Share

3 Butuh Kejelasan Status

Gio tidak menjawab pertanyaan Kalila, melainkan dia mengembalikan ponsel itu setelah menghapus seluruh fotonya bersama wanita tadi.

“Jawab, Mas. Siapa dia?”

Gio tidak meladeni, dia berbalik dan membongkar koper untuk mengambil sepotong baju ganti yang masih bersih.

“Aku mau mandi, setelah itu tidur.”

Kalila memejamkan mata ketika Gio menutup pintu toilet dengan cukup keras, dia tidak mengira bahwa ujian akan secepat ini mendera rumah tangganya yang bahkan baru seumur jagung.

Selagi suaminya masih mandi, Kalila memeriksa ponselnya dan terkejut saat mendapati jika layarnya terkunci oleh pola yang tidak dia ketahui.

“Pasti ulah Mas Gio,” gumam Kalila gusar, berkali-kali dia mencoba memasukkan pola dengan serampangan dan kesemuanya berakhir dengan kegagalan.

Seharian itu Gio memilih tidur, tidak dipedulikannya wajah masam Kalila dan juga serentetan pertanyaan yang dia lontarkan.

“Kita bercerai saja, Mas.”

Kata-kata sakti itu akhirnya terucap dari bibir Kalila setelah beberapa saat Gio tersadar dari tidurnya.

Malas menjawab, pria itu lebih memilih untuk mencuci wajahnya untuk menghilangkan sisa-sisa kantuk yang masih terasa.

“Mas?” panggil Kalila untuk kesekian kalinya, sesaat ketika Gio keluar dari toilet dengan wajah yang jauh terlihat lebih segar dan rupawan.

“Bisa tidak kamu diam? Suara kamu bikin telinga sakit.”

“Aku mau kita bercerai, dan kamu bisa menikah sama selingkuhan kamu tadi.”

Gio mengusap wajahnya dengan kasar.

“Aku tidak selingkuh, oke?”

Kalila tersenyum getir. “Tidak selingkuh, kamu bilang? Lihat saja tingkah perempuan itu, Mas. Bisa-bisanya dia memeluk suami orang lain seperti tadi ....”

“Dia berhak untuk itu, sudahlah—tidak perlu diperpanjang. Kita masih punya beberapa hari lagi untuk bulan madu ini, nikmati saja.”

“Apanya yang mau dinikmati?” balas Kalila dengan hati tertusuk-tusuk. “Aku di sini sendirian sejak kemarin, sedangkan kamu? Kamu tidak pulang dan tahu-tahu aku lihat kamu sedang selingkuh sama perempuan lain.”

Gio tidak membantah ucapan Kalila.

“Tidak apa-apa kalau kamu memang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi ceraikan aku.”

“Tidak bisa,” tolak Gio tanpa berpikir.

Jawaban sang suami sempat membuat Kalila merasa dipertahankan meskipun sedikit.

“Kalau begitu tinggalkan dia.”

“Nia, maksud kamu?”

“Aku tidak peduli siapa namanya, yang jelas aku minta kamu untuk tinggalkan dia.”

Gio menggeleng. “Aku tidak bisa, jangan paksa aku.”

“Kenapa? Kamu cinta sama dia?”

Kebisuan Gio seolah menjadi jawaban atas pertanyaan Kalila.

“Oke, sangat jelas kalau kamu memilih perempuan itu. Baiklah, aku yang akan mundur.”

Sorot mata Gio langsung berubah drastis.

“Apa-apaan kamu ini, jangan bersikap seperti anak kecil!”

“Aku hanya bersikap wajar selayaknya seorang istri yang melihat suaminya berselingkuh!”

“Sudah aku katakan berkali-kali sama kamu, Lila! Aku tidak selingkuh, paham?”

“Jelas-jelas aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau ....”

“Sudah, cukup! Kita akan tetap di sini sampai bulan madu kita berakhir,” titah Gio sambil mengangkat jari telunjuknya. “Tunggu sampai aku yang jemput kamu di penginapan ini, urus makanmu sendiri karena aku sudah meninggalkan cukup banyak uang di tas kamu.”

Kalila menarik napas panjang. “Terus apa gunanya kamu menikahi aku?”

“Aku menikahi kamu justru karena kamu akan sangat berguna untukku,” kilah Gio seraya menatap sinis Kalila.

“Berguna? Apa maksud ....”

“Sudahlah, tidak usah banyak tanya dulu untuk sementara. Aku mau pergi dan tidak usah menungguku pulang.”

“Apa kamu mau menemui perempuan itu lagi?” tanya Kalila datar.

Namun, Gio tidak menjawab dan tetap meneruskan langkahnya.

Sepeninggal Gio, Kalila memijat pelipisnya dengan frustrasi. Di antara sekian banyaknya ujian pernikahan, kenapa pula dia harus diselingkuhi?

Kalila kira menikah dengan Gio adalah sebuah keberuntungan bagi wanita sederhana seperti dirinya, tapi ternyata itu salah besar!

**

Gio tidak menampakkan batang hidungnya selama dua hari, membuat Kalila dilanda kebingungan setiap saat. Ponsel di genggaman tangannya juga serasa tidak berguna karena Gio telah menerapkan kunci layar berupa pola yang tidak diketahui Kalila.

“Mas Gio ke mana sih ...?”

Menurut rencana, bulan madu mereka hanya akan berlangsung selama lima hari saja dan ini sudah hari keempat. Namun, sampai sekarang Gio belum juga muncul atau setidaknya memberi kabar kepada sang istri.

Kalila bahkan sudah mulai membereskan baju-baju miliknya ke dalam koper, kemudian keluar dari penginapan untuk mengisi perut yang sudah menjerit kelaparan.

Ketika Kalila berjalan menyusuri halaman penginapan yang sangat luas, sudut matanya melihat Gio yang sedang berdiri di samping mobil bersama wanita itu.

Berusaha keras untuk meredam emosi yang bergejolak tidak menentu, Kalila mengendap-endap memutar untuk mencuri dengar apa yang sedang mereka perbincangkan.

“... jangan seperti ini, Nia ....”

“Aku tidak peduli ya, Mas. Pilih aku atau dia!”

Kalila menyandarkan punggungnya di bodi mobil, sementara kedua telinganya tepasang baik-baik.

“Jangan suruh aku untuk memilih sekarang, aku belum bisa!”

Kalila tercekat. Gio belum bisa memilih, apa itu artinya suatu saat nanti sang suami akan menceraikannya demi bersama wanita selingkuhan itu?

“Kenapa belum, apa bedanya memilih sekarang atau nanti?” Nia merajuk dengan suara diulur memanja.

“Kita bicarakan lagi nanti, oke?”

“Tidak bisa, aku butuh kejelasan status di antara kita, Mas!”

“Aku bilang tidak sekarang, Nia. Tolong kamu mengerti aku, sedikit saja ....”

“Setidaknya kamu kasih tahu istri kamu itu, siapa aku sebenarnya!”

Kalila menunggu jawaban apa yang akan Gio berikan.

“Lila akan tahu kalau sudah waktunya, kan yang penting aku tidak pernah sekalipun menyentuh dia—bahkan setelah kami resmi menikah.”

“Oh ya? Apa buktinya kalau kamu hanya tidur sama aku saja?”

Sampai di sini, Kalila membekap mulutnya dengan telapak tangan. Jadi Gio dan wanita itu bahkan sudah tidur bersama?

“Sejak di sini, aku kan selalu sama kamu.” Gio mempertegas. “Aku bahkan tidak mempedulikannya di malam pertama kami.”

Tangan Kalila kini mencengkeram bagian depan kemejanya, berusaha meredakan rasa nyeri yang berdenyut-denyut di dalam sana.

“Mas Gio!” Kalila memutuskan untuk langsung mendatangi mereka berdua.

“Lila?” Gio terpana, sementara Nia langsung memeluk lengan pria itu di depan mata kepala istrinya.

“Jadi ini alasannya kamu tidak pernah pulang ke penginapan? Demi bisa selingkuh sama dia di belakang aku?”

“Jaga mulut kamu ya, aku bukan selingkuhan Gio!”

“Aku tidak bicara sama kamu,” sentak Kalila kepada Nia, dia lantas kembali menoleh ke arah Gio. “Aku tahu kita menikah karena dijodohkan, Mas. Setidaknya, tolong kamu hargai pernikahan kita ....”

“Cukup, Lila. Jangan bikin drama di sini,” tukas Gio dengan raut wajah tampak tidak senang.

“Drama, kamu bilang? Drama perselingkuhan maksudnya kan?”

“Aku bilang cukup, Lila.”

Nia tersenyum penuh kemenangan saat Gio mengintimidasi istrinya sendiri. “Sana deh pergi, masih tersisa satu hari lagi dan aku mau menikmatinya sama Mas Gio.”

“Tidak punya malu, apakah karena kamu segitunya tidak laku, terus kamu memilih selingkuh sama suami orang?”

Bersambung—

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status