[Heraia Cassandra: Kamu udah mulai kerja hari ini, ya?][Heraia Cassandra: Happy working.]Ikarus mengulas senyuman tipis saat membaca pesan dari Hera. Pria itu baru saja akan membalas pesan itu saat nama ‘Ares’ sudah lebih dulu muncul di layar.Ikarus menghembuskan napas perlahan. Lalu, “Hm?”“Lo udah sampai hotel?”“Baru sampai di basement. Kenapa, sih?”Selain sibuk merecoki hidupnya, sejak kemarin Ares selalu mencari perhatian Ikarus. Entah untuk membahas report atau apapun soal pekerjaan. Dan Ikarus mulai jengah.“Gimana perasaan hari pertama lo? Deg-degan, nggak?”“Kalau nggak ada yang penting gue tutup.”“Babi! Tungguin woy!”Ikarus menghela napas panjang dengan satu tangannya yang terselip di saku celana. Ia kemudian melangkah meninggalkan basement untuk segera menuju ke lobi.Setelah keluar dari lift, Ares kembali bersuara. “Bakalan ada EAM yang nungguin lo di lobi. Jangan terlalu kaget.”“Dah kan? Gue tutup.”Setelah mengakhiri panggilan itu secara sepihak, Ikarus menghentik
“Saya mau kamu jaga Hera selagi saya bekerja. Dia amnesia dan nggak ingat apa-apa di masa lalu. Jadi, jangan pernah kamu membahas hal-hal yang berkaitan dengan masa lalunya.” “Baik, Nyonya.” “Ah, satu lagi. Kalau nanti ada temannya Hera yang datang, namanya Ikarus. Kamu awasi, ya. Laporkan apa saja yang diobrolin sama mereka. Apapun yang dilakukan sama mereka. Kalau perlu kamu foto dan kirimkan saya. Jangan sampai dia macam-macam selama saya nggak ada di sini.” “Ba-baik, Nyonya. Ada lagi?” “Nggak ada. Ya sudah kalau begitu. Ayo kamu ikut masuk dulu. Saya akan bicara dengan Hera dan memperkenalkan kamu sama dia.” “Baik, Nyonya.” Baik Miranda maupun Mirna lantas berbalik, keduanya mengayunkan langkahnya menuju ke ruang rawat Hera. Begitu tiba di sana, pandangan Miranda lantas tertuju pada Hera yang kini tengah memegang iPadnya. “Sayang… kamu harus istirahat. Kenapa malah nonton film, sih?” tegur Miranda. “Aku bosan, Ma.” Hera mengunci iPadnya lalu menatap Miranda yang kini berjal
“Hai…” Sapaan sekaligus sentuhan di pundaknya itu membuat Hera kemudian menoleh cepat. Ikarus kemudian berjongkok di hadapan Hera dengan satu lututnya yang bertumpu di rerumputan. Wajah pria itu sedikit mendongak. “Lagi ngelamunin apa, sih?”Hera menggeleng. “Tadinya aku nggak kepikiran kalau kamu bakalan ke sini. Soalnya WhatsApp-ku sama sekali nggak kamu balas.”“Maaf, ya?” Ikarus meraih tangan Hera ke dalam genggamannya. “Tapi kamu baik-baik saja, kan?”Hera mengangguk. “Aku baik-baik saja, kok. Aku cuma sedikit bosan.”“Tahan dulu, ya? Tadi Dokter Kiev bilang Minggu ini kamu udah dijadwalkan untuk operasi.”“Iya…” Hera menggigit bibirnya. “Tapi aku takut, Rus.”“Takut kenapa? Dokter Kiev adalah dokter terbaik di rumah sakit ini,” ujar Ikarus. “Gimana kalau kamu udah sembuh nanti kita jalan-jalan ke Kota Tua.”“Kota Tua tuh, mana?”“Ya di Jakarta.” Ikarus terkekeh. “Kalau aku ngajak kamu jalan jauh, bisa-bisa aku dilaporkan ke polisi disangkanya aku nyulik kamu.” Pandangan Ikarus k
“Are you okay?”Ikarus menarik selimut untuk Hera hingga sebatas bahu. Pria itu baru saja selesai menyuapi Hera yang terlihat enggan mengisi perutnya malam itu. Beruntungnya Ikarus berhasil membujuknya.“Kamu mau pulang?”Ikarus menghela napas pendek lalu tersenyum kecil. “Aku akan pulang nanti. Setelah kamu tidur. Jadi, Ratu Langit, malam ini jangan mikirin apa-apa, ya?”“Jujur aja aku masih kepikiran teman-teman di sana.” Hera menghela napas panjang. “Kalian pasti sayang banget sama aku,” ujarnya lirih.“I’ve told you before. Kita udah kayak keluarga di Bali, Ra.”“Bisa kamu ceritakan satu hal lucu yang pernah terjadi dengan kita?”“Sure!” Ikarus tampak berpikir sejenak. Lalu ia tersenyum. “Ada kejadian lucu saat itu… Eve hamil anak kembar, dan ternyata mengalami kehamilan simpatik.”“Kehamilan simpatik?”Ikarus mengangguk. “Iya, kehamilan simpatik. Jadi yang ngerasain morning sickness dan ngidam itu Ares, bukan Eve. Pernah satu malam Ares ngidam nasi Jinggo sekitar jam satu dini ha
“Sekarang lo jelasin sama gue. Lo ada hubungan apa sama Hanna?” Suara Evander yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangannya tanpa mengetuk dulu itu membuat Ikarus sontak menoleh. “Nggak usah dibahas, Van. Gue—” “Kalian pernah punya hubungan dulunya? Dia mantan lo? Atau—” “Dulu gue sekampus sama dia. Tapi nggak lama. Pas lo masuk, dia udah pindah ke Jakarta.” “What the—” Bibir Evander terkatup rapat. Ia lantas menarik kursi yang ada di hadapannya, menatap lekat, seolah masih ada banyak hal yang ingin ditanyakan olehnya. “Terus yang semalam itu?” Ikarus menghela napas lalu mendongak sembari menatap lurus ke arah Evander. “Gue pernah FWB-an sama dia. Dulunya. Cuma sebatas itu doang dan itupun nggak lama.” “Wah…” Evander sampai geleng-geleng kepala. “Ternyata dunia itu sempit, ya? Terus lo mau lanjutin hubungan lo itu sama Hanna?” “Jangan gila, Van. Kemarin dia sempat samperin gue ke sini. Gue juga nggak tahu apa yang dia pikirkan. Gue udah bilang sama lo kalau gue udah
“Bu Miranda, Anda harus lihat ini.”Miranda yang baru saja akan bersiap untuk pulang lantas menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan meraih iPad yang ada di tangan Nola—sekretarisnya.“Ada apa?”Nola menundukkan wajah, meminta Miranda membaca artikel itu sendiri. Lalu ia mengumpat dalam hatinya.[Putri Sulung Pemilik MJ Entertainment Sekaligus Tunangan Bima Kusumandaru Diduga Memiliki Hubungan Dengan Pria Lain.]“Ada berapa banyak artikel?”“Saya sudah menemukan beberapa, Bu. Ditambah dengan akun gosip di Instagram sudah beberapa yang mengunggahnya.,” jawab Nola.“Minta tim IT untuk menghapus artikel itu. Biar sisanya saya yang akan mengurusnya.”“Baik, Bu.” Miranda menghembuskan napas panjang seiring dengan amarah yang menggelegak di hatinya. Perempuan itu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Nola yang masih berada di ruangannya dan langsung bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Begitu tiba di rumah sakit, Miranda mengayunkan langkahnya dengan cepat untuk segera menuju
“Bingo!” ujar Roy di seberang sana.“Lo nemu sesuatu, Roy?”“Gue kirimkan ke lo, Rus. Lo cek sendiri aja. Hubungan yang rumit kayaknya.”Ikarus kemudian membuka file yang baru saja dikirimkan Roy kepadanya, lalu tercenung. “Damn!”“Ada satu lagi… lo sempat minta gue buat menyelidiki kasus lanjutan kecelakaan yang menimpa Hera, kan? Gue udah dapat informasi yang cukup akurat untuk menjebloskan orang ini ke penjara. Gue kirim, tapi lo jangan kaget, Rus.”Tak lama setelahnya satu file baru muncul di layar Ikarus. Dengan cepat pria itu membuka file tersebut bersamaan dengan umpatan lirih yang terdengar.“Bangsat!”“Gimana? Mau kita eksekusi dulu?”“Wait, Roy. Jangan gegabah. Masih ada hal yang perlu kita gali lebih dalam lagi. Terkait motif di balik semua ini, dan apakah dua orang ini saling berkaitan satu sama lain. Itu yang harus kita cari tahu.” “Oke, Rus. Untuk sementara semua bukti gue keep dulu. Kapan saja lo kasih komando, gue bakalan langsung eksekusi.”“Oke, Roy. Thank you. Gue
“Tha?”“Mm?”“Nanti lo dijemput sama Mas Bhumi, kan?” tanya Ikarus saat ituAlthaia mengangguk. “Iya. Kenapa?”“Kasih tahu gue kalau Mas Bhumi udah sampai. Ada yang pengen gue omongin sama dia soalnya.”Althaia mengerutkan keningnya. “Soal?”“Urusan cowok. Lo nggak usah kepo.”“Sialan!” sembur Althaia.Ikarus terkekeh. “Gue nemuin Hera dulu.”Usai berbincang dengan Althaia, Ikarus kemudian mengajak Kiev menuju ke ruang rawat Hera. Setidaknya dengan bersama Kiev, ia akan tahu bagaimana kondisi Hera nantinya.“Lo yakin, Rus?” tanya Kiev saat keduanya berjalan menuju ruang rawat Hera.“Yakin, Bang. Tenang aja. Biar gue yang menghadapi Tante Miranda.”Kiev menghela napas lalu akhirnya ia menyerah. Membiarkan Ikarus melangkah dengan penuh percaya diri menuju ruang rawat Hera.“Besok jam berapa operasinya, Bang?” tanya Ikarus penasaran.“Kalau sesuai jadwalnya, besok gue bakalan eksekusi jam sebelas siang, Rus. Tapi gue sendiri nggak yakin.”“Nggak yakin karena?”“Dengan kondisi Hera yang k