Share

2 Cemburu Sedikit Saja

“Aku sudah boleh mengaktifkan ponsel belum ya?” gumam Kalila, saat pagi harinya dia terbangun dan Gio masih belum terlihat di manapun.

Meskipun demikian, Kalila tidak bisa mengurung diri di penginapan terus menerus hanya untuk menunggu Gio datang menjemputnya.

Aku harus cari makan, pikir Kalila sambil bersiap untuk mandi.

Beberapa saat kemudian, Kalila berjalan-jalan sendirian di sekitar pantai. Tidak lupa dia membawa uang yang sempat Gio masukkan ke dalam tasnya sebelum mereka berangkat bulan madu kemarin.

Meskipun faktanya Gio berada entah di mana, Kalila bertekad untuk menikmati momen bulan madu ini. Kesempatan tidak datang dua kali, terlebih lagi bisa menjadi istri Giordano, seorang cucu konglomerat yang memiliki usaha di berbagai bidang.

Karena perutnya mulai menjerit lapar, Kalila memutuskan untuk berhenti di depan salah satu resto yang berderet sejajar. Begitu dia melangkah masuk, kedua matanya terbelalak menyaksikan pemandangan yang tersaji tidak jauh darinya.

Gio ternyata sedang duduk di salah satu meja dan dia tidak sendirian, ada seorang wanita yang tertawa-tawa bersamanya.

Perih di hati Kalila jangan ditanya, apalagi melihat kelakuan Gio yang balas tertawa menanggapi candaan yang dilontarkan wanita itu.

Aku tidak boleh mikir negatif, batin Kalila sembari memilih meja lain yang jaraknya cukup jauh. Mungkin saja mereka hanya teman ....

Ketika pelayan resto datang, Kalila memesan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Sembari menunggu pesanan dibuat, Kalila melirik ke arah meja Gio sesekali. Suaminya itu menunjukkan sikap yang bertolak belakang jika sedang bersamanya.

Penuh senyum, tatapannya hangat, dan jauh lebih ceria ketika wanita itu bercerita penuh semangat terhadapnya.

Entah apa yang mereka bicarakan, Kalila sibuk menerka-nerka dalam hati.

“Silakan, ini pesanannya ....”

“Saya bayar sekalian, berapa?” tanya Kalila sambil meraih beberapa lembar uang.

“Saya urus ke kasir dulu, Bu.”

“Kembaliannya buat kamu saja.”

“Terima kasih, Bu!”

Kalila mengangguk dan sengaja memberikan uang lebih kepada pelayan itu. Dia mulai menyantap makanannya seraya terus memperhatikan gerak-gerik Gio dan juga wanita itu.

“Kenyang ... kita pergi, yuk?”

“Sebentar, kopinya belum habis ....”

Kalila mempercepat makannya ketika melihat wanita itu bersiap-siap meninggalkan meja. Gio menghabiskan kopinya, membersihkan bibir dengan tisu, lalu dia melambaikan tangan ke arah pelayan yang berada tidak jauh dari mereka.

Kalila buru-buru meneguk teh hangat miliknya sampai habis, lalu sengaja menyembunyikan wajahnya dengan daftar menu.

Gio yang tidak menyadari keberadaan sang istri, terlihat berjalan santai dan tidak keberatan saat si wanita memeluk erat lengan kekarnya.

Sambil mengendap-endap, Kalila berjalan membuntuti mereka berdua yang pergi menuju ke pantai.

Bisa-bisanya dia selingkuh, rintih Kalila dalam hati. Meskipun mereka berdua dijodohkan, tidak bisakah Gio menghormati pernikahan mereka sedikit saja?

Setibanya di pantai, Gio dan wanita itu duduk berdampingan di atas pasir. Kalila sengaja duduk agak jauh di belakang mereka, dia berencana untuk memotret kebersamaan pasangan peselingkuh itu.

Kalila tidak tahu apa gunanya, tapi yang pasti dia bisa menggunakan bukti ini sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Tidak jauh dari keberadaannya, seorang pria jangkung terlihat sedang memotret pemandangan di sekitarnya dan dari dialah Kalila mendapatkan ide serupa.

Namun, saat Kalila mengeluarkan benda pipih itu, dia mendadak teringat dengan janjinya kepada Gio untuk tidak mengaktifkan ponsel sementara waktu.

Tapi kan aku hanya mau ambil foto sebagai bukti, kilah Kalila dalam hati. Dia tetap menyalakan ponsel miliknya, dan harus menunggu beberapa saat sampai benda pipih itu bisa dioperasikan.

Kalila bergegas membidik Gio dan si wanita yang merangkul pinggangnya erat tanpa rasa malu, dia mengambil beberapa foto dan mengamati hasil jepretannya dengan perasaan tidak menentu.

Meskipun sampai detik ini Gio belum memperlakukannya secara layak sebagai istri, tidak bolehkan dia cemburu sedikit saja?

Beberapa saat kemudian, ponsel Kalila bergetar berkali-kali seiring dengan banyaknya notifikasi yang masuk hingga dia terpana menatap layar ponsel di tangan.

“Nenek telepon ...” gumam Kalila dengan wajah muram, dia berpikir jika nenek Gio pasti bertanya-tanya kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi.

Karena itulah Kalila mengirim pesan dan terpaksa berbohong dengan memberi tahu jika sinyal di sana sangat buruk.

“Sedang apa kamu di sini?”

Kalila duduk membeku, tatapan matanya terarah ke sepasang kaki yang tidak mengenakan alas. Perlahan dia mendongakkan kepala dan langsung bertemu pandang dengan Gio!

“Mas ....”

“Kamu sengaja membuntuti aku?”

Kalila menggeleng sembari menatap Gio yang berdiri tegak menjulang di hadapannya.

“Sudahlah, ngapain ngurusi dia?” rajuk wanita yang terus bergelayut manja di lengan Gio.

Melihat interaksi yang tidak biasa antara suaminya dan wanita itu, Kalila lantas berdiri dan menatap Gio dengan saksama.

“Siapa dia?” tanya Kalila dengan mata memicing.

“Tidak sopan kamu ya!” hardik wanita itu tanpa melepaskan pelukannya dari lengan Gio.

“Aku tanya siapa dia, Mas?”

“Bukan urusan kamu ....”

“Aku ini istrinya, aku berhak tahu!” Kalila memotong ucapan wanita di samping Gio.

“Hei, aku juga ....”

“Hentikan, biar aku yang atasi dia.” Gio menyela.

“Tapi ....”

Gio menggeleng tegas, membuat wajah wanita itu memerah menahan kesal.

“Kamu ngapain pegang ponsel, jangan bilang kalau kamu mengaktifkannya?” tanya Gio tajam setelah dia melepas pegangan si wanita.

Fokus Kalila teralihkan, dia segera memasukkan ponsel itu ke dalam tas, tapi Gio menahan tangannya.

“Jangan macam-macam kamu, Lila.”

“Kamu sendiri, apa yang sudah kamu lakukan? Ini bulan madu kita, tapi kamu malah selingkuh sama dia!”

Gio menatap tajam Kalila, yang mencoba untuk tidak gentar karena memang dia dalam posisi yang tidak bersalah.

“Kita kembali ke penginapan, aku jelaskan nanti di sana ....”

“Aku bagaimana, Mas?” sela wanita itu.

“Aku akan menemui kamu lagi,” janji Gio, membuat Kalila menggeleng tidak percaya.

Wanita itu mengentakkan kakinya sambil bersungut-sungut, tapi Gio tetap berlalu bersama Kalila dan meninggalkan kawasan pantai.

“Mana ponsel kamu?” tanya Gio begitu dia dan Kalila tiba di kamar penginapan.

“Buat apa?”

“Aku periksa galeri foto dan juga aplikasi pesan.”

“Ini privasiku, kamu tidak berhak ....”

“Aku suami kamu, tugas kamu adalah mematuhi apa pun perintahku.”

Kalila mengangkat alisnya. “Suami? Baru sekarang kamu mengakui kalau kamu adalah suamiku?”

“Sudahlah, mana ponselnya?” tanya Gio, dia merampas tas Kalila dengan tidak sabar dan segera menggeledahnya.

“Tunggu, Mas! Kamu tidak bisa seenaknya seperti ini!”

Gio tidak mempedulikan protes yang Kalila berikan, dia sibuk memeriksa galeri foto yang ada pada ponsel istrinya.

“Kurang ajar,” desis Gio dengan mata berkilat-kilat. “Ternyata diam-diam kamu memotret kami ...?”

Kalila agak menciut mentalnya ketika wajah Gio menoleh.

“Kamu yang ketahuan selingkuh, kenapa kamu yang marah?”

“Siapa yang selingkuh?”

“Kamu!”

“Aku tidak selingkuh, hati-hati kalau bicara.”

“Terus siapa perempuan itu?”

Gio tidak menjawab pertanyaan Kalila, melainkan dia mengembalikan ponsel itu setelah menghapus seluruh fotonya bersama wanita tadi.

Bersambung—

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status