Share

Bab 7 - Bertemu Saingan Cinta

Keselamatan Giskana sejak kecil selalu terancam oleh karena itu papanya selalu menempatkan banyak bodyguard untuk mengawalnya. Sayangnya ketika beranjak remaja, anak ini mulai membangkang. Ia sering menyelinap kabur dari para penjaganya. Sejauh ini, ia sudah tiga kali diculik. Sekali saat masih kecil dan sisanya saat dirinya beranjak remaja.

Anggap saja Giskana selalu beruntung namun keburuntungan itu sendiri memiliki limit. Tidak ada yang tahu apakah pertolongan Awan saat itu merupakan keberuntungan terakhirnya. Satu hal yang pasti, sekarang Giskana tidak ingin terlalu merepotkan para pengawalnya. Pasalnya ia tahu betul apa yang akan terjadi pada para pengawalnya itu jika mereka sekali lagi kecolongan.

Saat ini ia hanya meminta kepada mereka untuk tidak terlalu mencolok dan berpenampilan seperti warga sipil agar tidak menarik perhatian khalayak. Jika ditanya alasan menagap banyak yang mengincar nyawa anak itu, jawabannya karena papanya adalah mantan mafia dengan jaringan organisasi terbesar di negara ini.

Fero dan Raymond adalah sahabat sejak SMA yang mendirikan jaringan ini sejak mereka masuk kuliah. Di siang hari mereka adalah mahasiswa namun di malam hari keduanya menjalankan bisnis ilegal. Anggota mereka sudah sangat banyak. Sang pimpinan terkanal karena mereka menampung para proletar. Tidak butuh alasan khusus karena keduanya adalah anak panti asuhan yang harus bekerja keras untuk hidup dan menempuh pendidikan.

Pada akhirnya Fero ingin membubarkan organisasi yang anggotanya tersebar hampir di seluruh pelosok negeri ini. Alasannya cukup klise, ia hanya jatuh cinta pada ibu Awan. Awalnya Raymond menolak keras ide ini, tapi sahabatnya itu berhasil meyakinkannya.

“Kita harus tahu kapan kita harus berhenti Ray. Justru saat sedang berada di puncak itulah kita harus melepaskannya,” ujarnya saat itu.

“Jangan bicara omong kosong, Bang Fer. Bagaimana dengan para anak buah kita?”

“Kita lepaskan bisnis kotornya dan jalankan yang legal saja. Pemerintah sudah lama mengincar kita. Anak-anak juga butuh sandaran yang kokoh. Mau sampai kapan kita begini? Setiap hari hidup menantang bahaya.”

Sebenarnya Raymond tidak langsung setuju. Namun Fero yang setahun lebih tua darinya itu akhirnya bisa meluluhkannya. Pada akhirnya mereka membubarkan organisasi itu dan berhenti menjual narkoba. Kemudian mereka memutuskan untuk membuka bisnis. Raymon membuka hotel sementara Fero membangun perusahaan otomotif. Sesuai kesepakatn, keduanya memperkerjakan para anak buah yang loyal.

Namun tidak ada paksaan di sini. Orang-orang yang memilih pergi dan tak ingin mengikutinya lagi telah diberi pesangon yang cukup untuk menyambung hidup sementara atau membuka usaha kecil-kecilan.

Kembali ke masa sekarang, orang-orang kepercayan Raymond telah membawa seluruh bukti insiden percobaan pembunuhan anaknya. Karena CCTV di daerah tersebut disabotase, butuh waktu lama untuk mengetahu siapa dalang di balik semua ini. Namun setelah mengerahkan segala sumberdaya, mereka berhasil menemukan percikan darah yang menempel di kerikil dan sebuah cincin pelaku yang jatuh.

Pelaku adalah organisasi bawah yang menjalankan usaha kotor salah satunya perdagangan manusia. Raymond memerintahkan para anak buahnya untuk merahasiakan hal ini dari anaknya. Sayangnya Giskana sudah tahu karena menguping seluruh pembicaraan mereka. Namun dari semua yang ia dengar, hanya ada satu hal yang ia garis bawahi yakni Awan sempat bertarung dengan para penjahat itu.

“Mau di kehidupan dulu atau sekarang, sifat lo nggak pernah berubah ya Kak,” gumamnya pelan.

Saat itu ketika membawa Giskana pulang ke rumahnya, Awan hanya menjelaskan jika dirinya menemukan Giskana tergeletak di tepi jalan. Ia tak ingin terlibat lebih jauh. Lagipula ia yakin dengan kemampuan keluarga Cakrawala untuk mengungkap dalang di balik semua ini.

Sekarang Giskana tidak akan melakukan apapun karena semuanya akan diurus oleh papanya. Mulai saat ini ia hanya perlu fokus kepada Awan. Lagipula sejak kecil papanya memang menjauhkannya dari hal-hal berbau dunia bawah. Inilah kenapa ia begitu manja dan hanya tahu bersenang-senang serta menghabiskan harta papanya itu.

Entah apakah kehidupan Giskana bisa disebut lebih baik dari Awan atau tidak. Jika Awan ditinggal mati oleh ibunya saat usia sepuluh tahun, ibu Giskana pergi saat anaknya berusia tiga tahun. Ibu Awan meninggal dibunuh oleh musuh ayahnya, berbeda dengan ibu Giskana yang memilih meninggalkan anaknya dan menikah lagi. Sejak itu ia tak pernah bertemu dengan ibunya yang memilih untuk tinggal di luar negeri. Hal ini membuat Raymond merasa bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagiaan yang utuh untuk sang anak. Ia berpikir yang bisa ia berikan sebagai seorang papa hanyalah kasih sayang dan uang.

Flashback berakhir.

Pada hari berikutnya, Giskana masuk kerja seperti biasa. Kemarin untuk pertama kalinya ada uang masuk ke rekeningnya dari usaha dan kerja kerasnya sendiri. Hal ini cukup untuk membuatnya bersenandung saat dalam perjalanan ke kantor.

“Semalam mimpi bagus ya?”

“Bukan, Nona. Nanti sepulang kerja ayo makan bareng. Gue yang traktir.”

“Ayo, siapa takut?! Akhirnya bergadang hampir sebulan full ada hasilnya ya?”

Hari ini Giskana sudah siap bertempur habis-habisan bahkan meski ia harus bekerja dengan beban dua kali lipat. Namun hingga sore hari Awan ternyata tidak membuat masalah. Ia tidak lagi mengeluh tentang desain presentasi yang katanya menyakiti indra pengelihatan. Sang CEO juga tidak menyuruhnya merevisi laporan yang katanya sulit dipahami.

Dari yang ia amati, suasana hati bosnya sedang bagus. Orang itu bahkan beberapa kali tersenyum saat melihat ponselnya. Padahal biasanya ia tak akan menyentuh smartphone saat jam kerja. Melihat hal ini membuat Giskana gelisah. Apakah hal ini berkaitan dengan Rosa?

Kepalanya penat. Untuk itu ia keluar sejenak dari ruangan untuk cuci muka. Namun saat membuka pintu, ia melihat sosok yang tidak diinginkan. Ah, ia membenci firasatnya. Namun ia tak ingin dikuasai oleh suasana. Ia pun menghampirinya dengan senyum elegan.

“Seperti biasa, hari ini pun Anda tampil menawan, Nona Rosa. Mau ketemu Bos ya?”

Sungguh basa-basi yang basi. Tapi wanita yang mengenakan dress berwarna merah itu tersipu. Hari itu bahkan dirinya pergi ke salon dulu sebelum datang ke sini. Model itu selalu tampil maksimal saat bertemu dengan Awan. Dari hasil penyelidikannya, selama ini Awan menjadi donatur Rosa. Semua kebutuhannya sebagai seorang model dibiayai oleh kekasihnya itu.

Ketika asik mengobrol, Awan keluar dari ruangannya. Sejurus kemudian ia merangkul pinggang sang kekasih dan mengecup mesra pipinya. “Sayang kenapa malah menunggu di sini? Kenapa nggak langsung masuk aja?”

“Maaf ya Sayang, aku tadi ngobrol sebentar sama asisten pribadi kamu,” jawab Rosa dengan tersenyum lembut.

“Kalian sudah akrab ya (?).”

Rosa pun tergagap. Ia merasa ada yang tidak beres apalagi saat melihat kekasihnya menatap tajam Giskana. Sang asisten pun akhirnya harus membereskan kekacauan yang sudah ia timbulkan.

“Maaf Bos saya tidak bermasud lancang. Tadi saya melihat Nona Rosa dan hanya bertukar salam saja.”

Tak ingin merusak suasana, Awan pun membiarkannya. Namun sebagai gantinya, ia menyuruh gadis itu untuk menyusun data yang sudah dikirimkan ke email-nya. Tentu saja deadline-nya adalah malam ini sebelum pukul sembilan.

“Sepertinya malam ini lo harus lembur lagi, Gis. Makan bareng lain kali aja kalau gitu,” sahut Maya.

“Janji tetap janji. Lagipula ini masih jam lima, Nona. Gue masih ada banyak waktu. Ayo pergi makan.”

Sebelum pergi, Giskana mengirim pesan kepada salah satu pengawalnya untuk mengikuti Awan dan Rosa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status