Share

19. Penyidikan Polisi

Grup Cuma Wacana

[Artemis: Udah tiga hari dan nggak ada kabar apa-apa. Hera bakalan bangun, kan? ☹️]

[Eve: Ar, jangan bikin gue sedih. Sejak kejadian itu gue mengabaikan Astu sama Nira akhir-akhir ini. Maaf ya, Mas Ares. Maaf ya, Astu dan Niranya Mama. ☹️]

[Rhea: Bisa nggak sih, nggak usah chat yang sedih-sedih? Gue nggak konsen nulis BEO. Setiap kali mau minta tanda tangan, ruangan Hera kosong. 😭😭😭]

[Artemis: Ra, bangun, Ra. 😭😭😭😭😭😭]

[Eve: Ra, bangun, Ra. 😭😭😭😭😭😭]

[Rhea: HERAAAAA! 😭😭😭😭😭]

Ikarus menatap nanar pada chat room di grupnya yang kini terasa sepi tanpa kehadiran Hera. Tidak ada huru-hara dan canda tawa yang biasa menjadi obat lelahnya kala ia bekerja.

“Ra… bangun. Gue sama anak-anak kangen,” gumam Ikarus dengan matanya yang berkaca-kaca.

Lalu deringan ponsel miliknya sejenak mengalihkan perhatian Ikarus. Keningnya mengerut begitu mendapati nama Wafa muncul di layar.

“Halo?”

“Mas Ikarus, kamu di mana?”

Kening Ikarus seketika mengernyit. “Aku masih di apart
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status