Awalnya, semuanya tidak begini. Seorang Devanda Kusumawirya bukanlah perempuan kaku, dingin, tidak berekspresi, dan tidak menarik. Dia berubah menjadi sekarang karena melewati banyak hal. Berbagai hal … yang jika dipikirkan oleh nalar manusia, tidak akan pernah bisa dipahami dengan baik.
Kehidupan pertama …. “Perempuan macam apa kamu?!” Brak! Tubuh Devanda jatuh terduduk di lantai oleh dorongan mertuanya. Mendengar bentakan dan kalimat jahat dari mertuanya merupakan makanan sehari-hari Devanda. Sepertinya mereka tidak akan pernah puas sampai Devanda benar-benar berakhir. Apa gunanya menjadi satu-satunya perempuan beruntung di negeri ini karena bersanding di sebelah seorang Jonathan Prakarsastra? Kecantikan dan bakat unggul Devanda yang sudah terkenal di mana-mana memang membuatnya begitu populer. Cara duduk, cara bicara, dan cara berpenampilannya hampir selalu menjadi patokan standar kecantikan. Menjadi influencer di usia muda membuat setiap pergerakan dan langkah yang ia ambil menjadi sorotan. Tak lupa, sang suami yang merupakan pejabat penting. Mungkin 2 tahun lagi, pria itu akan bergabung dalam pencalonan presiden. Kehidupan Devanda tampak sempurna dengan Jonathan di sebelahnya. Tapi siapa sangka jika dia sebenarnya sering mendapatkan penganiayaan seperti ini dari mertuanya karena tidak kunjung memiliki anak? Devanda sudah keguguran lima kali. Penghinaan dari keluarga besar terus berdatangan untuk meminta Jonathan dinikahkan dengan perempuan lain. Sayangnya, pedoman Keluarga Prakarsastra begitu kuat akan prinsip janji suci pernikahan yang menjadikan istri sebagai satu-satunya perempuan di kehidupan pria Prakarsastra. Maka hal tersebut membuat Jonathan harus selamanya menjadi suami Devanda. Jonathan yang manis dan selalu memperlakukan Devanda dengan hangat. Tapi siapa sangka kalau penyebab Devanda terus mengalami keguguran adalah penyakit kelamin yang dibawa Jonathan? Benar, tidak bercerai atau menikah lagi bukan berarti benar-benar tidak ada perempuan. Jonathan, memiliki kelainan hipersex yang mengharuskannya untuk memiliki obsesi tinggi tentang berhubungan badan dengan berbagai perempuan. Maka dari itu, kehidupan pertama Devanda begitu menyiksa. Hingga akhirnya dia mati, akibat penyakit kelamin yang dibawa oleh Jonathan. Setelah menutup mata, Devanda merasa dirinya beruntung ketika membuka mata dan kembali memandang dirinya yang berusia 17 tahun di cermin. Mungkin ini adalah kesempatan kedua untuknya memperbaiki hidup. Kehidupan kedua …. “Aku tidak mau dan tidak akan pernah menikah seumur hidupku!” bentak Devanda ketika dirinya mendengar rencana perjodohan itu secara diam-diam di luar ruang kerja Sakti. Sebuah kesalahan yang fatal ketika menyuarakan keinginannya secara terang-terangan. Sebab pernikahan merupakan jalan hidup yang harus Devanda lalui. Karena tidak ada satu pun pria yang menjadi pengganti dari Jonathan, alhasil dia terus berusaha didekatkan dengan pria itu. Orang tuanya, bahkan adiknya, sangat setuju apabila Devanda bersama Jonathan. Hal itu membuat hubungannya dengan keluarga jadi merenggang. Dia mulai dianggap sebagai anak pembangkang yang menghancurkan nama keluarga. Nama Jonathan sangat bagus di mata keluarga Devanda. Jika semua hal sudah dia lakukan, tapi dia masih berusaha untuk dijodohkan, akhirnya Devanda tidak memiliki pilihan selain kabur. Dia pun memilih pergi dari rumah dan berniat mencari tempat tenang sampai ajal menjemputnya. Tapi sialnya, semesta kembali mempertemukan Devanda dengan Jonathan. Jonathan yang semakin tidak tahan dan terobsesi pada kecantikan Devanda, tidak menunggu lama untuk memperkosanya. Kembali disentuh Jonathan merupakan hal paling menyiksa dan menjijikkan bagi hidup Devanda. Maka dari itu, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di depan mata Jonathan. Di akhir hidupnya, sebelum menjatuhkan diri, Devanda membuat permohonan yang kuat agar dirinya tidak mengalami penderitaan jangka panjang lagi. Devanda … sudah lelah. Sampai setelah dirinya menutup mata, dia kembali menyadari dirinya menjadi Devanda berusia 17 tahun. Lagi dan lagi. Devanda yang sudah lelah itu, kini memiliki rencana yang lebih matang dan terarah. Keputusannya untuk menikah dengan Andriyan sepertinya sangat tepat. Sebab hal itu jadi membuat Jonathan tidak mengganggu hidupnya lagi. Meski sebenarnya Devanda jadi merasa bersalah dengan Andriyan yang tidak tau apa-apa dan harus terikat bersamanya. Sejak dua kali kehidupannya sebelumnya, Devanda sudah mengenal Andriyan sebagai sosok yang bebas. Bahkan tidak pernah ia dengar Andriyan memiliki pasangan terikat. Jadi, mungkin ini adalah kehidupan yang kurang beruntung bagi Andriyan yang harus terikat olehnya. Devanda memperhatikan baik-baik Andriyan yang menunduk. Menjalani kehidupan yang menyiksa dua kali jadi membuatnya tidak terlalu berperasaan atas suatu hal. Maka terkadang dia tidak mengerti dengan apa yang dipermasalahkan Andriyan. Padahal Devanda hanya berharap mereka dapat menjadi sekutu tanpa perlu membuat Andriyan merasa tidak nyaman dengan hubungan mereka. Itulah sebabnya Devanda mempersilakan Andriyan untuk berbuat apa pun yang pria itu mau sepuas-puasnya. Devanda mengerti apa yang diinginkan pria. “Apa Kakak akan terus berada di sini? Aku harus ganti baju. Untuk saat ini, aku belum bisa menunjukkannya,” ucap Devanda dengan tenang. “A—apa?! Me-menunjukkan apa?!” Andriyan sudah panik di tempatnya. “Tubuhku.” “Apa maksudmu?!” “Kita belum menikah, jadi aku tidak bisa menunjukkannya.” Otomatis Andriyan menutup wajahnya. “Jadi kalau sudah menikah … bisa?” “Tentu saja. Kamu juga bisa menyentuhnya,” jawab Devanda langsung, tanpa beban. Andriyan jadi merasa aneh karena Devanda bukanlah seseorang yang akan bercanda akan hal-hal seperti ini. Rasanya jadi aneh dan memalukan. Andriyan harus segera pergi sebelum dia ketahuan sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. “A—aku akan pergi!” Devanda memperhatikan langkah Andriyan yang begitu cepat keluar kamar. Aneh sekali, padahal pria itu pasti sudah pernah melihat banyak tubuh wanita. Kenapa dia malu-malu begitu? *** “Mmmh!” “Bergeraklah perlahan. Aku tidak pergi ke mana-mana,” ucapnya. “Pak Andriyan, saya sudah mengagumi Anda dari lama. Astaga, bagaimana bisa Tuhan membuat Anda begitu sempurna?” Napas keduanya saling terengah. Perempuan dengan bibir semerah mawar itu berusaha membuka kancing baju Andriyan satu per satu. “Anda memiliki wajah tampan dan tubuh yang kuat … dan sempurna. Saya sangat iri dengan tunangan Anda.” Tangan wanita itu bergerak naik untuk membelai pipi Andriyan. Rasanya seperti menyentuh karya seni yang luar biasa. “Anda … satu-satunya yang bisa membuat saya bergairah seperti ini, Pak ….” Kalimat itu membuat kesadaran Andriyan tiba-tiba kembali. Wajah Devanda yang tersenyum dan menyambut kedatangannya melintas seperti video pendek. Ini aneh, padahal dia tidak mungkin melihat Devanda bertingkah seperti itu. Kemudian, Andriyan mendorong pelan tubuh wanita itu darinya. “Nyonya, maaf. Tolong menjauh dari saya.” Tentu perempuan itu langsung kebingungan. “A-apa? Tapi kenapa? Adakah kesalahan yang telah saya lakukan?” “Maaf.” Ia masih tidak terima, berusaha menahan langkah Andriyan yang menjauh. “Ti—tidak! Saya tidak bisa percaya ini. Kenapa Anda tiba-tiba begini? Anda seharusnya menjadi milik saya malam ini!” “Maafkan saya, Nyonya.” Andriyan memasang kembali kancing kemejanya sembari berjalan pergi dari tempat wanita itu berada. “Pak Andriyan! Pak Andriyan!!” Wanita itu terus berseru. Sampai di dalam mobilnya yang terparkir di basement, Andriyan menghela napas berat seraya mengusap wajahnya. “Kenapa aku tidak bisa ereksi sama sekali saat bersamanya? Yang ada di pikiranku malah … Devanda.”Setelah menikah, aku tidak punya pilihan selain Devanda.Jadi, apakah ini kutukan darinya? Atau mungkin hanya tidak berfungsi sementara?Ya, pasti begitu. Karena tidak mungkin aku … impoten di usia sekarang!Tidak, tenang saja. Itu tidak mungkin.Tapi … sejak hari di mana aku melihat tubuh Devanda yang hanya dililit handuk, setiap kali aku memikirkan perempuan itu, aku jadi … terangsang!Tidak, tidak, tidak bisa begini. Ini pasti hanya tidak berfungsi sementara. Aku yakin itu.Rasel, asisten pribadi Andriyan, terus menatap heran atasannya. Apalagi yang sedang terjadi kepada atasan anehnya ini? Beberapa hari sejak pulang dari rumah tunangannya, dia jadi sering bicara sendiri dan melamun begitu. Seolah ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya.“Apa Anda ingin dibawakan minuman atau sesuatu yang menyegarkan, Pak?” tanya Rasel.Andriyan tidak menjawab apa pun dan hanya mengibaskan tangannya agar Rasel tidak mengganggu konsentrasi yang dibangunnya dari tadi.Tak lama kemudian, Devanda data
“Aku merasa … kita belum menyelesaikan percakapan kita mengenai pernikahan,” ucap Devanda.“Apa yang belum selesai?” Andriyan masih ingin tau arah pembicaraan Devanda agar dia tidak salah paham.Tumben Andriyan berhati-hati dalam bicara? Dia seperti memastikan lebih dulu tentang apa yang ingin Devanda bahas. Tidak seperti biasanya. Devanda jadi bingung untuk memulainya. Apalagi tatapan pria itu terlalu intens padanya. “Aku menghargai upaya Kakak untuk menyembunyikan kebenaran. Mungkin Kakak tidak ingin aku sakit hati. Khususnya tentang hal-hal yang Kakak sukai di belakangku. Aku tau Kakak melakukannya demi menjagaku.”Apakah yang saat ini sedang dibicarakan Devanda itu mengenai perselingkuhanku dengan wanita-wanita itu? batin Andriyan.Andriyan menghela napas panjang. “Aku paham yang kamu maksud. Sebagai orang yang memang bersalah di sini, aku memang lebih baik tutup mulut. Tapi sepertinya aku bisa menyebutmu
Devanda menghela napas berat sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Dua kali kehidupannya sebelumnya berakhir di usia 25 tahun. Yaitu, 2 bulan lagi dari sekarang.Kata orang-orang, hanya mereka yang telah meninggal yang tahu berapa lama masa hidupnya. Dan begitulah Devanda yang juga mengetahui batas-batas hidupnya yang sekilas dan tidak penting.Dia tau karena dia pernah mati sebelumnya, tetapi pengetahuan yang dia peroleh tidak hanya datang dari kematian. Bagaimana pun, kehidupan pertama dan keduanya yang kembali terulang seolah tidak pernah terjadi itu, bergerak secara berbeda di kehidupan ketiga. Semuanya benar-benar berubah setelah Devanda memutuskan untuk menikahi Andriyan. Seolah bayangan gelap yang akan membelenggunya kapan saja mulai terkikis sedikit demi sedikit.Tapi kenapa? Apa bedanya? Memangnya apa bedanya Andriyan dan Jonathan? Keduanya hanya lelaki hidung belang. Mungkin Andriyan hanya lebih lembut saja dan bisa diatur, tapi karakternya sama saja denga
“Saya sudah mencari taunya, Tuan!” bisik Rasel.Andriyan menatap asistennya itu dengan tatapan ngeri, merinding sekali jika berada di jarak sedekat ini. Kalau memang mau bicara, lebih baik menyisakan jarak satu meter di antara mereka. “Bisakah kamu menjauhkan wajahmu? Mulutmu bau!” seru Andriyan sembari mendorong wajah Rasel.Rasel langsung terjungkal ke belakang. Dia bingung karena sudah dia pastikan kalau tadi dia sudah mandi dengan bersih. Hal ini jadi membuat kepercayaan diri Rasel terjun jatuh ke dasar. Otomatis Rasel menciumi mulutnya sendiri. “Itu sangat menyakiti harga diri saya, Tuan.”Andriyan terkekeh mendengarnya. “Kan aku sudah bilang kalau jaga jarak bicaramu denganku! Aku tidak ingin kembali terungkit skandal orientasi seksualku seperti dulu. Apa kamu lupa kalau wajah kita pernah masuk media?”Bukannya kesal, Rasel malah terkekeh. Lebih baik tuannya itu terkenal lewat skandal seperti itu daripada skan
Terlepas aku menginginkan pernikahan ini atau tidak, tapi sejak berusia 19 tahun hingga menjadi 27 tahun seperti sekarang, aku tidak pernah mencoba memikirkan masa depan selain menjadi suami Devanda, batin Andriyan.“Soal kelemahan Vanda, aku hanya penasaran. Tidak ada yang akan aku lakukan meski aku mengetahui itu,” ucap Andriyan.Rasel mengangguk paham. “Emm, Tuan, sepertinya sudah lama Anda tidak mengontrol perusahaan Anda di Bali. Sekiranya kapan Anda akan kembali ke Bali?”“Setelah menikah. Aku akan kembali dan berbulan madu di sana. Untuk ke depannya pun aku akan tinggal di Bali bersama Devanda.”“Jadi Anda berdua akan meninggali rumah masa depan yang sudah dari lama Anda bangun itu, ya?” tanya Rasel karena dia memang paling suka bekerja saat mengikuti Andriyan di Bali.“Benar.”***Suasana satu minggu sebelum pernikahan Andriyan dan Devanda cukup menegangkan. Makan malam hari ini se
“Andriyan, katakan dengan jujur padaku. Apakah saat ini kamu sedang terkena penyakit mematikan yang mengharuskanmu untuk menjalani kehidupan dengan baik dan normal? Sehingga kamu berpikir untuk segera memberikan ayahmu cucu dengan tiba-tiba mempersiapkan pernikahan kilat ini?”“Hentikan, Delvino!”“Apakah kakakku terlihat remeh di matamu?” tanya Delvino lagi. “Hanya karena tampangmu itu, kamu merasa berhak memperlakukan kakakku dengan seenaknya, huh?”Andriyan masih berusaha mengumpulkan kata-kata yang tepat untuk menanggapi Delvino, tetapi ketika melihat Devanda, dia melihat tatapan setajam elang yang terpancar darinya. Sepertinya dia sudah sangat kesal dengan apa yang baru saja disampaikan oleh adiknya. Kini ia menegakkan tubuhnya dan menghadap sang adik. “Delvino, hentikan. Kita tidak boleh memperlakukan tamu seperti ini.”Delvino tampak tidak peduli dengan bagaimana Devanda bereaksi. Dia hanya bersed
“Maaf, Kak Iyan, pasti hari ini kamu merasa lelah karena adikku, kan?”Andriyan yang dari tadi tenggelam oleh pikirannya sendiri langsung mendongak setelah mendengar suara Devanda. “Nggak pa-pa. Toh, memang benar, aku punya banyak celah untuk dijadikan kesalahan. Tapi, kenapa kamu minta maaf?”Devanda mendudukkan dirinya di sebelah Andriyan sembari mengulurkan segelas wine. Di tangan lainnya, Devanda juga memegang miliknya sendiri. “Karena aku merasa bersalah. Kamu tidak perlu memikirkan kata-kata adikku dan lakukan apa pun sesuai keinginanmu.”“Aku sudah melakukan apa pun sesuai keinginanku, secukupnya.”“Aku tau kamu mengumumkan secara sepihak untuk menikah dalam dua minggu lagi. Berkatmu, aku pun juga tidak terlalu repot untuk menyelesaikan segala pernak-pernik yang dibutuhkan dalam pernikahan atau fitting baju. Aku yakin kamu sudah mengusahakan semuanya dengan optimal. Kelihatannya kamu memang melakukan se
“Mau bagaimana pun, pernikahan kita saja sudah konyol. Kamu yang selama ini berkeliaran -untuk menghindari tunanganmu, tiba-tiba mengajak menikah dalam dua minggu. Bukankah itu benar-benar konyol? Jadi, setidaknya kita tidak perlu tertawa.”Andriyan menatap Devanda dengan serius. “Dari awal, aku tidak pernah mengatakan bahwa hal ini konyol. Karena masa depan yang kupikirkan adalah kamu menjadi istriku. Karena itulah aku menciummu. Walau aku tidak mencintaimu, tapi kamu akan segera menjadi satu-satunya wanita yang penting di hidupku.”Andriyan mulai menyadari kesalahannya, tampaknya dia juga sudah kelewatan bertingkah seenaknya. Lain kali, dia harus lebih bisa mengendalikan emosi dalam dirinya. “Maaf karena sudah bersikap tidak sopan. Aku berpikir sembrono karena mengira itu sah-sah saja dilakukan jika kita memiliki hubungan sepenting itu. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kamu suka kok. Kalau kamu merasa tidak nyaman karena kita tidak sa