak menyibak rambutnya yang terurai panjang.Dalam hati ini sudah tertancap benih keraguan, aku menggeser posisi duduk yang semula menghadapnya, mulai menyuapkan nasi goreng buatannya, sarapan favoritku
Read more
Bab 2
"Mel, ini noda apaan?!" tanyaku dengan nada tinggi, sehingga wanita yang sedang menghadap cermin itu menoleh seketika."Apaan sih, Mas." Melta bangkit dan menghampiri, lalu melihat noda yang kumaksud.Ia terdiam sejenak, mungkin sedang mempersiapkan jawaban yang tepat untuk berkilah, aku sudah membaca dari raut wajahnya."I-ini ... iler ... iya ilernya Sandrina, tadi sore dia tidur di sini, aku lupa sprei-nya belum dicuci," jawabnya terbata, lalu bibirnya menyeringai dengan terpaksa.Kupandangi wajahnya dalam untuk mencari kebohongan di sana, ya aku temukan itu, temanku Dendi seorang psikolog setidaknya aku sedikit tahu dan bisa membedakan mana yang sedang berbohong dan tidak."Yakin ini iler Sandrina? bukan iler lelaki lain?" tanyaku menohok, Melta nampak menelan ludah sambil mengedipkan kedua bola matanya.Kena kamu! Lihat saja jika kutemukan siapa lelaki itu maka, akan kuhabisi saat itu juga di hadapan wajahnya.Untuk saat ini aku harus bersikap tenang dan berpura-pura mempercayain
Read more
Bab 3
Sejak hari itu, aku selalu menelisik wajah Sandrina yang kata Haris sangat mirip dengan Gian, Ya itu memang benar, ucapan Haris memang tak salah.Hidung, bibir juga kening gadis kecil itu persis seperti Gian, sedangkan rambutnya hitam dan lebat mirip ibunya, sementara aku tak satupun anggota tubuhku yang menurun pada gadis itu.Haris bilang, tak ada jejakku di tubuh Sandrina, walaupun ia bercanda tetap saja hatiku teriris rasanya, jika saja dugaan ini benar Sandrina bukan berasal dari benihku maka, takkan kuampuni mereka sampai kapanpun.Dan akan kupastikan jika mereka akan menerima balasan yang lebih menyakitkan dariku, tunggu saja waktunya Melta!"Elo yakin ga nih, jangan sampai lo berprasangka buruk terhadap adik sendiri," ucap Haris sambil menghisap satu batang rokok."Gua waktu itu becanda Adnan," lanjutnya, sepertinya sahabatku ini menyesali candaannya tempo hari.Saat ini aku sedang berada di sebuah cafe bersama Haris, menceritakan semua masalahku padanya, sejak SMA kami bersah
Read more
Bab 4
"Ehhhmmm." Aku berdehem sambil melangkah menghampiri, mereka terperanjat melihat kedatanganku yang tiba-tiba, tubuh keduanya terguncang. Namun, beberapa saat kemudian binar wajahnya terlihat biasa saja, ternyata mereka cukup pintar dalam berakting.Sayangnya, posisi mereka berseberangan terhalang oleh meja makan, jika saja mereka kepergok bermesraan mungkin lain lagi ceritanya."Kamu sudah pulang, Mas, kok suara mobilnya ga kedengaran," sapa Melta basa-basi.Kuteguk segelas air minum hingga tandas, lumayan bisa meredakan panas yang terasa membakar di dalam sana."Mobilku mogok," jawabku tanpa menoleh ke wajahnya."Mau makan?" "Aku sudah makan di luar," jawabku masih dengan nada yang sama."Tumben makan di luar.""Dari pada jajan di luar," jawabku sambil menyeringai lalu pergi meninggalkannya yang sedang keheranan.Kubasahi tubuh yang bercampur peluh, guyuran air shower cukup menyejukkan anggota badan ini, bagaimanapun juga aku harus tetap waras dan berfikir jernih untuk menghadapi m
Read more
Bab 5
Ya Tuhan, apakah aku salah? ternyata mereka tak melakukan apa-apa, hanya interkasi biasa layaknya seorang adik dan kakak.Kuusap rambut ini dengan gusar, semakin bingung menghadapi keadaan yang terasa berputar-putar, jika mereka ada main di belakang harusnya kesempatan emas ini digunakan untuknya bersenang-senang.Namun, apa itu? Melta malah terbaring di tempat tidur seorang diri, wanita itu sibuk memainkan gawainya, tanpa ada siapapun yang menghampiri apalagi menggauli seperti dugaanku tempo hari.Agghh menyebalkan! Apa yang kulihat ini nyata? ataukah hanya sebuah dusta? otakku tak bisa berfikir jernih kali ini, gegas aku menelpon Haris untuk membicarakan masalah ini.Untungnya pria itu tak pernah menolak, kapanpun ia siap untuk membantu segala kesusahanku, semoga saja ia bisa memecahkan masalah ini.Hampir satu jam akhirnya Haris datang, ia melepas jas yang membalut tubuhnya."Ada apa, Nan?" tanyanya enteng sambil duduk di sampingku."Lo lihat ini." Aku mengalihkan laptop ke hadapa
Read more
Bab 6
Lututku terasa lemas, jiwaku bergetar bagaikan dihantam palu godam, kutatap wajah Haris yang memancarkan kesungguhan, ia sedang tak bercanda, ya Tuhan, bagaimana bisa."Dengerin gua Adnan, Susi ternyata dibayar Melta buat jebak elo," ujar Haris lagi membuat bibirku terbungkam seribu bahasa.Pantas saja semua jejaknya tak nampak di kamera pengintai itu, rupanya semua ini akibat ulah Susi, mereka main cantik pertempuran ini tak semudah yang kubayangkan."Adnan, ko elo bengong." Haris mengguncang tubuhku yang memang terasa kaku."Bentar, Lo tau dari mana kalau mereka kerja sama?" tanyaku penasaran, kuurai degup jantung yang semula berpacu hebat.Ia menyeringai sesaat." Tadi sore gua buntuti si Susi terus mereka ketemuan sama bini Lo dan dia ngasih sesuatu, gua sendiri juga lihat dia mencampurkan itu ke beberapa minuman, setelah ini gua yakin Susi bakal pakai seribu cara supaya elo bisa minum minuman buatan dia," pungkas Haris panjang lebar.Tertegun mendengarnya untung saja minuman itu
Read more
Bab 7
Saat mata ini mengerejap nampak wajah Fandy dan Haris menatapku dengan iba, pandangan mereka sayu sepertinya khawatir pada keadaanku yang terbaring lemah, luka batin sungguh mematikan dari pada luka badan.Kubuka bola mata dengan sempurna, aku berada di sebuah kamar besar ber chat serba putih begitu pula dengan furniture lainnya, berjejer dengan warna yang sama, mungkin ini kamarnya Fandi."Elo udah bangun? gimana? enakkan badannya?" tanya Fandi sambil meraba keningku."Iya, gua pingsan ya, Fand?" tanyaku dengan suara bergetar.Bukan hanya suara yang bergetar, rasanya seluruh tubuhku pun ikut bergetar hebat, bagaikan sebuah kapal yang dihantam badai, terombang-ambing di tengah lautan, tak tentu arah, harus apa aku sekarang."Iya kamar gua, santai aja, kalo masih lemes mending Lo tidur lagi," titahnya sambil membantuku yang hendak bangkit.Haris menyodorkan satu gelas air putih. Aku langsung meminumnya seteguk, air itu terasa pahit di lidah, terlebih saat otakku mengingat-ngingat lagi
Read more
Bab 8
Terasa ada yang meledak di dalam dada, tubuhku kaku disertai napas yang sesak, ini merupakan kabar duka untuk kesekian kalinya, cukup meluluh lantakkan hatiku yang sudah terkoyak, kepingan hati yang sudah hancur kini melebur seperti abu.Amarah dalam dada ini membuncah, ingin sekali aku menghantamkan wajah sok polos itu ke tembok hingga berdarah-darah, beraninya ia tersenyum di atas rasa sakit ini.Kupalingkan wajah ke arah jendela sana, menatap lurus ke luar , sempat terpikir untuk menunjukkan hasil tes laboratorium saat ini juga. Namun, bukti ini belum sempurna, aku harus mampu tunjukkan pada dua keluarga jika Mereka berdua memang pengkhianat ulung.Tanpa ada bukti yang akurat keluarga besar Melta pasti akan berkilah untuk membelanya, dan ujungnya malah aku yang bersalah di mata mereka, aku tak ingin hal seperti itu terjadi, semua yang keluar dari mulut ini harus disertai dengan bukti.Pamannya Melta seorang pengacara, ia bukan sekedar paman, tapi pengganti ayahnya yang sudah tiada
Read more
Bab 9
Mataku melongo tak percaya, mengingat betul paras wajah lelaki yang kini bersama Melta sekarang, Justin, seorang lelaki yang pernah bersaing denganku di masa lalu saat aku berjuang mendapatkan hati Melta, kini pria itu hadir lagi mengusik rumah tangga kami.Ya Tuhan, kenapa semua ini terasa rumit? apakah Melta dan Justin juga ada main? ah jika tidak mengapa mereka bisa keluar bersamaan dari dalam hotel."Tunggu, Bos, sepertinya itu Bu Melta, dan ... itu bukan Gian 'kan?" tanya Roy, kukira ia sudah tahu siapa pria yang bersama Melta di dalam sana."Emang kamu belum lihat lelaki itu sejak tadi?" tanyaku keheranan."Saya membuntuti Bu Melta masuk sendirian ke kamar itu, mungkin lelakinya sudah menunggu di dalam sejak tadi," ujarnya membuat kepalaku hampir pecah."Itu bukan Gian, dia Justin mantan kekasihnya saat kuliah dulu," tegasku nampak Roy tertegun."Ok, saya akan ikuti mereka ya, tunggu saja kabar selanjutnya."Roy mengenakkan kaca matanya lalu bergegas keluar dari mobil, otakku ta
Read more
Bab 10.A
Gadis berumur sepuluh ttahun lebih itu terbaring di ranjang khusus pasien, di punggung tangannya terpasang jarum suntik menusuk ke dalam uratnya, mengalirkan tetesan-tetesan cairan ke dalam tubuh.Ia sudah tertidur lelap, setelah beberapa kali mengigau memanggil nama Gian dan ibunya, hatiku teriris sembilu mendengarnya, meski begitu tetap kulangitkan doa agar Sandrina segera di sembuhkan.Dua jam aku dan Bi Lela menunggu, rasanya lelah bolak-balik mengurus administrasi, obat dan keperluan lainnya, setelah itu barulah Melta datang seorang diri, wajahnya terpancar gurat khawatir entah itu nyata atau hanya sandiwara.Perempuan yang berdandan serba mewah itu masuk menghampiri putrinya setengah berlari, menghujani dengan ciuman dan ungkapan maaf.Aku mencelos melihat drama itu, ke mana saja ia sejak tadi saat putrinya sedang membutuhkan belaian seorang ibu, aku muak melihat tingkah modusnya."Mas, kok kamu ga ngabarin aku kalau Sandrina di bawa ke rumah sakit?" Ia bertanya sambil berdiri d
Read more
DMCA.com Protection Status