Share

Rahasia Terlarang Dosen Tampan
Rahasia Terlarang Dosen Tampan
Penulis: Eugene Dobois

Perjodohan yang Pahit.

"Aku tidak mencintainya. Kenapa aku harus menikah dengan Winda?!” 

Dalam keheningan yang penuh tekanan, Wisnu melihat keluarga besarnya dengan tatapan penuh keputusasaan, mencari setitik cahaya harapan. Namun yang ia temui hanyalah bayangan keputusan yang sudah bulat.

"Maafkan Ibu, Wisnu. Tapi ini sudah menjadi kesepakatan," desah Nyonya Dewi dengan suara yang rapuh, tetapi tegas. "Ini satu-satunya jalan terbaik bagi keluarga kita. Demi menyelesaikan hutang dengan keluarga Adiyaksa.”

“Asal kau tahu, Wisnu. Mendiang Ayahmu telah menandatangani surat perjanjian dengan keluarga Adiyaksa, sebelum beliau meninggal dunia,” imbuh sang paman yang duduk ujung ruangan.

“A-apa?! Mengapa kalian tega menjadikanku, jaminan hutang?” desis Wisnu penuh keputusasaan.

"Sudahlah, Nak. Kau harus menerima kenyataan ini," ujar Nyonya Dewi dengan suara yang rendah, “Hanya ini jalan satu-satunya.”

 “Tapi aku sudah memiliki Fina. Kami saling mencintai, bahkan aku berencana melamarnya, Bu,” terang Wisnu.

“Ibu mohon tinggalkan Fina. Menikahlah dengan Winda! Masa depanmu lebih terjamin jika bersama keluarga Adiyaksa,” desak Nyonya Dewi.

Wisnu mendesah kesal, ekspresinya menunjukkan ketidak setujuan yang luar biasa.

“Apa kau tega melihat keluarga ini bangkrut?!” desak Nyonya Dewi, menatap putra sulungnya dengan pandangan berkaca-kaca. “Edi Adiyaksa tidak akan segan melakukan hal kejam terhadap keluarga kita, jika kita  terbukti melanggar perjanjian dan tidak membayar hutang tersebut. Mereka bisa dengan mudah menghabisi keluarga kita.”

“Hutang keluargamu, masa depanmu, masa depan keluargamu, semua bergantung pada pernikahan ini!" potong sang paman.

“Tidak ada salahnya kau menikahi Winda Adiyaksa!” desak pamannya dengan suara yang menggema di ruangan. “Ini kesempatan menjadi, mantu keluarga konglomerat!

Nyonya Dewi, mulai terisak. “Ibu mohon Wisnu, ibu mohon, menikahlah dengan Winda.”

“Baiklah,” ucap lirih Wisnu Bramastya dengan berat hati, menyerah, pada takdir yang telah diaturkan untuknya. Ia jadi merasa tidak tega membuat ibunya sedih.

“Apa yang harus aku katakan kepada Fina? Aku yakin dia pasti sedih mendengar hal ini.” Wisnu merasa dilemma dan tersiksa.

Hari terus berganti. Tanggal pernikahannya dengan Winda semakin mendekat. Persiapan pernikahan dengan Winda telah mencapai 90%. Catering, dekorasi, baju pengantin, dan semua detail telah dipersiapkan dengan sempurna oleh keluarga Adiyaksa.

"Mungkin minggu ini, minggu terakhir, aku mengajar di kampus ini," desah Wisnu pasrah.

Hari itu, Wisnu memasuki kampus dengan beban yang berat di pundaknya. Dia merencanakan untuk mengajukan surat resign. Namun di selasar kampus Fina menghampirinya. Wajah gadis itu pucat pasi, matanya sembab.

"Fina, apa yang terjadi?" tanya Wisnu dengan nada khawatir.

Fina tidak menjawab, ia malah langsung menggamit lengan Wisnu, mengajaknya ke tempat yang sepi, di taman belakang kampus.

“Ada sesuatu yang penting. Tolong ikut Fina,” pintanya dengan suara lirih sambil menyeret lengan Wisnu.

Tanpa banyak bicara, Wisnu mengikuti langkah Fina ke taman belakang kampus, tempat yang sepi dan tenang. Di sana, Fina memberikan dua batang test pack ke tangan Wisnu.

"Apa maksudnya ini, Fina?" tanya Wisnu dengan panik.

"Saya... saya hamil, Pak!” Fina menatap Wisnu dengan mata berkaca-kaca.

“Apa?! Hamil?!” pekik lirih Wisnu. “Kamu tidak bercanda, kan Fina?” tegasnya sambil menatap lekat-lekat wajah kekasihnya.

Fina menggelengkan kepalanya, penuh keyakinan. “Saya tidak bercanda!”

“Itu buktinya, sejak malam kita bersama, saya sudah telat delapan minggu, Pak,” imbuh Fina.

“A-apa?! Fina, apa kau sudah, memeriksakan hasilnya ke dokter?” Wisnu terpaku, melihat dua garis merah di test pack.

Fina menggangguk. “Sudah,” jawabnya singkat.

“Ini hasil USG-nya.” Fina mengeluarkan sebuah amplop besar berwarna putih, lalu menyerahkan pada Wisnu.

Wisnu membuka amplop lembaran USG. Tampak gambar hitam putih yang kabur, dengan titik terang menandakan keberadaan janin.

Kedua alis Wisnu berkerut. "Kamu yakin ini, anakku?"

“Kamu pasti sudah tidur, dengan pria lain, kan?! Lalu mengatakan bahwa ini anakku?!" tuding Wisnu, tanpa perasaan.

"Tega sekali, menuduhku seperti itu!” bentak Fina dengan setengah terisak.

“Tentu saja ini anakmu! Tidak ada lelaki lain yang menyentuhku selain dirimu, Pak Wisnu!" Bulir air mata Fina, mulai deras mengalir.

"Pak Wisnu, kita harus menikah! Anda bilang akan bertanggung jawab, dengan menikahiku setelah aku lulus, kan?"desak Fina.

Tapi Wisnu memalingkan wajahnya. "Fina, aku tidak bisa, aku—" mendadak ia kehilangan kata-kata.

Fina menatapnya dengan nanar. “Kenapa tidak bisa? Bukankah, anda sudah berjanji, untuk menikahiku?”

“Keluargaku telah menjodohkanku, dengan wanita lain,” terang Wisnu lirih. "Aku sama sekali tak memiliki kendali, untuk membatalkan perjodohan ini.”

"Apa?! Kenapa kau tega---“ Fina tercekat, mendadak kehilangan kata. Hatinya hancur.

“Maafkan aku, Fina.” Wisnu merengkuh Fina dalam pelukannya, membiarkan air mata jernih gadis cantik itu, membasahi dadanya.

“Aku mohon. Demi kebaikan kita bersama, lupakanlah semua yang pernah terjadi diantara kita. Setelah Wisuda nanti. Mulailah hidup baru, masa depanmu masih panjang,” bisik Wisnu, sambil membelai lembut punggung Fina.

“Tapi… tapi…aku tidak bisa melupakanmu dan janin ini, adalah anakmu—“ ucap Fina terbata.

“Gugurkan saja, janin itu!” Rasa frustasi menyelimuti benak Wisnu, hingga tak berpikir jernih.

"Bajingan kau, Wisnu!” Fina menjerit histeris, menghantam dada bidang Wisnu, dengan tinju kecilnya. Winsu hanya diam.

“Hentikan, Fina! Kau melakukannya denganku, atas dasar suka-sama suka, kan! Dasar pelacur!” ucap tajam Wisnu.

 “A-apa pelacur?!” desis Fina “Tega sekali kau, Wisnu!” 

Fina meninju dada bidang Wisnu dengan keras, sekali lagi. Lalu segera berbalik dan berlari pergi, dengan derai air mata dan hati yang terluka.

“Fina!” Panggil Wisnu, tapi gadis berambut panjang itu, tidak mempedulikan. Wisnu terpaksa mengejar kekasihnya hingga ke parkiran.

 "Fina, tolong dengarkan aku!" seru Wisnu, sambil meraih tangan Fina.

"Lelaki Brengsek! Pergi sana!"" bentak Fina, menepis tangan Wisnu dengan kasar. "Aku tidak mau mendengar alasanmu!

Tanpa banyak bicara Wisnu merengkuh Fina, membawanya ke pelukannya. Fina tak kuasa melawan, ia terisak di pelukan Wisnu.

"Fina, maafkan aku telah berkata kasar kepadamu," bisik Wisnu lirih.

Di kejauhan, Winda, calon istri Wisnu, baru saja turun dari mobil mewahnya. Tanpa sengaja, ia melihat adegan Wisnu dan Fina.

"Apa-apaan itu?!” guman Winda, gusar.

Winda melangkah cepat, menghampiri Wisnu dan Fina. "Ada apa sebenarnya ini?" hardik Winda, dengan tatapan tajam.

Wisnu kaget melihat kedatangan calon istrinya, tidak bisa berkata-kata. Ia segera melepaskan pelukannya pada Fina.

“Winda?!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Black Cat
Wisnu ini .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status