“Good morning, Bang.” Suara Bella membuat Ikarus yang baru saja menuruni anak tangga lantas menoleh. “Mama sengaja bangun lebih awal karena tahu kamu bakalan pergi pagi.”“Good morning, Ma.” Ikarus kemudian mengayunkan langkahnya menuju dapur lalu mendaratkan kecupan di pipi ibunya. “Jangan capek-capek, Ma. Anak Mama udah bisa cari uang sendiri, Mama nggak usah repot-repot masak begini.”“Kata siapa? Papa mau makan apa nanti, Bang?” Suara itu membuat Ikarus dan Bella kompak menoleh lalu keduanya terkekeh. Kairav juga terlihat sudah rapi dengan setelan kerjanya.“Nggak usah cemburu dong, Pa. Aku cuma dimasakin Mama pagi ini doang,” kekeh Ikarus lalu menghampiri Kairav yang sudah duduk di meja makan.“Abang mau dibuatin teh atau kopi?” tanya Bella.“Mm, ada susu coklat hangat aja nggak, Ma?”“Sejak kapan kamu minum susu coklat, Bang?” Namun Bella kemudian membuka lemari dapur, mengeluarkan sebuah toples yang berisikan susu coklat milik Minerva.“Minerva belum bangun, Ma?”“Dia masih shi
“RUS!”Suara panggilan itu membuat lamunan Ikarus terburai. Pandangannya lantas meninggalkan kemana menghilangnya Hera dan Miranda, lalu tersenyum lebar begitu mendapati Althaia melangkah menghampirinya.“Astaga, Tha! Kakak ipar gue udah DP duluan apa gimana, sih? Lo kenapa cepet amat buntingnya?”“DP pala lo! Sempat test drive, sih. Cuma masalahnya kalau dihitung-hitung ini bayi bukan hasil dari test drive itu.”“Dasar orang gila!”Althaia terkekeh sembari mengusap perutnya yang membola. “Lo ngapain sih ke sini? Kangen sama gue lo, ya? Ngaku!”“Nggak usah geer!” Ikarus menghela napas. “Kenapa nggak cuti aja, sih? Lo udah susah jalan gini.” Langkah keduanya terayun menuju salah satu kedai kopi yang ada di lobi rumah sakit. Setelah memesan beberapa minuman, Ikarus dan Althaia duduk di salah satu bangku yang kosong. Ikarus sedikit mencondongkan badan, ia tidak berbohong bahwa sejak tadi ia khawatir dengan kondisi Althaia.“Kalau gue cuti sekarang, waktu gue sama anak gue setelah lahir
[Heraia Cassandra: Kamu udah mulai kerja hari ini, ya?][Heraia Cassandra: Happy working.]Ikarus mengulas senyuman tipis saat membaca pesan dari Hera. Pria itu baru saja akan membalas pesan itu saat nama ‘Ares’ sudah lebih dulu muncul di layar.Ikarus menghembuskan napas perlahan. Lalu, “Hm?”“Lo udah sampai hotel?”“Baru sampai di basement. Kenapa, sih?”Selain sibuk merecoki hidupnya, sejak kemarin Ares selalu mencari perhatian Ikarus. Entah untuk membahas report atau apapun soal pekerjaan. Dan Ikarus mulai jengah.“Gimana perasaan hari pertama lo? Deg-degan, nggak?”“Kalau nggak ada yang penting gue tutup.”“Babi! Tungguin woy!”Ikarus menghela napas panjang dengan satu tangannya yang terselip di saku celana. Ia kemudian melangkah meninggalkan basement untuk segera menuju ke lobi.Setelah keluar dari lift, Ares kembali bersuara. “Bakalan ada EAM yang nungguin lo di lobi. Jangan terlalu kaget.”“Dah kan? Gue tutup.”Setelah mengakhiri panggilan itu secara sepihak, Ikarus menghentik
“Saya mau kamu jaga Hera selagi saya bekerja. Dia amnesia dan nggak ingat apa-apa di masa lalu. Jadi, jangan pernah kamu membahas hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya.” “Baik, Nyonya.” “Ah, satu lagi. Kalau nanti ada temannya Hera yang datang, namanya Ikarus. Kamu awasi, ya. Laporkan apa saja yang diobrolin sama mereka. Apapun yang dilakukan sama mereka. Kalau perlu kamu foto dan kirimkan saya. Jangan sampai dia macam-macam selama saya nggak ada di sini.” “Ba-baik, Nyonya. Ada lagi?” “Nggak ada. Ya sudah kalau begitu. Ayo kamu ikut masuk dulu. Saya akan bicara dengan Hera dan memperkenalkan kamu sama dia.” “Baik, Nyonya.” Baik Miranda maupun Mirna lantas berbalik, keduanya mengayunkan langkahnya menuju ke ruang rawat Hera. Begitu tiba di sana, pandangan Miranda lantas tertuju pada Hera yang kini tengah memegang iPadnya. “Sayang… kamu harus istirahat. Kenapa malah nonton film, sih?” tegur Miranda. “Aku bosan, Ma.” Hera mengunci iPadnya lalu menatap Miranda yang kini berjal
“Hai…” Sapaan sekaligus sentuhan di pundaknya itu membuat Hera kemudian menoleh cepat. Ikarus kemudian berjongkok di hadapan Hera dengan satu lututnya yang bertumpu di rerumputan. Wajah pria itu sedikit mendongak. “Lagi ngelamunin apa, sih?”Hera menggeleng. “Tadinya aku nggak kepikiran kalau kamu bakalan ke sini. Soalnya WhatsApp-ku sama sekali nggak kamu balas.”“Maaf, ya?” Ikarus meraih tangan Hera ke dalam genggamannya. “Tapi kamu baik-baik saja, kan?”Hera mengangguk. “Aku baik-baik saja, kok. Aku cuma sedikit bosan.”“Tahan dulu, ya? Tadi Dokter Kiev bilang Minggu ini kamu udah dijadwalkan untuk operasi.”“Iya…” Hera menggigit bibirnya. “Tapi aku takut, Rus.”“Takut kenapa? Dokter Kiev adalah dokter terbaik di rumah sakit ini,” ujar Ikarus. “Gimana kalau kamu udah sembuh nanti kita jalan-jalan ke Kota Tua.”“Kota Tua tuh, mana?”“Ya di Jakarta.” Ikarus terkekeh. “Kalau aku ngajak kamu jalan jauh, bisa-bisa aku dilaporkan ke polisi disangkanya aku nyulik kamu.” Pandangan Ikarus k
“Are you okay?”Ikarus menarik selimut untuk Hera hingga sebatas bahu. Pria itu baru saja selesai menyuapi Hera yang terlihat enggan mengisi perutnya malam itu. Beruntungnya Ikarus berhasil membujuknya.“Kamu mau pulang?”Ikarus menghela napas pendek lalu tersenyum kecil. “Aku akan pulang nanti. Setelah kamu tidur. Jadi, Ratu Langit, malam ini jangan mikirin apa-apa, ya?”“Jujur aja aku masih kepikiran teman-teman di sana.” Hera menghela napas panjang. “Kalian pasti sayang banget sama aku,” ujarnya lirih.“I’ve told you before. Kita udah kayak keluarga di Bali, Ra.”“Bisa kamu ceritakan satu hal lucu yang pernah terjadi dengan kita?”“Sure!” Ikarus tampak berpikir sejenak. Lalu ia tersenyum. “Ada kejadian lucu saat itu… Eve hamil anak kembar, dan ternyata mengalami kehamilan simpatik.”“Kehamilan simpatik?”Ikarus mengangguk. “Iya, kehamilan simpatik. Jadi yang ngerasain morning sickness dan ngidam itu Ares, bukan Eve. Pernah satu malam Ares ngidam nasi Jinggo sekitar jam satu dini ha
“Sekarang lo jelasin sama gue. Lo ada hubungan apa sama Hanna?” Suara Evander yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangannya tanpa mengetuk dulu itu membuat Ikarus sontak menoleh. “Nggak usah dibahas, Van. Gue—” “Kalian pernah punya hubungan dulunya? Dia mantan lo? Atau—” “Dulu gue sekampus sama dia. Tapi nggak lama. Pas lo masuk, dia udah pindah ke Jakarta.” “What the—” Bibir Evander terkatup rapat. Ia lantas menarik kursi yang ada di hadapannya, menatap lekat, seolah masih ada banyak hal yang ingin ditanyakan olehnya. “Terus yang semalam itu?” Ikarus menghela napas lalu mendongak sembari menatap lurus ke arah Evander. “Gue pernah FWB-an sama dia. Dulunya. Cuma sebatas itu doang dan itupun nggak lama.” “Wah…” Evander sampai geleng-geleng kepala. “Ternyata dunia itu sempit, ya? Terus lo mau lanjutin hubungan lo itu sama Hanna?” “Jangan gila, Van. Kemarin dia sempat samperin gue ke sini. Gue juga nggak tahu apa yang dia pikirkan. Gue udah bilang sama lo kalau gue udah
“Bu Miranda, Anda harus lihat ini.”Miranda yang baru saja akan bersiap untuk pulang lantas menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan meraih iPad yang ada di tangan Nola—sekretarisnya.“Ada apa?”Nola menundukkan wajah, meminta Miranda membaca artikel itu sendiri. Lalu ia mengumpat dalam hatinya.[Putri Sulung Pemilik MJ Entertainment Sekaligus Tunangan Bima Kusumandaru Diduga Memiliki Hubungan Dengan Pria Lain.]“Ada berapa banyak artikel?”“Saya sudah menemukan beberapa, Bu. Ditambah dengan akun gosip di Instagram sudah beberapa yang mengunggahnya.,” jawab Nola.“Minta tim IT untuk menghapus artikel itu. Biar sisanya saya yang akan mengurusnya.”“Baik, Bu.” Miranda menghembuskan napas panjang seiring dengan amarah yang menggelegak di hatinya. Perempuan itu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Nola yang masih berada di ruangannya dan langsung bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Begitu tiba di rumah sakit, Miranda mengayunkan langkahnya dengan cepat untuk segera menuju