Share

SUAMI AROGAN KENA BATUNYA
SUAMI AROGAN KENA BATUNYA
Author: VincaFlower

Malam Pertama....

Satu

"Jangan sok ke-PD an dulu kamu, tidak perlu tidur di lantai begitu. Aku juga tidak tertarik untuk menyentuhmu."

Larasati menghentikan kegiatannya yang sedang membentangkan selimut di lantai, ketika mendengar ucapan lelaki yang siang tadi telah men-sahkannya menjadi seorang istri.

Wanita berwajah sendu itu tertegun sejenak. Lalu sontak wajahnya memerah.

"A-apa?"

Mahendra terkekeh mencemooh, melihat reaksi Larasati.

"Kamu pikir apa? Aku berpuluh-puluh kali tidak sudi menikahimu. Aku hanya mengalah demi kelangsungan hidup papaku," dengus Mahendra angkuh.

Larasati mengerjap.

"Sekarang hentikan drama yang ingin kau pentaskan ini. Tidak perlu tidur terpisah, aku tidak mau jika ada orang rumah yang tahu kalau kita tidak tidur seranjang maka aku akan dapat masalah. Satu yang pasti, aku tidak akan pernah menyentuhmu."

Kelu lidah Larasati mendengar ucapan tegas dari lelaki rupawan dengan tubuh proposional di depannya ini.

Ah, seharusnya Larasati senang bukan? Toh bukan ia saja yang merasa terpaksa untuk menikah, Mahendra ternyata juga sama tidak maunya, bahkan terlihat lebih.

Namun rasanya kok begitu lain, ada ngilu di sudut terdalam hati Larasati.

"Sudahlah. Tadinya aku berpikir akan sedikit sungkan untuk menjelaskan padamu. Tapi melihat apa yang barusan kamu lakukan aku jadi lega. Sekarang kita jalani kehidupan masing-masing.

Tentu saja kita harus bersandiwara menjadi suami istri yang bahagia dalam beberapa bulan ke depan. Setelah segalanya normal kembali, kita akan berpisah.

Kita pasti akan menjadi tim yang solid."

Mulut Larasati akan membuka untuk menanggapi ucapan Mahendra, tapi Mahendra mengangkat tangannya, pertanda Larasati tidak harus bicara apa-apa lagi.

"Aku rasa cukup. Semuanya sudah jelas."

Lalu Mahendra bergerak ke kamar mandi yang  menyatu dengan kamar mewah tersebut. 

Tinggal Larasati yang terbengong, ia butuh beberapa saat untuk menenangkan perasaannya yang bergejolak.

Ia tidak percaya dengan yang barusan ia dengar.

Larasati pikir hanya dia yang tidak menginginkan pernikahan ini. Tidak sebenarnya bukan begitu, Larasati hanya tidak menginginkan pernikahan di usia yang masih terbilang muda, tapi saat ia melihat Mahendra untuk pertama kali di acara pernikahannya tadi, sebagian hatinya mulai berubah haluan.

Mahendra membuat ia terpesona dalam pandangan pertama.

Tanpa disadarinya, alam bawah sadarnya diam-diam bersujud syukur mendapatkan Mahendra sebagai suaminya.

Tetapi sebagai seorang wanita modern yang memiliki ego dan harga diri yang tinggi, Larasati merasa harus jual mahal dulu. Ia tidak akan terang-terangan memperlihatkan rasa tertarik pada seseorang yang baru sekali bertemu. Ya, walaupun Mahendra sudah sah menjadi suaminya.

Makanya Larasati berinisiatif untuk membentang selimut di lantai.  Ia akan berpura-pura tidak menyukai Mahendra, lalu Lelaki itu akan merayunya dengan penuh cinta agar Larasati mau menerimanya.

(Oh, pikiran yang naif ya ...)

Setidaknya begitulah yang dipikirkan oleh otak Larasati, karena instingnya sebagai wanita mengatakan kalau Mahendra juga terpesona melihatnya, Larasati merasa sepanjang acara tadi ia merasa Mahendra terus menatapnya.

Namun ternyata apa yang barusan Mahendra katakan telah membuat Larasati jatuh mental.

Tidak ada lagi wajah ramah yang menghiasi raut tampan itu, hanya kesan dingin dan arogan.

Pintu kamar mandi terbuka. Mahendra keluar dari sana dengan handuk yang hanya melilit pinggang.

Mata Larasati melebar melihat pemandangan itu. Ia ingin segera membuang pandangan tapi sepertinya bola matanya mendadak kram.

Tubuh liat dengan kotak-kotak di perut, bulu halus di d4d4 yang bidang, bahu kokoh, lengan berotot. Bulir-bulir bekas guyuran air masih menempel di kulit sawo matang itu membuat Larasati tanpa sadar menelan ludah.

"Jaga pandanganmu, Laras."

Oh, Larasati sungguh malu. Dengan susah payah ia  akhirnya bisa mengalihkan pandangan.

Mahendra meraih kaos dan celana pendek dari dalam lemari. Berbekal pintu lemari yang terbuka ia tanpa sungkan memakai pakaiannya di sana tanpa menghiraukan menghiraukan Larasati yang ketar-ketir melihatnya.

Setelahnya Mahendra menyugar rambut basahnya dengan kedua telapak tangan, meraih ponsel yang dari tadi nada deringnya disilent.

Begitu banyak notif chat serta panggilan tidak terjawab.

Sementara Larasati sudah beranjak naik ke atas r4nj4ng sambil matanya terus mengawasi suaminya yang terlihat sangat serius menscroll layar ponsel  di depan meja rias.

Ah, sepertinya sosok Mahendra adalah lelaki idaman Larasati selama ini. 

Terlihat Mahendra mendekatkan ponsel ke telinganya. Ia akan menelpon seseorang.

Larasati  terus mengawasi ...

"Hallo sayang ... tenanglah semuanya akan baik-baik saja. Aku dan dia telah sepakat. Oh ya? sepertinya kamu harus berbicara dengannya."

Larasati mendengar suara prihatin dari Mahendra untuk seseorang di seberang sana. Lalu tanpa Larasati duga Mahendra telah berjalan menujunya.

Mendekap ponsel dengan telapak tangannya, Mahendra mendekat ke Larasati.

"Aku butuh bantuanmu. Zara adalah kekasihku, ia sangat terpukul dengan pernikahan kita ini. Jadi tolong kamu katakan pada kalau kita hanya bersandiwara." 

Mahendra kemudian menyodorkan ponsel ke Larasati.

Larasati diam sesaat, tapi kemudian ia meraih juga ponsel itu.

Membawa ponsel ke telinga, lalu menyapa seseorang di sana. Hati Larasati memanas mendengar suara mengandung tang!s.

Larasati menatap Mahendra sejenak, wajah tegas dan angkuh tapi sayangnya sangat tampan ini ternyata telah dimiliki seseorang. 

"Ayolah, katakan ..." Mahendra tidak sabar.

Larasati menarik nafas.

"Hai, aku Larasati. Seperti yang kamu tahu aku dan Mahendra sudah menikah.

Kamu tidak perlu sedih begitu ... tangismu seperti mengandung penderit44n yang sangat berat.

Tenanglah, hanya itu yang bisa kamu lakukan sekarang supaya hatimu tidak semakin terp*ruk. Aku sungguh mengerti perasaanmu."

Mahendra tersenyum miring mendengar kata-kata Larasati yang terdengar begitu lembut dan pastinya menenangkan kekasihnya di seberang sana.

"Namun, aku ingin memberimu satu saran ... cobalah untuk melepaskan Mahendra dengan ikhlas, itu akan membantumu sedikit rasa sak!tmu itu.

Sekarang Mahendra sudah menjadi suamiku, dan kami akan memulai hidup baru. Kamu sekarang hanyalah masa lalu suamiku, aku harap kamu mengerti...."

"Larasati!" Mahendra terkejut mendengar kata-kata Larasati yang di luar dugaannya.

"Kita tidak bisa memilih takdir, teman. Kita juga tidak bisa menolak takdir yang telah diberikan Tuhan. Dan Mahendra adalah takdirku sekarang. Jadi kau harus melupakannya ..."

.

.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status